Leona Subroto tinggal di sebuah perkampungan kumuh, Dia dikenal sebagai bu guru yang baik hati. Orang-orang di sekelilingnya tidak ada yang tahu siapa dia. Sampai suatu hari pertemuannya dengan pria kaya bernama Abizar membuat semua tabir hidup Leona terungkap. Bagaimana kehidupan Leona ke depannya? Simak Selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Itu Semua Karena Kalian
Wajah Leona mendadak cemberut. Dia hendak bangkit. Namun, Napoleon segera menahan bahu Leona.
"Jangan paksakan dirimu bangun. Sambil tiduran aja, jawab pertanyaan kakek," ujar Napoleon.
Leona menatap semua orang dengan sedih. Matanya berkaca-kaca dan bibirnya mengerucut. Dia merasa sesak tiba-tiba. Ini salah satu alasan dia tidak betah tinggal di rumah ini dan memilih tinggal di luar. Baginya kampung kumuh lebih baik dari rumah ini.
Leona tidak tahan terus menerus dikekang seperti ini. Dia merasa keluarganya terlalu overprotective. Dia tidak menampik keberuntungannya, ia bersyukur dilahirkan di keluarga yang semuanya saling menyayangi, tapi Leona merasa mereka berlebihan.
"Leon, jangan paksa adikmu!" tegur mama Wulan.
Papi Sabara pun ikut berujar, "Benar apa kata Mamamu. Jangan paksa Leona." Meski mengatakan hal yang bertolak belakang nuraninya. Papi Sabara hanya mengingat ancaman istrinya tadi.
Awalnya mama Wulan juga tidak suka dengan Abizar, tapi saat melihat Leona seperti ini, dia mau tidak mau menurunkan egonya. Dia ingin melihat putrinya bahagia, terlepas siapa yang akan putrinya pilih sebagai pendamping.
flashback
Papi Sabara dan Mama Wulan terdengar sedang beradu argumen. Papi Sabara tidak ingin Leona seperti ini hanya gara-gara Abizar, tapi mama Wulan menanggapi hal ini lain.
Mulanya ia juga tidak setuju putrinya yang berharga diperlakukan seperti itu oleh Abizar, tetapi dia tiba-tiba tercerahkan saat acara makan malam. Dia merasa tidak bisa membatasi Leona. Bagaimana pun juga kebahagiaan Leona nomor satu baginya. Lagipula selain ibunya yang menyebalkan, sebenarnya mama Wulan tidak terlalu membenci Abizar. Dia hanya kecewa kenapa Abizar menculik putrinya, tapi setelah mendengar penjelasan Alex, dia sedikit merasa bersalah sudah menuduh Abizar yang tidak-tidak.
"Pokoknya papi ga mau anak kita berhubungan dengan pria itu."
"Pi, papi ga lihat Leona kemarin? Saat kita membahasnya di meja makan, dia terlihat sedih. Mau sampai kapan kalian semua membatasi Leona, Usianya sudah 23 tahun. Gadis seusia dia sudah banyak yang punya suami, paling tidak punya pacar, tapi kalian terus mengekang Leona. Mungkin keputusannya untuk tinggal di kampung kumuh itu bukan cuma karena dia ingin mengajar anak-anak itu, tapi karena dia juga tidak betah ada di rumah ini."
Papi Sabara terdiam, dulu dia pernah berpikir begini, tapi tidak lama kemudian, dia memupus pikiran itu, tapi setelah istrinya mengatakan hal itu, mau tidak mau dia memikirkannya lagi.
"Papi harus ada di pihak mama untuk masalah ini. Kalau engga ...." Mama Wulan menunjukkan bogemannya pada papi Sabara. Hanya begitu saja, pria paruh baya itu langsung menciut.
"I_iya, Ma."
Flashback off
Kakek Wira menatap semua orang dengan kesal. Meski sebenarnya kebanyakan dari mereka diam saja, tapi itu tetap membuat kakek Wira kesal.
"Sebaiknya kalian keluar. Aku ingin bicara dengan Leona sendiri," ucap pria tua itu tegas. Meski usianya sudah 80 tahun, tapi tubuhnya yang tegap membuatnya terlihat seperti pria berusia 60 tahunan. Apalagi rambut kakek Wira hanya sedikit memiliki uban. Dia tidak kalah dengan Sabiru putra pertamanya.
Semuanya keluar dengan teratur, meski sebagian wajah mereka tampak tidak terima. Kini tinggallah Leona dan juga kakek Wira. Kakek Wira menggenggam tangan Leona dan mer*masnya dengan lembut.
"Kakek." Leona menitikkan air mata.
"Ada apa, Sayang?"
