Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
wangi parfume asing
"Kamu beneran akan pulang, mas? Kamu tidak mau menginap di sini?" tanya Amelia dengan suaranya yang manja, berharap pria itu berubah pikiran dan menginap di tempatnya.
Evan mengulas senyuman, kemudian ia berjalan dan mencium puncak kepala Amelia. "Tidak, sayang. Mungkin lain kali aku akan menginap disini," ucapnya membuat Amelia kecewa.
"Hmm padahal aku sangat berharap kamu menginap malam ini. Tapi, ya sudahlah, istrimu memang lebih penting daripada aku." Rajuk Amelia seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. Pura-pura marah, agar Evan merasa bersalah kepada dirinya.
"Jangan berbicara seperti itu, sayang. Kamu juga sangat penting bagiku. Jadi, jangan marah, ya." Evan mendaratkan kecupannya di kening wanita sialan itu, setelah itu, ia pun memeluk tubuh wanita itu yang masih telanjang. "Aku pulang dulu, ya. Kamu istirahat, pasti sangat capek bukan?" ucapnya setelah ia melepaskan pelukannya, menatap Amelia dengan hangat.
Amelia hanya mengangguk saja, ia menyerah dan membiarkan Evan pulang ke rumahnya. Toh apa yang ia inginkan sudah ia dapatkan. Lagian, masih banyak waktu bagi dirinya untuk melakukan hubungan terlarang itu dengan Evan lagi nanti.
Evan bergerak, melangkahkan kedua kakinya keluar dari dalam kamar Amelia. Ia menyambar tas kerja yang tergeletak di atas sofa, lalu membawanya pergi.
Amelia bangkit, ia langsung mengejar Evan yang kini telah berjalan menunjuk pintu. "Mas, tunggu." Teriaknya membuat Evan langsung menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik dan menatap selingkuhannya.
"Ada apa, sayang?" tanya Evan sambil mengernyitkan keningnya bingung.
"Hati-hati di jalan. Ingat aku terus, ya." Ucap Amelia sambil melayangkan kecupan di bibir Evan, membuat pria itu tersenyum.
"Tentu saja. Tubuhmu tidak bisa aku lupakan," bisik Evan membuat rona di wajah Amelia tergambar jelas. Malu dan senang, itulah yang di rasakan oleh wanita tidak tahu diri itu.
"Aku pulang dulu. Jangan memberiku pesan, sebelum aku mengirimkanmu pesan, mengerti," kata Evan yang hanya di anggukki kepala oleh Amelia.
Setelah itu, Evan pun langsung meraih knop pintu, lalu membukanya dengan lebar. Evan berjalan keluar, pergi meninggalkan Amelia sendirian.
"Hmmm lihat saja nanti. Aku pasti bisa memilikimu seutuhnya, Mas. Aku akan pastikan itu terjadi." Ucap Amelia dengan seulas senyuman licik dari sudut bibirnya.
***
"Sayang, bangun. Kamu tidur di sini?" Evan membangunkan istrinya yang tertidur di atas kursi sofa yang berada di ruang tengah. Menunggu dirinya yang tak kunjung pulang, membuat Gladis ketiduran di atas kursi sofa itu.
Mengerjapkan kedua matanya, lalu menatap suaminya yang sedang tersenyum ke arahnya. Sontak, Gladis pun langsung bangun dan duduk di atas kursi sofa itu.
"Mas, kamu baru pulang? Ini sudah sangat malam, loh. Tidak biasanya kamu pulang jam segini? Apakah kamu lembur? Kenapa ponselmu mati? Apakah kamu tidak tahu, kalau aku sangat mengkhawatirkanmu?" Cecar Gladis sambil menatap suaminya dengan kesal, namun hatinya merasa lega, karena sang suami pulang dengan selamat.
Evan tersenyum, ia pun lantas mengecup kening sang istri dengan lembut, lalu membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya. "Maaf sayang. Ponsel mas kehabisan baterai, makannya tidak bisa di hubungi. Bos mas juga sangat menyebalkan hari ini. Meminta mas untuk lembur sampai malam. Maafin mas, ya. Karena mas sudah membuatmu khawatir dan ketiduran di atas sofa." Dusta Evan dengan sangat halus, seolah-olah apa yang dia ucapkan adalah sebuah kejujuran.
Bicaranya begitu Lancar seperti jalan tol, mulus tanpa hambatan. Siapa pun yang mendengarnya, tidak akan curiga jika pria ini sedang berdusta. Begitu pun juga dengan Gladis.
