Jeni, si pembuat onar itu itu julukan yang pas untuk jenifer,dia putri ke 3 dari pasangan Joshua martin dan yolanda vidia martin.
Ibunya sangat membenci jeni dia bahkan menganggap jeni anak sial,dulu waktu bayi ibunya bahkan tidak mau menyusui dan merawatnya,hanya sang ayah yang menganggapnya ada,dia selalu membuat onar di sekolahnya mencari perhatian dari sang ibu.
Sampai di pertemukan dengan CEO, keren dan cold,merasa tertantang untuk menakhlukkan sang CEO
Mampukan Jennifer menakhlukkan hati sang CEO, kita baca yuk kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Dzaki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Dina yang di tertawakan cuma nyengir kuda.
"coba besok kita tanya pak Ronald saja, bagaimana cara menaklukkan si boss secara diakan asisten dia, setiap hari bersama." imbuh Dona.
"Ngomong ngomong pak Ronald kok betah ya, heran gue. Trus nasib temen kita bagaimana dong, masak pacaran gaya robot."Dina membayangkan Jeni bisa jadi. robot nantinya.
"Itu urusan Jeni bro, gue yakin dia bisa mengatasinya dengan baik, diakan jago bersilat lidah, dan punya seribu cara mengatasi masalahnya." Dona optimis kalau jeni bisa.
Gadis yang di bicarakan turun dari tangga, mencari mereka. Jeni menuju ke dapur karena twins D tidak ada di ruang makan.
"Gue cariin ternyata mojok di sini, kayaknya asyik nih, ngomongin apa sih?" Jeni mengagetkan obrolan mereka.
"Itu lo, pak Ronald kok betah ya menjadi asisten CEO killer seperti pak alex, Dina bilang kata ajaibnya hem, iya, hehe." Jawab Dona mengalihkan perhatian Jeni.
"Iya betul, apa lagi kalau berhadapan dengan perempuan, seperti singa mengaung." Jeni menakuti kedua sahabatnya itu.
"Pantesan blm dapat istri, mungkin takut perempuan yang mendekatinya." kata Dina menyimpulkan argumen Jeni.
"Takut bagaimana, mereka malah semakin agresif tu, banyak yang ngantri hanya sekedar ingin bertemu dia saja. Sampai sampai pegawai di sana sudah hafal dan melarang setiap perempuan yang ke kantor untuk bertemu dia. kecuali kalau memang sudah mendapat undangan yang resmi dari dia." Jawab jeni,
"Wau, memang dia tidak normal?"tanya Dona asal.
"Tahu iya kali, bagaimana kalau kita tes saja!" usul jeni.
"Tes bagaimana?" heran Dina dan Dona yang serentak bertanya.
"Entahlah, gue juga bingung, siapa nih yang sudah pernah pacaran, minta saran, bagaimana cara mengetes pak alex?" Jeni juga bingung bagaimana mengetes pria normal atau bukan.
"Tanya Dina tuh yang sudah punya pacar!" Tunjuk Dona.
"Kalau Rendi tidak perlu di goda lagi, dia duluan yang ngejar ngejar gue." jawab Dina polos.
"Bagaimana kalau kita pakai baju seksi!" usul Dona.
"Setahu gue, cewek cewek yang mengejarnya pada seksi semua, sampai sampai pakaian belum selesai di jahit sudah di pakai, mana tanjakan dan turunannya terlihat jelas, apalagi buah mangganya." jawab Jeni ngasal.
"Iya juga ya." heran ketiganya.
Si mbok sudah selesai memasak, aromanya sungguh menggoda.
"Non makan siang sudah siap, mau di taruh dimana?" tanya si bibi sambil menata masakannya di mangkuk besar.
"Situ saja bi, nanti kita bawa ke belakang saja!" sahut Dina. Ketiga gadis membagi tugas membawa makanan, piring dll ke taman belakang, di dekat kolam ikan terdapat sebuah gazebo yang asri.
"Jen, kita harus belanja pakaian untuk kamu nanti, apalagi pakaian dalam." ajak Dona.
"Tidak perlu, kita ambil saja, wearpack gue juga ada di rumah." jawab jeni.
"Bagaimana kita kesana, nyokap lo pasti akan marah besar, bisa bisa muka cantik lo itu jadi seperti boneka anabel."cerocos Dina.
"Nanti lo yang pertama gue teror, din dina tolong gue din." Jeni mempraktekkan menjadi hantu yang minta tolong.
