Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kata-Kata Aulia
Damar keluar kamar ketika dua orang perawat datang. Dia kemudian masuk ke ruang kerja. Damar kembali teringat dengan kata-kata Aulia tadi sebelum pulang.
"Sebaiknya kakak menjauhi wanita rubah itu." kalimat yang memang selalu Aulia ucapkan padanya. Bahkan sebelum dia menikah dengan Naya.
"Nanti kak Naya bisa marah karena cemburu." kata Aulia lagi.
Damar memang menyadari jika selama makan malam tadi Naya sedikit murung, tapi dia tidak berpikir jika itu karena Rosa. Pasalnya sejak sore tadi Damar sudah melihat Naya murung dan sedih.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya Damar, kembali ke kamar dan mendapati Naya sudah tertidur pulas. Damar kemudian mengambil ponsel Naya yang di letakkan wanita itu di laci meja nakas.
Di matikan. Batin Damar ketika melihat ponsel Naya dalam keadaan mati.
Kemudian Damar menekan tombol on untuk menyalakan ponsel itu. Meskipun Naya memakai kunci pola pada ponselnya tapi itu bukan masalah. Karena Damar sudah hafal polanya. Ya, selama dua tahun bekerja dengannya, diam-diam Damar selalu memperhatikan wanita itu. Bukan hanya pola, tapi kebiasaan, makanan dan minuman kegemaran Naya juga Damar tahu.
Wanita yang ramah dan selalu terlihat ceria. Memiliki wajah cantik alami tanpa polesan make up yang berlebihan. Berpenampilan sederhana dan bersikap apa adanya. Kecuali saat di depannya dan juga papa Awan. Mungkin Naya menghormati dia dan papanya sebagai atasan.
Damar mulai mengotak atik ponsel Naya, melihat aplikasi pesan masuk. Ternyata Naya sudah membaca semua pesan masuk dari Candra dan beberapa pesan dari teman-teman kantor Naya. Kemudian Damar melihat log panggilan dan melihat ada panggilan tidak terjawab dari Candra hari ini.
Damar kemudian menghela napas. Mungkin ini yang menyebabkan Naya bersedih. Apa mungkin Naya merindukan dan masih mencintai mantan tunangannya itu. Damar kemudian mematikan ponsel Naya dan menyimpannya di tempat semula.
Di tatapnya wajah wanita yang dia nikahi dua Minggu yang lalu. Memang terkesan dia memaksa Naya untuk menikah dengannya, dengan dalih amanah dari ayah Naya dan agar bisa bertanggung jawab sepenuhnya untuk pengobatan wanita itu. Tapi yang sebenarnya adalah...
"Pergi ! pergi ! pergi ! hiks hiks hiks.." Naya tiba-tiba menjerit sambil menangis.
Sepertinya wanita itu kembali mengalami mimpi buruk setelah beberapa hari ini tidur dengan nyenyak.
Damar lalu naik ke tempat tidur, segera membawa Naya kedalam pelukannya untuk menenangkan wanita itu, seperti yang selalu Damar lakukan setiap kali Naya mengalami mimpi buruk. Dan memang caranya itu berhasil. Naya langsung diam dan kembali tertidur pulas dalam pelukan Damar.
(kembali dari sudut pandang author ya)
Naya terbangun ketika Damar sudah berpakaian rapi, bersiap pergi ke kantor. Hari ini Naya agak kesiangan karena tidurnya yang terlalu nyaman tadi malam.
Sarapan sudah tersedia di meja sofa. Kemudian Damar membawanya ke tempat tidur.
"Ayo, sarapan." ajak Damar.
Naya masih mengumpulkan nyawa-nyawanya tiba-tiba Damar sudah mengajaknya sarapan. Naya bahkan belum mendudukkan tubuhnya yang memang tidak bisa ia lakukan sendiri.
"Mari ku bantu." kata Damar ingin membantu membangunkan tubuh Naya setelah meletakkan napan di tempat tidur.
Astaga, memalukan sekali. Batin Naya.
Dia baru saja bangun tidur, entah bagaimana rupa dan baunya. Apa Damar tidak jijik dekat-dekat dengannya. Pikir Naya.
Damar mengambil secangkir kopi untuknya. Kebiasaan pria itu minum kopi saat sarapan bersama roti.
"Tiga hari lagi kau sudah mulai menjalani terapi." beritahu Damar yang membuat Naya merasa senang.
"Benarkah ?" tanya Naya tak percaya dan di jawab dengan anggukan oleh Damar.
Naya tersenyum senang, semakin cepat dia menjalani terapi maka akan semakin cepat dia bisa bejalan. Naya sudah tidak sabar ingin segera berjalan seperti biasa. Dan jika dia sudah sembuh dan bisa berjalan lagi itu artinya tanggung jawab Damar juga sudah berakhir. Mungkin pernikahan mereka juga akan berakhir.