Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Jiwa muda.
Motor sport berwarna merah itu berhenti di halaman rumah Raka. Viola menatap ke sekelilingnya, rupanya Raka adalah anak orang kaya, namun bukan karena alasan itu dia mencintai Raka. Cintanya pada Raka murni karena cinta, bukan karena status sosial.
"Ayo turun," ajak Raka membuyarkan lamunan Viola. Gadis itu segera turun dan melepaskan helm yang terpasang di kepalanya.
"Ini rumah kamu?" Tanya Viola dengan terkagum-kagum menatap sekeliling rumah itu, pasalnya rumah yang mereka datangi sekarang sangat jauh berbeda dari rumah yang mereka datangi sebelumnya.
"Iya, jelek ya?" tanyanya merendah kemudian turun dari atas motor.
"Ck, apaan sih. Kamu gak mikir kalau aku suka sama kamu karena___"
"Huuussss__ jangan terlalu jauh mikirnya. Ayo masuk!" Raka meraih tangan Viola dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.
Masih dengan rasa takjubnya, Viola menatap seisi ruangan demi ruangan yang mereka lewati, hingga kini mereka berada di ruangan tengah. Sebuah foto keluarga dengan ukuran besar terpampang di tembok, didalam foto itu ada Raka bersama kedua orang tua dan seorang anak kecil laki-laki. Viola menatap dengan seksama wajah wanita dan anak kecil yang ada di foto itu.
"Kok kayak pernah lihat, tapi dimana ya?" Batinnya mencoba mengingat-ingat.
Seorang wanita keluar dan menghampiri mereka. Raka melepaskan genggaman tangannya.
"Hei, sudah datang," sambutnya. Kening Lisa mengernyit saat menatap Viola, wanita itu seperti mengingat sesuatu.
"Kenalin ma, ini cewek yang mau Raka kenalin ke mama, namanya Viola." Raka menatap ke arah Viola yang berdiri di sampingnya. "Vio kenalin, ini mama aku."
"Kita pernah bertemu kan ya?" Lisa kembali mengingat-ingat, hingga mulutnya membulat saat dia sudah ingat. "Oh ya ya, waktu di supermarket, kamu dan mama kamu yang nolongin anak saya pas anak saya hilang."
"Heh___"
Mata Viola membulat sempurna mengingat kejadian saat di supermarket. Ya, sekarang dia ingat, wanita dihadapannya ini adalah wanita yang dia temui saat menemani mamanya di supermarket beberapa waktu lalu.
"Wait wait___ kalau dia mamanya Raka, berarti si tuyul itu____" jantungnya langsung berdisco ria didalam sana. "Mam_pus gue."
"Mama kenal sama Viola?" Tanya Raka heran, bagaimana mungkin mamanya sudah mengenal Viola, padahal dia baru pertama kali mengajak Viola main kerumah.
"Iya, jadi Viola ini yang nolongin adik kamu Dafa pas Dafa ngilang di supermarket. Mama udah muter-muter nyariin, untung ada Viola dan mamanya yang nolongin," cerita Lisa mengingat kejadian saat di supermarket.
Viola tertawa garing, "Cuma kebetulan aja kok Tante."
Lisa mendekati Viola dan merangkulnya, "Jadi Viola ini teman spesialnya Raka?"
Viola nampak merona malu, begitupun dengan Raka, pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Dafa mana Ma?" Tanyanya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Kayaknya masih dibelakang, tadi kan abis bantuin mama bersihin gudang belakang, coba kamu panggil sana, biar mama temenin Viola ngobrol disini," ujar Lisa, Raka mengangguk.
"Iya Ma."
_
_
_
"Makasih ya Bi!" Ucap Amel saat turun dari motor Bian.
Kebetulan hari ini supir Amel sedang ijin hingga tidak ada yang menjemput Amel pulang sekolah. Tadinya Amel hendak naik taksi, namun Bian lebih dulu mengajak dan menawarkan untuk pulang bareng.
