Nasib malang menimpa Celine Violetta Atmadja. Baru saja dia berkabung kerena meninggalnya sang ayah, dia justru diusir oleh Ibu dan juga saudara tirinya. ternyata selama ayahnya sakit keras, mereka sudah membalik nama semua aset kekayaan milik keluarga Atmadja menjadi milik mereka. Untuk itu, Celine tidak mempunyai pilihan selain pergi dari sana.
Tapi bukan berarti Celine akan diam saja. Dia bersumpah akan membalas ibu dan saudara tirinya itu. Apapun akan dia lakukan, termasuk menikah dengan pria cacat yang kaya untuk membalas mereka.
Nicholas Arian Dirgantara, CEO tampan yang bernasib tragis. Dia harus duduk di kursi roda setelah kecelakaan hebat yang menimpa dirinya 2 tahun yang lalu. Karena hal itu juga, kekasihnya berselingkuh dengan sahabat Nick
Semenjak saat itu, Nick menjadi pria yang agresif. Kondisinya yang tidak bisa berbuat apa-apa membuatnya mudah marah. Hingga suatu hari, ibunya datang membawa seorang wanita yang akan menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Melanjutkan Pengobatan
Di restoran, mereka kembali berbincang. Rian dan Indira juga sudah mulai dekat dengan saling bercerita. Hingga Rian memberanikan diri untuk menanyakan tentang putri tuan Marcello pada Soraya dan Indira.
"Aku turut berdukacita atas meninggalnya tuan Marcello, nyonya. Maafkan aku, karena tidak bisa hadir saat pemakamannya." sesal Rian
"Tidak apa-apa, tuan. Lagipula itu sudah lama terjadi. Aku juga mencoba untuk bangkit karena tanggung jawab yang ditinggalkan mendiang suamiku." seru Soraya
Rian tersenyum dan mengangguk. Dia menyesap sedikit minumannya dan kembali berkata, "aku dengar, Tuan Marcello mempunyai seorang putri."
"E-e.. Itu..." Soraya dan Indira saling pandang. Dia bingung harus menjawab apa, karena keberadaan Celine saja, mereka tidak tahu. Bagaimana jika Rian memaksa ingin bertemu dengannya? Lagipula, kenapa tiba-tiba Rian membahas wanita itu? Pikir Soraya.
"Begini Tuan. Setelah suamiku meninggal, Celine memilih pergi dari rumah. Entah kemana dia sekarang berada? Aku sudah mengerahkan orang-orang ku untuk mencarinya." seru Soraya berdusta.
Rian hanya mengangguk. Dia tahu jika Soraya berbohong. Baiklah, mungkin untuk sekarang mereka belum mau mengatakan yang sebenarnya. Tapi nanti di pertemuan kedua, dia akan memberitahu mereka dimana Celine berada. Lagipula jika dia mengatakannya sekarang, mereka akan curiga. Jadi lebih baik, dia menahan diri dulu. Dia harus bersabar untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
...****************...
Jika Rian tengah menjalin kerjasama dengan ibu tiri Celine, maka Nicholas tengah berada di rumah sakit dengan Celine. Hari ini, mereka pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kaki Nicholas. Mereka berencana untuk melanjutkan pengobatan Nicholas pada dokter Irfan yang dulu menangani Nicholas.
"Jadi, bagaimana dok? Apa suami saya masih bisa berjalan?" tanya Celine.
Dokter Irfan memastikan hasil dari pemeriksaan Nicholas dan mulai menjelaskan pada mereka, "begini nyonya, sebenarnya masih ada kesempatan untuk bisa berjalan. Tapi persentase nya tidak sebanyak saat pertama kali Tuan mengalami kecelakaan. Jika seandainya dari awal, tuan Nicholas rutin melakukan terapi dan pengobatan, mungkin saat ini tuan Nicholas sudah bisa merasakan sesuatu pada kedua kakinya. Jadi...."
"Ayo kita pulang!!" ajak Nicholas. Dia tidak mau lagi mendengar penjelasan dokter Irfan, karena dari dulu hal itu yang selalu dia dengar. Dokter Irfan seolah mengatakan jika dia masih ada kesempatan untuk berjalan, tapi disisi lain, ucapannya mengisyaratkan jika hal itu sangat sulit terjadi. Ditambah lagi, persentase kesembuhannya yang semakin menurun, membuat dia putus asa.
"Tunggu Nick!! kita dengar dulu penjelasan dokter Irfan." seru Celine
"Apa kau tidak paham apa yang dokter Irfan katakan? persentase kesembuhanku menurun. Jika dari awal saja kesempatan untuk sembuh sangat kecil, lalu bagaimana dengan sekarang?" teriak Nicholas
Celine terdiam sejenak. Dia tahu perasaan Nicholas saat ini. Pasti sangat sulit menerima kenyataan pahit itu. Tapi tidak ada salahnya mencoba, bukan?
"Dok, bisa tinggalkan kami sebentar?" pintanya. Dia harus menenangkan Nicholas terlebih dahulu. Bagaimanapun caranya, dia harus membujuk Nicholas agar mau melanjutkan pengobatan ini.
"Nick!!" Celine memutar kursi roda Nicholas agar menghadap dirinya. Dia menggenggam tangan pria itu dan berkata, "aku tahu maksud dokter Irfan. Tapi, bisakah kau berfikir positif? Jangan terpaku pada persentase kesembuhanmu, tapi kau harus yakin jika kau masih mempunyai kesempatan untuk sembuh." seru Celine
"Aku memang tidak tahu apa yang kau rasakan saat ini. Tapi aku tahu, kau berubah kasar karena kau kecewa dengan keadaan mu. Kau merasa tidak berguna apalagi mendengar hinaan dan juga pengkhianatan dari orang yang kau sayangi. Tapi, pernahkah kau berfikir jika di luar sana masih banyak yang tidak seberuntung dirimu? Mereka harus berjuang untuk hidup dengan keadaan tidak sempurna, sedangkan kau? Kau mempunyai uang untuk berobat. Dan kesempatan itu masih ada walaupun hanya kecil." lanjut Celine
"Jadi, aku mohon!! Tetap lakukan pengobatan ini. Lagipula, apa kau tidak ingin bermain dengan anakmu kelak?" Celine Memalingkan wajahnya malu. Anak? Apa mereka benar-benar akan mempunyai anak? Hah... Kenapa dia jadi membahas sesuatu yang sensitif seperti itu?
"Anak, ya?" Nicholas tersenyum tipis. Dia menarik kursi Celine hingga mereka begitu dekat, "jadi kau sudah siap, hm?" bisik Nicholas
"Em...I-itu.." Kedua mata Celine melihat ke kanan dan ke kiri karena terlalu gugup. Apalagi wajah Nicholas yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Aku akan menyetujuinya, jika nanti malam..." tangan Nicholas mengusap pelan paha Celine yang terhalang celana panjang. Hal itu membuat Celine meremang. Dia menggigit bibir bawahnya dengan nafas yang memburu.
Nicholas menatap intens wajah Celine. Dia memundurkan wajahnya dan tertawa keras. Dia sangat suka melihat wajah tegang istrinya. "Aku hanya bercanda, Celine . Kenapa kau terlihat tegang begitu?" ucap Nicholas disela-sela tawanya.
Celine mendengus kesal dan pergi meninggalkan Nicholas begitu saja.
"Hei.. Mau kemana? Kau marah ya? Aku hanya bercanda, Celine." teriak Nicholas . Dia menggerakkan kursi rodanya dan menyusul Celine keluar.