Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Dekat
Armon menjawab pertanyaan Roro dengan anggukan kepala, dia juga tidak menyangka kalau Chila akan menyukai Roro begitu cepat.
"Apa kau benar suka memuji Chila cantik?" tanya Armon yang ingin memastikan.
"Ya, bukannya anak gadis suka dipuji cantik?" balas Roro. Matanya tertuju pada api unggun supaya tidak gugup.
Untuk pertama kalinya Roro bisa bicara santai begini dengan Armon.
"Saya memutuskan untuk mengubah pola pengasuhan jadi dengan memberi perhatian dan pujian, lalu melakukan hal yang belum pernah nona muda rasakan seperti kemping malam ini," jelas Roro.
"Bukankah ini pengalaman pertamamu? Sepertinya kau cukup bisa membaca situasi," balas Armon.
"Karena saya dan nona muda mempunyai kemiripan, kami sama-sama tidak pernah melihat ibu kandung kami dan merasakan kasih sayangnya jadi saya melakukan apa yang ingin saya rasakan jika mempunyai seorang ibu," Roro jadi menceritakan apa alasan utamanya secara emosional.
Dan Armon ingin mendengarnya lebih lanjut.
"Ceritakan bagaimana hidupmu selama ini!" perintah Armon.
Kapan lagi Roro akan bisa terbuka dengan Armon jadi malam ini dia akan menceritakan hidupnya pada lelaki itu.
"Dulu kehidupan orang tua saya begitu berkecukupan, ayah mempunyai rumah dan beberapa aset lainnya, bisnis juga lancar sampai akhirnya ibu hamil saya. Awalnya keadaan ibu baik-baik saja tapi ternyata ketika melahirkan ibu saya menyimpan penyakitnya sendiri dan memilih melahirkan saya,"
"Ibu meninggal dan ayah membesarkan saya seorang diri. Ayah yang tidak sanggup kehilangan ibu melampiaskan rasa rindunya dengan bermain judi yang akhirnya menghabiskan hartanya selama ini,"
"Kami jadi hidup dengan penuh hutang dan pelarian,"
Roro bercerita dengan mata berkaca-kaca, itulah kenapa alasannya dia ingin menjadi perawat supaya menebus rasa bersalahnya pada ibunya. Kalau saja tidak memilih melahirkan dirinya, ibunya pasti masih hidup dan ayahnya pasti tidak akan gila judi.
"Itu bukan salahmu," komentar Armon setelah mendengar cerita Roro. "Ibumu memilih melahirkanmu dan ayahmu yang memilih jalan lain untuk pelampiasan, jadi semua bukan salahmu!"
"Ya, seorang ibu pasti akan melakukan apapun demi anaknya, bukan?" tanya Roro.
"Mungkin dari 98℅ ibu akan bersikap seperti ibumu dan 2℅ lainnya akan seperti ibu Chila," jawab Armon.
Mendengar itu, Roro langsung memberanikan diri untuk memandang wajah lelaki itu dan berharap Armon akan menceritakan tentang mantan istrinya.
Namun, tidak semudah itu bagi Armon untuk menceritakan apa yang telah terjadi.
Jadi, Roro harus pintar-pintar memancing lelaki itu.
"Mungkin akan lebih baik jika nona Chila bisa mendapatkan dukungan dari ibunya sendiri," ucap Roro mencoba memberi saran.
Armon menegak minuman hangat yang dibuat oleh Vincent sebelumnya. Lelaki itu terdiam mengingat mantan istrinya.
"Seperti yang aku bilang sebelumnya, ibu Chila bukan seperti ibumu yang akan mengorbankan nyawa demi putrinya," balas Armon.
"Dia justru ingin Chila tidak ada di dunia ini, baginya Chila adalah sebuah kutukan," lanjutnya.
Tentu saja Roro terkejut mendengar itu, dia sangat penasaran tapi tidak boleh memaksa Armon atau lelaki itu akan berhenti bercerita.
"Bagaimana mungkin putri secantik nona Chila adalah kutukan?" tanya Roro memancing supaya Armon tidak berhenti menceritakan tentang mantan istri pak duda itu.
"Sepertinya suster sangat ingin tahu, ya?" balas Armon seraya menatap Roro. Dia memangku wajah dengan salah satu tangannya. "Apa cerita tentang mantan istriku bisa membantu mengobati Chila?"