"Sialan lo, Dina memukul Jeni dengan bantal yang ada di sana, Jeni berhasil menghindarinya sehingga mereka malah. bermain saling pukul bantal.
"Ah capek gue," ucap Dina yang sudah kecapean.
meraka tertawa, cekikikan di gazebo tersebut. Akhirnya Jeni menghela nafas nya.
"Seandainya waktu bisa berhenti , gue harap di hentikan sekarang juga, gue ingin seperti ini terus, seperti anak anak yang tidak takut dosa.
Dona dan dina yang berbaring di samping dirinya langsung memeluk Jeni.
"Jangan pernah berfikir kalau lo sendirian, kita berdua akan selalu bersama lo, gue yakin suatu saat lo akan sukses dan mata nyokap lo akan terbuka, siapakah berlian yang sebenarnya, dan siapa yang hanya sebongkah batu kali." ucap Dona puitis.
"Ih bestie, lo puitis sekali, baru tahu gue."Jeni malah dengan songongnya, menyindir Dona.
"Bhahaha" mereka kembali tertawa.
"Iya ya, kok gue bisa puitis gini, kesurupan kahlil gibran kali ya, hehe." Dona menggaruk garuk kepalanya.
"Hei guys bagaimana cara kita mengambil baju jeni?" Dina mengingatkan kalau mereka harus mengambil perlengkapan balap Jeni.
"Gue telpon bi surti saja, supaya disiapkan, nanti kita janjian di pertigaan." kata Jeni.
Jeni mengambil ponselnya dan segera menelpon bi surti.
tut tut tut.
"hallo non"
"bi tolong bibi siapkan wearpack jeni ya, dan dua stel pakaian jeni, yang lengkap. kita ketemu di pertigaan ya".
"Iya sekarang non jeni ada di mana?"
"Jeni di rumah dona dina, dan ada pekerjaan penting bi, oke jeni tutup ya, ini kami otw."
Jeni mematikan sambungan telponnya. mereka segera membereskan bekas makan siang mereka dan segera meluncur ke tempat yang mereka janjikan untuk bertemu bi surti.
Setelah semua beres mereka segera menuju ke lokasi. Menunggu bi Surti di sana.
Akhirnya orang yang di tunggu tunggu Chat Jeni.
" Non, bibi tidak bisa keluar, tas nona di bawa nisa lewat samping rumah, ambil di arah barat. nyonya sedang mengawasi bibi. untung bibi ingat Nisa dan cara mengoperasikannya, sudah ya non."
Begitulah chat bi Surti, beberapa waktu yang lalu Jeni memasukkan sensor suara bi surti juga, untuk jaga jaga, jika keadaan genting.
"Kita ke barat rumah Guys, bi surti tidak bisa keluar, nyonya besar sedang mengawasi dia, tas gue di bawa nisa, lewat samping rumah." ucap Jeni.
Twins D mengernyitkan dahinya heran dengan Nisa.
"Siapa Nisa?" tanya Dina dengan heran.
"Nanti kalian akan tahu." jawab Jeni singkat.
Twins D pasrah saja, mereka menuruti kata kata Jeni kearah barat pagar rumah Jeni. seperti mau maming saja.
"Eh kok ,gue pikir kita seperti detektif yang sedang beraksi." polos Dina
"Bukan detektif yang paling mirip itu kita seperti maling saja, hihi." Dona terkikik geli.
Tiga gadis itu melihat sesuatu yang bergerak dari Atas, Ternyata Nisa menarik tas jeni ke atas tembok pagar, sampai di sana, Nisa melihat sensor keberadaan jeni, menjatuhkan tas ransel tersebut ke bawah.
Twins D melihat Tas tersebut jatuh sendiri dan diikuti sebuah tangan yang ikut meluncur ke bawah. Twins D berteriak histeris mengira Nisa itu hantu.
Dengan segera Jeni menutup mulut si kembar, supaya tidak ada yang mendengar. Tangan Dona dan Dina menunjuk nunjuk ke arah nisa, mata mereka tertutup rapat, merasa ketakutan dengan sosok tangan saja, berjalan lincah.
Setelah Dua D tidak teriak lagi Jeni melepas tangan dia dari mulut Twins D. dan mengambil Ranselnya yang jatuh ke rumput.
"Thank you nis, gue periksa dulu ya apa afa yang kurang." Jeni memeriksa isi ransel tersebut ,sementara nisa menunggu di depannya.
duh Thor banyak yg mengingatkan typo nya tapi nda diperdulikan