Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Buru-buru Reyvan membukakan botol air mineral lain untukku. Sungguh cara melamar yang tidak romantis si Reyvan ini. Aku tidak berniat menjawabnya, dan kemudian menyuruhnya segera pulang dari kostku karena kepalaku sakit. Aku setengah berlari menaiki tangga menuju lantai dua tempat kamarku berada. Kutinggalkan Reyvan yang garuk-garuk kepala. Dia kemudian mengirimkan pesan singkat ke ponselku.
“Maaf kalau aku lancang, tapi sungguh, aku ingin sekali menikah denganmu, terlepas apa dan bagaimana kamu di masa lalu. Bersama kamu aku selalu tenang dan senang. Kuharap kamu mau mempertimbangkannya. Dan tolong apapun keputusanmu, jangan menjauh dariku. Aku hanya akan pergi darimu ketika kamu bilang kamu sudah menemukan kebahagiaanmu dengan orang lain.”
Aku tidak membalas pesannya, namun hatiku sedikit perih, karena aku sekali lagi mengecewakan Reyvan. Entah mengapa aku tidak bisa menyukainya lebih dari sahabat dan adik. Dia terlalu sempurna dan bikin aku minder. Meski posisiku lebih senior darinya, tapi tetap saja, aku merasa tidak pantas untuknya. Dan ditambah lagi kenangan bersama Antonio yang tidak mampu kulupakan hingga saat ini. Menyerah dan melepaskan Antonio adalah penyesalan terdalamku. Dalam keterpurukanku karena menolak menikah dengannya, aku berjanji tidak akan membuka hatiku pada pria manapun. Cintaku hanya untuknya, layaknya tubuhku hanya boleh disentuh olehnya.
Hari kerja kulalui dengan rutinitas yang sama setiap harinya. Namun aku menolak ajakan makan siang maupun menumpang mobil Reyvan. Awalnya Reyvan tidak terima dan memaksa untuk tetap menemaniku. Kucoba memberi pengertian, sampai Rachel menerima perpisahan mereka, aku lebih baik jaga jarak dengan Reyvan di kantor. Tidak enak juga menjadi tontonan dan bahan gosip teman-teman. Dan aku tidak melarang Reyvan untuk mengunjungiku di kost. Satu bulan sudah aku bertugas di Medan dan mobil yang kubeli sudah terparkir di halaman kost dan aku tidak dipusingkan lagi dengan kendaraan untuk kemana-mana.
Weekend ini aku berencana mengunjungi Parapat sekalian menguji mobil baruku. Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap untuk berangkat karena sebelumnya aku sudah merencanakan akan berwisata kuliner di tempat yang kulewati menuju kota Parapat. Berbekal roti, air mineral dan aplikasi Google Maps, aku berangkat dengan semangat. Aku sengaja tidak memberitahu Reyvan, karena jika dia tahu, dia pasti memaksa untuk menemaniku. Dan itu justru membuatku jadi tidak bebas dan ada rasa takut kalau aku akan luluh kepadanya.
Dengan kecepatan sedang kulaju mobilku di jalan tol menuju Tebing Tinggi. Musik pop kunyalakan untuk menemaniku agar tidak mengantuk. Keluar dari tol Tebing Tinggi, aku menuju kota Pematang Siantar. Jalanan masih sepi karena waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Satu jam kemudian aku sampai di kota Pematang Siantar dan mencari tempat untuk sarapan. Kupilih Warung Kopi Sutomo karena melihat review dan ulasan di Google. Kupesan secangkir kopi susu dan lontong sayur sebagai menu sarapan pagi. Kunikmati dengan perlahan ditengah ramainya kedai kopi ini.
“Janetta ?" tiba-tiba sebuah suara bass memanggil namaku.
Aku mendongak dan terkejut sampai tersedak, karena panggilan itu kudengar saat aku tengah menyeruput kopi susu di depanku. Wajah yang bertahun-tahun kurindukan, wajah yang membuatku memilih untuk menyepi. Aku terbatuk-batuk dan tangan si pemilik suara bass yang seksi itu cepat-cepat meraih botol air mineral di atas meja, membukakan tutupnya dan menyerahkannya padaku. Dia melihatku dengan tersenyum. Aku ingin menangis, namun kupalingkan wajahku. Tanpa dipersilahkan dia duduk disampingku. Dan baru aku sadari, dia membawa anak kecil berusia tiga tahun dengan rambut dikuncir, dan aku ingat pernah bertemu dengan anak itu.
“Ayo salam tantenya. Ini teman papi, namanya tante Janetta.” Anak kecil itu mengulurkan tangannya kepadaku dan cepat-cepat kukuasai diriku, kubalas tangan kecil itu.
“Halo, aku Janetta, nama kamu siapa?” tanyaku berusaha tampak ramah untuk menyembunyikan keterkejutanku.
“Anetta,” jawab anak kecil itu yang membuatku terperangah. Mengapa namanya mirip dengan namaku? Kutatap ayah anak itu dan dia tersenyum padaku.
Setelah memesan makanan dan minuman untuk dia dan anaknya, pria yang tak lain adalah Antonio itu pindah tempat duduk menjadi dihadapanku.