"Aku maafkan. Tapi, lain kali kalau kamu lembur, kasih tahu seperti biasanya. Ponselmu juga, harus selalu aktif, jangan seperti tadi lagi. Kamu tidak tahu seberapa khawatirnya aku tadi?" Kesal Gladis sambil mengerecutkan bibirnya, membuat Evan gemas dan langsung mengecupnya saat itu juga.
"Maaas! Aku sedang kesal tahu. Malah menciumku. Nyebelin banget sih." Ketus Gladis seraya memukul dada bidang milik Evan, membuat pria itu terkekeh.
"Kamu sangat menggemaskan jika kesal seperti itu. Membuat aku ingin menciumnya lagi dan lagi." Ucap Evan sambil mengedipkan sebelah matanya nakal.
"Mau olahraga malam, sayang? Mas... "
"Tidak! Aku sedang halangan. Lebih baik kita istirahat saja. Aku juga sudah mengantuk, dan kamu juga besok harus bangun pagi bukan?" Potong Gladis membuat Evan menghela nafasnya, kecewa karena ternyata sang istri sedang halangan. Padahal dia sangat merindukan tubuh istrinya. Tetapi sayangnya ia tidak bisa menyentuhnya saat ini. Mungkin tunggu beberapa hari lagi, baru dia bisa menyentuh tubuh istrinya tersebut.
Pria brengsek ini, padahal tadi sudah bergumul dengan selingkuhannya, sampai rumah, ia juga ingin bermain dengan istrinya, benar-benar pria bajingan!
"Baiklah, sayang. Mas akan tahan sampai beberapa hari kalau begitu. Ya meskipun harus tersiksa, tapi tidak masalah buat mas," ucap Evan terdengar berat membuat Gladis merasa kasihan. Namun, apa boleh buat, dia memang sedang kedatangan tamu bulanannya. Jadi, dia tidak bisa memberikan apa yang di inginkan oleh suaminya tersebut.
"Hmm, kalau begitu ayo kita masuk kamar. Kita istirahat, karena besok kamu harus bangun pagi-pagi lagi." Ajak Gladis mengalihkan pembicaraannya. Menatap suaminya, kemudian ia berdiri.
"Oh iya, Mas. Apa kamu sudah makan malam? Kalau belum, biar aku siapkan.... "
"Sudah, sayang. Tidak perlu repot-repot. Mas tahu hari ini akan pulang larut, makannya Mas memilih untuk makan malam di tempat kerja, karena Mas tidak ingin membuat istri Mas kecapean tengah malam hanya untuk menyiapkan makan malam, Mas." Sela Evan seraya melayangkan kecupan nya di kening sang istri. Lalu memeluk tubuh istrinya sebentar.
Wangi parfum sangat asing tercium di hidung Gladis saat ini. Wangi parfum itu seperti wangi parfum seorang wanita, membuat hati Gladis terasa panas,dadanya terasa sesak seperti di timpa batu besar.
"Apakah hidungku bermasalah? Rasanya saat tadi mas Evan memelukku, aku tidak mencium aroma parfum ini. Tapi sekarang... Ah tidak-tidak... Aku tidak boleh berpikiran negatif dulu. Aku harus tenang, mas Evan tidak mungkin berbohong. Dia pasti lembur, ya dia pasti tidak berbohong." Batin Gladis sambil mengepalkan satu tangannya kuat. Dadanya naik turun, nafasnya memburu tak beraturan.
"Ada apa, sayang? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Evan terlihat khawatir saat melihat perubahan istrinya yang tiba-tiba.
Gladis menggeleng pelan, sebisa mungkin ia menutupi perasaannya yang kacau saat ini. Menatap suaminya dengan lekat, lalu tersenyum.
"Aku tidak apa-apa, Mas. Ayo kita istirahat, aku sudah mengantuk," sahut Gladis pelan.
Tidak menunggu jawaban dari sang suami, Gladis pun langsung berbalik dan berjalan pergi menuju kamarnya meninggalkan Evan yang masih di selimuti oleh tanda tanya.
"Aneh! Kenapa dia mendadak berubah seperti itu? Ah sudahlah, mungkin dia memang sudah mengantuk. Lebih baik aku juga istirahat, besok aku harus bangun pagi lagi." Evan berbicara sendirian. Setelah itu, ia pun bergegas membawa kakinya menyusul sang istri memasuki kamarnya.
makasih Thor🙏💪