Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tes IQ si kembar.
Tak berapa lama pesanan mereka pun sampai, lobster berukuran besar memenuhi piring si kembar.
Si kembar begitu antusias menikmati makanan tersebut. Sedangkan Diva dan Darmendra memesan kepiting berukuran jumbo. mereka menikmati makanan dengan lahap tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Enak gak?" tanya Darmendra, si kembar cuma mengangguk saja.
Diva tersenyum melihat si kembar tampak sangat bahagia.
"Dad kami punya rencana untuk melakukan konser amal, bisakah Daddy membantu kami?" tanya Ram
"Konser amal?" tanya Diva, si kembar mengangguk.
"Apa rencana kalian?" tanya Darmendra.
"Rencana kami ingin mengadakan konser amal untuk membantu mereka yang sangat membutuhkan, seperti anak anak yatim, korban bencana alam dan sebagainya." jawab Roy.
"Daddy hargai usaha kalian untuk membantu orang yang tidak mampu, tapi Daddy sepertinya keberatan kalau harus mengadakan konser amal." Darmendra.
"Dad, dengan mengadakan konser amal, selain untuk membantu orang yang kurang mampu, kita juga bisa menghibur. Nanti hasil penjualan tiket kita akan sumbangkan semuanya pada mereka yang membutuhkan." Rakha menjelaskan dan diangguki oleh yang lain.
"Tapi bagaimana dengan sekolah kalian?" Darmendra.
"Justru kita akan mengadakannya disekolah, nanti bisa bekerjasama dengan guru, tapi kami akan tetap menggunakan kekuasaan Daddy," jawab Ram, Darmendra pun manggut-manggut.
"Baiklah, Daddy akan bicarakan ini pada guru kalian." Darmendra.
"Yeee. yes yes yes." Si kembar berdiri dari duduknya dan langsung memeluk Darmendra. "Terimakasih Dad, Daddy is the best," ucap si kembar serentak.
"Biar Daddy bayar dulu makanan ini," Darmendra hendak bangkit, tapi ditahan oleh si kembar.
"Biar aku saja yang bayar," ucap Ram sambil mengeluarkan black card miliknya.
"Dari mana kalian mendapatkan kartu hitam itu?" tanya Diva.
"Kami buat sendiri Mom," jawab Ram.
Si kembar pun mengeluarkan kartu hitam mereka masing-masing. Diva tercengang, karena yang ia tahu dia tidak pernah memberikan uang yang banyak pada si kembar.
"Kalian semua punya kartu hitam? darimana kalian dapat uang sebanyak itu?" tanya Darmendra heran.
"Kami punya usaha sendiri tanpa sepengetahuan Daddy dan Mommy. Dan seperti biasa kami hanya bekerja dibalik layar." Ray.
"Daddy pernah mendengar nama perusahaan I T S R CORP GROUP?" tanya Ray.
"Pernah perusahaan IT terbesar yang baru berdiri dua tahun lalu." Darmendra.
"Itu perusahaan kami Dad, kalau SEVEN R CORP itu kami berikan kepada Mommy." Raffa.
"Astaga, kenapa aku baru tahu kalau perusahaan itu adalah milik kalian? bahkan perusahaan itu meningkat pesat dalam dua tahun ini." Darmendra.
Diva sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, rasanya masih belum percaya bahwa kejeniusan anak anaknya diluar nalar.
"Berapa sih IQ kalian? Kenapa bisa mengalahkan Daddy?" tanya Darmendra.
"Kami tidak tahu Dad, tidak pernah dites." Ray.
"Bagaimana sekarang Daddy bawa kalian untuk mengetes IQ kalian." Darmendra.
"Tidak perlu Dad, gak penting juga." Ren.
"Pokoknya Daddy akan tes IQ kalian." Darmendra.
"Terserah Daddy saja lah." Pasrah si kembar.
Setelah membayar makanan, mereka pun keluar dari restoran tersebut dan langsung menuju rumah sakit, untuk melakukan tes IQ si kembar yang tingkat kejeniusannya diluar nalar.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, sebab mereka tidak terlalu terburu buru. Dan juga jarak antara restoran dengan rumah sakit tidak terlalu jauh.
Hingga dalam waktu sekitar 30 menit mereka tiba dirumah sakit. Darmendra langsung menuju keruangan dokter Tiger Jhon. Sampai didepan pintu ruangan itu, Darmendra mengetuk pintu.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
"Masuk," perintah suara dari dalam, tak lama kemudian pintu pun terbuka. Dokter Jhon belum menyadari siapa yang datang?