"Masuk Bi," ajak Amel.
"Gak usah Mel, lain kali aja," tolak Bian.
"Udah, masuk aja dulu. Biar gue bikinin minum, yuk!" Amel membuka sedikit pintu gerbang rumahnya dan membiarkan Bian dan motornya untuk masuk.
Dirumah besar itu Amel memang lebih sering sendirian, paling dia hanya ditemani para pekerja yang bekerja di rumahnya. Kedua orang tuanya lebih sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Itulah sebabnya Amel selalu merasa kesepian dan pernah beberapa kali dia diam-diam pergi clubbing, sekedar untuk menghibur diri sendiri.
"Nih minum." Amel membawakan segelas es jeruk untuk Bian.
"Thanks Mel." Bian menyeruput minuman dingin di tangannya, tenggorokannya yang sudah mulai kering kini kembali basah. "Lo sendirian aja dirumah Mel?" Tanyanya sambil meletakkan gelas yang masih terisi setengahnya diatas meja.
Amel mendudukkan dirinya di sofa yang berbeda, "Ya gitu deh. Kayak gak tau aja Lo ah,"
"Eh sorry sorry,"
Sedikit banyak Bian memang tau cerita tentang Amel dari Viola. Dia memang tidak terlalu dekat dengan Amel kecuali disekolah. Hanya beberapa kali mereka pernah jalan rame-rame saat Bian masih berpacaran dengan Viola.
"Bi, gue tinggal ganti baju sebentar gak apa-apa kan?"
"Iya iya gak apa-apa kok,"
"Bentar ya?"
Amel berlalu pergi menuju ke kamarnya, sementara Bian kembali menyeruput minuman dingin yang masih ada setengahnya. Cuaca panas-panas gini minum yang dingin-dingin memang sangat pas.
"Duh, kok tiba-tiba kebelet ya," gumamnya. Bian menaruh kembali gelas ditangannya diatas meja. Dia bergegas bangun dan mencari kamar mandi untuk menuntaskan hajat kecilnya.
Sebenarnya ini adalah untuk pertama kalinya Bian masuk ke dalam rumah Amel, jelas dia tidak tau seluk beluk rumah itu. Asisten rumah tangga yang ingin dimintai tanya entah dimana batang hidungnya.
"Duh mana sih kamar mandinya?"
Mata Bian terus mengedar mencari keberadaan kamar mandi. Tiba-tiba langkah kakinya terhenti tepat di depan sebuah ruangan dimana Amel sedang berdiri memunggunginya. Terlihat Amel sedang membuka kancing demi kancing seragam sekolahnya. Saat kancingnya sudah terlepas semua, Amel langsung menanggalkan baju itu hingga kini dia hanya memakai bra berwarna merah saja.
Glukk
Bian menelan salivanya kasar, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat pemandangan seperti ini. Jiwa muda dalam dirinya mulai meronta-ronta.
_
_
_
Dafa mengintip dari balik tembok dan melihat mamanya yang sedang mengobrol dengan seorang gadis yang masih mengenakan seragam SMA. Tadi Raka memanggilnya untuk masuk, dan sekarang Raka ijin ke kamarnya dulu untuk mengganti pakaiannya.
"Itu kan si kakak jutek yang ngatain Dafa tuyul. Mau ngapain dia disini?" tanyanya pada dirinya sendiri. Matanya menatap nyalang ke arah Viola yang sedang duduk di samping mamanya. kedua wanita yang usianya terpaut cukup jauh itu nampak sangat akrab walaupun baru pertama kali bertemu.
Cukup lama Dafa memandang dari kejauhan, hingga sebuah ide berlian muncul di benaknya.
"Kerjain ah___"
...❤️❤️❤️...
Demi masa depan kalian Vio...
emank gak mau punya suami yang sukses nantinya...
Vio gak rela di madu 3