Aluna mencintai Erik pada pandangan pertama. Pada pria yang berprofesi sebagai asisten pribadi kakak iparnya tanpa peduli pria itu sudah memiliki seorang tunangan. Terlebih tunangan Erik adalah wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan mantan tunangannya dulu yang bernama, Nick.
Rasa cinta dan dendam yang dirasakan Aluna, membuat wanita itu bertekad untuk merebut Erik.
Dengan kecerdikan dan sifat manipulatifnya ia berhasil merebut Erik, dan menjadikan pria itu sebagai suami sekaligus asisten pribadinya.
Bagaimana kisah rumah tangga Aluna dan Erik? Apakah akan berlangsung selamanya ataukah kandas?
Erik yang masih mencintai tunangannya, akankah bertekuk lutut pada Aluna? Atau sebaliknya, Aluna akan lelah berjuang dan melepaskan Erik?
Follow
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Melihat Aluna yang sama terkejut seperti dirinya, membuat Erik semakin frustasi dengan keadaan mereka.
"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan? Kenapa kita bisa berada sini."
Erik menatap pada tubuhnya yang dipenuhi bercak merah lalu menatap pada tubuh wanita yang ada disampingnya.
Mata Aluna mengikut arah pandangan Erik, menatap tubuh bagian atasnya yang terekspos polos tanpa sehelai benangpun.
Ah...
Aluna yang terkejut menarik selimut dengan cepat untuk menutupi tubuhnya, hingga membuat tubuh telanjang Erik terlihat dengan jelas. Erik yang tak mau mengalah ikut menarik selimut tersebut, membuat keduanya kini saling berebut selimut sampai Erik terjatuh dari atas ranjang setelah ditendang dengan cukup keras oleh Aluna.
Erik yang terjatuh kembali naik keatas tempat tidur, mengambil bantal untuk menutupi miliknya sembari menatap tajam pada Aluna.
"Sekarang katakan kenapa bisa kita berada disini?" tanyanya dengan penuh amarah.
Karena seingat Erik, ia berada di dalam Club bersama Aluna tengah membicarakan kesepakatan mereka. Dan yang terjadi selanjutnya ia terbangun diatas ranjang bersama Aluna dalam keadaan polos dan satu selimut yang sama dengan wanita itu.
Aluna mengerutkan keningnya dengan berpikir. Setelah kesadarannya penuh dari keterkejutan, barulah Aluna ingat kenapa bisa mereka berdua ada di satu ranjang yang sama dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun.
"Aluna bodoh? Kenapa bisa kau lupa dengan jebakan mu sendiri?" umpatnya dalam hati.
"Katakan Aluna?"
Dengan tidak sabar Erik mengguncang tubuh Aluna, karena wanita itu diam saja tak menjawab pertanyaannya.
"Kau lupa? Tadi malam kau mabuk berat, kita ke hotel lalu..."
"Lalu apa?"
"Kita anu-anu...."
Aluna menundukkan kepalanya, berakting sendu sembari bercerita kalau tadi malam Erik yang mabuk memaksanya untuk bercinta. Hingga akhirnya mereka menghabiskan malam panas diatas ranjang.
Ha..
Erik mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kau pikir aku percaya dengan semua omong kosong mu?"
"Dan kau pikir aku berbohong?" ucap Aluna dengan tak terima, padahal jelas-jelas memang ia sedang berbohong.
Erik terdiam, menatap Aluna dengan menelisik tajam. Menatap wanita yang terlihat mengeratkan genggaman pada selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Kalau memang kita melakukannya kenapa di tubuhmu tidak ada bekas kecupan? Kenapa hanya di tubuhku saja? Bukankah kau bilang aku yang memaksa?" tanya Erik dengan menyelidik.
Deg
Aluna merutuki kebodohannya, yang melupakan kalau seharusnya ia juga memiliki bekas kiss mark ditubuhnya.
"Atau jangan-jangan kau yang memaksa?" Tuduh Erik, namun sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Atau ini hanya sebuah jebakan? Semalam tidak terjadi apapun diantara kita?" Karena hanya hal itu yang paling masuk diakal, mengingat banyak bekas kecupan ditubuhnya sedangkan tubuh Aluna yang sempat dilihatnya tidak memiliki bekas kiss mark sedikitpun.
Dan satu lagi, Erik tidak bisa mengingat apa pun tentang kejadian semalam. Bukankah seharusnya ia bisa mengingat walau hanya sedikit, karena Erik mabuk bukannya jatuh pingsan.
Aluna yang merasa terpojok mulai mengeluarkan jurus andalan setiap wanita, yaitu menangis. Aluna menangis dengan terisak walau tanpa air mata.
"Tega sekali kau menuduhku seperti itu, kalau kau tak percaya kita sudah melakukannya. Bagaimana kalau kita reka ulang kejadian tadi malam?" Aluna sengaja menantang Erik, karena tahu pria itu tidak akan menyentuhnya.
"Ayo kita reka ulang!" Aluna mendekatkan wajahnya pada wajah tampan Erik, untuk menyakinkan pria itu. "Lagi pula kita sudah melakukannya tadi malam, jadi apa salahnya jika harus mengulang?"
"Menjauhlah!" Erik mentoyor kepala Aluna dengan kesal.
Bisa-bisanya wanita itu meminta untuk reka ulang, membayangkan menyentuh Aluna saja sudah membuat Erik merasa emosi dsn kesal.
Pada hal dlm cerita kamu cantik kaya lagi , ckckckckkck