"Apa kakek marah sama aku?"
"Kenapa kakek harus marah?"
"Karena Leona ga pernah membanggakan keluarga kita."
"Kamu kebanggaan keluarga ini," ujar kakek Wira seraya mengusap air mata Leona.
Leona menundukkan kepalanya, dia sedikit ragu untuk menanyakan perihal Abizar pada kakeknya, tapi pesan dari Lisa tadi membuat dia terus kepikiran.
Lisa mengatakan jika saat ini Abizar mengalami masalah di perusahaan. Katanya beberapa ekspedisi yang seharusnya berangkat kemarin sampai sekarang belum bisa diberangkatkan karena tidak ada kargo yang mau mengangkut barang-barang produksinya.
Entah hal itu benar atau salah, tapi jika itu menyangkut semua pengiriman barang baik jalur laut, darat atau udara, pasti kakeknya lah yang berulah. Karena kakeknya hampir menguasai seluruh logistik armada pengiriman barang baik itu diluar negeri maupun dalam negeri.
"Leona, ada apa?"
"Ehm, apa kakek mempersulit Abizar?"
Kakek Wira pura-pura batuk kering. "Siapa Abizar?"
"Kek, kakek jangan pura-pura lagi."
"Kakek pura-pura apa?" tanya kakek Wira sembari membuang tatapan matanya.
Leona melipat tangannya di dada. Wajahnya terlihat sembab tapi menggemaskan. Kakek Wira melirik cucu perempuannya. Tak tega melihat wajah merajuknya akhirnya kakek Wira menyerah.
"Baiklah. Baiklah. Kakek akan mengaku, tapi jangan marah, Ok."
Leona hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu kakek Wira mulai menceritakan semuanya. Dia mengakui perbuatannya, hanya saja alasannya karena dia ingin membalas perbuatan pria itu padanya.
"Kakek, kenapa kakek lakukan itu? Tahukah kakek, apa resiko yang harus ditanggung Abizar. Dia tidak hanya menghidupi dirinya sendiri, tapi juga banyak orang yang bergantung di bawah perusahaannya."
"Karyawan Abizar pasti sudah mati semua jika mereka bergantung dibawah perusahaan," ucap kakek Wira bercanda.
"Kakek!" seru Leona manja.
"Baiklah, baiklah, kakek tidak akan bermain-main lagi dengan pria itu, tapi kakek tetap tidak setuju jika kamu jatuh cinta sama dia."
"Siapa yang jatuh cinta?" tanya Leona cemberut. Kakek Wira mengusap puncak kepala Leona dengan bahagia. Tak lama nenek Leona masuk. Dia membawa nampan. Di atasnya terdapat semangkuk bubur dan juga segelas air putih. Leona menyambut neneknya dengan senyuman. Nenek Leona meletakkan nampannya diatas meja. Dia lantas memeluk cucunya dengan erat.
"Nenek sangat merindukan kamu, Leona."
"Leona, juga. Nenek tinggal di sini saja sama Leon. Biar kakek di sana sendirian."
"Enak saja. Jika nenek kamu tinggal di sini, kakek juga akan tinggal di sini. Dimana pun nenekmu berada, disitulah kakek tinggal."
"Ih, kakek lebay."
"Kamu tidak tahu saja. Ini namanya cinta sejati." Leona mencibir kakeknya.
"Bagaimana mau tahu cinta sejati, kakek saja sama yang lain sering menghalangi Leona dekat dengan laki-laki."
"Itu karena mereka tidak layak untuk kamu."
"Sudah, sudah. Kalian semuanya memang keterlaluan. Leona juga berhak bahagia. Siapapun pilihannya kita harus mendukungnya. Selama dia bukan seorang kriminal. Apa salahnya membiarkan gadis ini mencoba berhubungan dengan laki-laki."
"Tidak boleh!" papi Sabara tiba-tiba masuk dan mengejutkan ketiga orang itu. Napoleon berjalan di belakangnya diikuti yang lainnya. Nenek Welas menggelengkan kepalanya melihat tingkah para lelaki keturunan Subroto ini.
"Ada apa dengan kalian? Apa kalian tidak sadar, selama ini Leona memilih tinggal di kampung kumuh karena apa?" nenek Welas menatap semua orang dengan tajam.
"Itu semua karena ulah kalian. Leona tidak tahan dengan keposesifan kalian," lanjut wanita tua itu dengan marah.
Eehhh....mma wulan trnyta ga ska sm emaknya abi y???alamt ggal besanan dong....
slain rstu kluarga msing2,jg ada prmpuan gila yg t'obsesi sm abi....
dia pst bkln trs ngusik.....