Suami Lumpuh Dan Adik Ipar

Esok harinya, pagi menjelang siang, Aura mendapat telpon dari Jesica. Aura memberitahu Ryo bahwa saudarinya akan mengunjunginya siang itu.

“Aura mau datang?” tanya Ryo berpura-pura masih tidak tahu sandiwara mereka.

“Iya Mas”

Tak lama berselang, Jesica datang dengan membawa Andrey kekasih gelapnya.

Ryo yang duduk di kursi roda di sebelah jendela besar, menoleh kearah pintu, ia melihat Jesica memasuki pintu dengan seorang pria di belakangnya. Kemarahan Ryo menguap, tapi belum saatnya ia tumpahkan. Rahangnya yang kokoh mengatup keras, jemarinya menggenggam pegangan kursi roda dengan sangat kuat menahan geramnya.

Aura yang melihat kakaknya datang dengan pria itu lagi kemudian menegurnya di dapur.

“Kakak apa-apaan sih?, kenapa mambawa dia lagi?!”

“Ck! Sudahlah kau ini berisik sekali. Si buta itu juga tidak akan tahu aku membawa pria kesini” ujar Jesica dengan suara yang dipelankan.

“Kakak ini!” Jesica dengan santainya mengabaikan Aura kemudian menuju keruang tengah sambil memeluk Andrey.

“Istriku … “ panggil Ryo yang berpura-pura tidak melihat.

Aura mendekati Ryo. “Iya, Mas” jawab Aura dengan nada khawatir.

“Apa saudarimu membawa seseorang?”

Aura seketika itu tersentak dan bibirnya kelu untuk menjawab. Ia melihat kearah kakaknya dan mengisyaratkan apa yang harus dijawabnya.

Dengan santainya Jesica mendekati Ryo yang masih berada di dekat jendela.

“Ah, iya Mas, aku mau memperkenalkan ini tunanganku, Andrey” jawab Jesica yang berpura-pura menjadi Aura.

“Ah, ya. Baguslah kalau kau sudah memiliki kekasih” jawab Ryo seadanya dengan menahan gejolak di dadanya.

“Mas, bagaimana kalau aku pijit kakimu, ya” ucap Aura yang tidak ingin Ryo berlama-lama satu ruangan dengan Jesica dan pria itu.

“Tidak, aku ingin disini. Buatkan saja aku lemon tea” ucap Ryo.

Aura hanya menghempaskan nafas kecil, kemudian segera ke dapur untuk membuatkan permintaan Ryo. Sedangkan pria itu melihat dengan jelas dan tajam perbuatan bejat istrinya di depan matanya.

Jesica berpelukan dengan Andrey dengan berdiri dan bersandar pada dinding yang hanya berjarak berapa meter dari posisi Ryo berada. Mereka bermesraan tanpa memperdulikan Ryo yang dianggapnya masih buta dan lumpuh.

Ryo masih menahan amarahnya yang terselubung sebuah rencana. Ia seolah ingin membunuh keduanya dengan tangannya sendiri, tapi bukan hari itu saatnya. Akhirnya Ryo memalingkan wajahnya kearah luar jendela. Ia sangat muak dengan kelakuan mereka berdua di apartemennya.

Di benak Ryo telah tersusun sebuah rencana pembalasan atas pengkhianatan istrinya dan kekasih gelapnya. Jemari Ryo menggenggam kuat ujung tangan kursi roda. 'Silakan kau berbuat semaumu brengsek!. Tunggu sampai kau menyesali semuanya' Batin Ryo geram.

Ryo berdiri dari kursi rodanya, ia menghampiri keduanya dengan amarah. Ryo menarik baju Andrey dan dengan kekuatannya ia memukul si brengsek itu hingga babak belur. Sampai Andrey tidak sempat lagi untuk membalas. Jesica yang panik teriak dan histeris seolah lunglai lemas kemudian duduk bersimpuh di kaki Ryo memohon ampunan.

"Mas, aku minta maaf... Tolong ampuni aku, Mas" Rintih Jesica yang tak kuasa menahan tangisnya.

Kemudian Ryo mengeluarkan sebuah pistol miliknya, dan ...

Dar! Dar! Dar! ...

Kedua manusia hina itu terkapar terkena peluru dari pistol Ryo.

"Mas, ... Ini lemon Tea-nya. Kenapa mas berkeringat, apa Mas Ryo sakit?" Kehadiran Aura membuyarkan lamunan Ryo.

"Ah, tidak ..."

Nyatanya Ryo masih di kursi roda, dan kedua manusia brengsek itu masih ada di depannya.

Ryo mengajak Aura ke luar balkon agar tidak lagi menyaksikan sesuatu yang menjijikan di hadapannya.