"Selamat sore Dok," sapa Darmendra.
"Selamat sor ... e." Dokter Jhon menoleh dan langsung tersenyum.
"Hi, what's up bro?" tanya dokter Jhon.
"Sangat baik." mereka pun saling merangkul karena kesibukan masing-masing jadi sudah lama tidak bertemu.
"Tumben kemari, pasti ada sesuatu yang penting," kata dokter Jhon.
"Dok ...." Belum sempat Darmendra bicara sudah dulu di potong oleh dokter Jhon.
"Panggil Jhon aja, kaya kita dulu dulu." Jhon.
"Tentang anak-anakku," kata Darmendra.
"Anak-anak?" Jhon sedikit kaget, karena setau nya Darmendra belum punya anak. Bahkan Jhon tidak tau kejadian yang menimpa Darmendra beberapa tahun lalu.
"Mereka anak anakku." Tunjuk Darmendra pada si kembar.
Jhon dari tadi belum menyadari kalau ada orang lain diruangan nya itu, sekarang dia baru ngeh. Jhon memperhatikan si kembar dengan seksama.
"Mereka kembar?" tanya Jhon, dan Darmendra pun mengangguk.
"Hebat banget kamu bro." Jhon.
"Ada yang lebih hebat lagi, makanya aku kemari." Darmendra.
"Baiklah aku mengerti." Jhon.
Dokter Jhon pun mengetes IQ mereka satu persatu. Dokter Jhon begitu kagum dengan kejeniusan mereka.
"Gimana dengan IQ mereka?" tanya Darmendra tidak sabar.
"Sungguh luar biasa, IQ mereka mencapai 260," Jawab Jhon.
"Pantas saja mereka sangat jenius," batin Darmendra.
"Mereka sekolah kelas berapa?" tanya Jhon.
"Kelas 6 SD," jawab Darmendra.
Jhon tersenyum. "Kalau IQ nya sudah seperti itu sudah bisa masuk universitas."
"Tapi biarlah mereka berkembang mengikuti usia mereka." Diva bersuara, Jhon menoleh ke Diva.
"Kamu menikah tidak ngundang ngundang," kata Jhon tidak nyambung.
"Kami tidak mengadakan resepsi pernikahan," jawab Darmendra.
"Istrimu cantik begini kenapa harus disembunyikan?" cecar Jhon.
Darmendra hanya menanggapinya dengan tersenyum. Jhon masih memandang si kembar yang terlihat sangat mirip dengan Darmendra.
"Berikan satu untukku, kamu masih punya enam." Jhon.
"Enak aja, tidak semudah itu untuk mendapatkan anak kembar tujuh, mending kamu nikah agar cepat dapat anak." Darmendra.
"Belum ada yang cocok, aku tidak mau sembarangan dalam memilih pasangan." Jhon.
Jhon sebenarnya pernah menjalin hubungan dengan seorang gadis, bahkan mereka sudah sampai bertunangan.
Saat mereka sepakat untuk menikah, bahkan undangan sudah tersebar, tiba tiba tunangannya memutuskan hubungan mereka secara sepihak.
Padahal pernikahan mereka tinggal menghitung hari. Dari situlah Jhon tidak pernah lagi berhubungan dengan wanita manapun.
Jhon, Robert dan Darmendra berteman sejak mereka kuliah dulu mereka adalah teman karib.
"Umurmu sudah kepala tiga, sampai kapan kamu akan sendiri terus? setidaknya menikah dan memiliki keturunan." Darmendra.
"Bagaimana dengan Robert?" Jhon.
"Kalian itu sama, umur sudah lanjut belum juga menikah." Darmendra.
"Setidaknya aku masih punya teman yang belum menikah!" Jhon.
Darmendra tidak dapat menjawab lagi, dia sudah mati kutu dengan perkataan sahabatnya itu.
"Aku pamit dulu, mama sudah dari tadi nanyain cucunya." Darmendra
"Oke, sering-seringlah temui sahabatmu ini," Jhon.
"Iya kalau ada waktu," jawab Darmendra datar.
Mereka pun keluar dari rumah sakit itu, menuju ke parkiran mobil.
"Kita langsung pulang ke mansion ya, Oma sudah nanyain kalian terus." ucap Darmendra, si kembar hanya mengangguk.
Mereka pun masuk kedalam mobil, dan mobil pun bergerak perlahan meninggalkan parkiran rumah sakit tersebut.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