Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertarung melawan satu anggota kelompok Langit Ireng sambil bercinta
“Kenapa kak pelangi tidak memakai baju sama sekali?, kak pelangi mau kerokankah dan pijatkah?”. Tanya purwati
Terlihat Pelangi langsung mengambil bajunya dan memakainya lagi dan langsung keluar dari kamar itu dengan wajah jengkel.
“Waduh, sialan!, Kenapa latihannya secepat ini!, jancok, jancok, jancok!”. Gumam Rama dalam hatinya.
“Kak pelangi kenapa kak? Kok raut mukanya sepertinya tidak suka kalau aku bersama kakak?”. Tanya Purwati lagi dan lagi
Sementara Rama sedang bingung dengan perasaan jengkel, malu, masih pengin lanjut dan lain sebagainya di kepalanya.
“DIMANAKAH BOCAH BERNAMA RAMA BERSEMBUNYI?!”. Terdengar suara yangs angat menggelegar diatas istana kerajaan Singo Ngaung dan membuat semua orang yang berada diistana itu langsung tergaget, begitu juga dengan Sukmawati dan Wicaksana yang masih lemas setelah bertarung habis-habisan diatas ranjang dan langsung mengenakan bajunya.
Rama terlihat langsung berlari keluar dan mencari sumber suara itu, begitu kagetnya setelah melihat sosok kepala manusia berjenggot tebal dan berkumis panjang berwana putih yang berada tepat diatas kerajaan.
“Aku Rama!”. Teriak Rama yang langsung beridi ditengah halaman istana kerajaan.
“Hahahaha, ternyata berani keluar juga kau ini!, baiklah karena kau sudah disana, aku akan langsung menghabisimu saja!”. Kata sosok kepala besar itu yang langsung mengeluarkan semburan api yang membakar seluruh pepohonan yang berada di halaman istana kerajaan itu.
Terlihat rama langsung menyerap seluruh api yang menghampirinya itu dengan kekuatannya, melihat itu, Pelangi yang memang sedang marah karena gagal bertarung diranjang lagi, dia langsung terbang dan mengeluarkan kemarahannya yang sangat menakutkan.
“Sepertinya kau datang diwaktu yang tidak tepat kakek jelek!”. Bentak Pelangi yang langsung mengeluarkan aura dewinya
“Kau datang saat hatiku sedang benar-benar ingin melampiaskan kemarahan!”. Lanjut Pelangi.
Terlihat sosok kepala itu diremas-remas dengan kekuatan yangan dewi yang ukurannya lebih besar dari kepala orang tua itu, terlihat sosok seorang kakek yang wajahnya sama persis dengan sosok wajah yang barusan menghampiri Rama dan Pelangi yang keduanya memang sedang sama-sama jengkel.
“Istriku, apakah kita harus bercinta sambil berperang lagi?”. Tanya Rama kepada Pelangi yang akhirnya sedikit malu, ingin tertawa terbayang saat membunuh para siluman dengan berciuman saat itu.
“Ah, kamu!, bolehlah, daripada tidak bercinta sama sekali!”. Jawab Pelangi yang langsung menghampiri rama dan langsung nyosor menciumi rama penuh semangat 31, Rama terlihat kembali bersemangat dengan kekuatan yang lebih dahsyat lagi dia terban keatas dan langsung mengeluarkan aura dewa perang yang berwarna keemasan diselimuti aura dewi yang berwarna putih mengkilap dengan cahaya yang sangat terang.
Bersatunya rama dengan Pelangi yang sambil berciuman diatas istana kerajaan itu ternyata dapat meningkatkan kekuatan rama yang langsung naik keranah langkah awal dewa tahap ketiga seketika itu.
“Apa-apan dua bocah ini, tidak punya malukah kalian, berciuman dihadapan kakek tua ini?”. Teriak kakek itu sambil mengeluarkan aura hitam pekat berbentuk asap-asap kecil yang memenuhi halaman istana hingga terlihat sangat gelap gulita.
“Ceplok!, Ceplok!”. Kecupan demi kecupan tedengar dikedua telinga sepasang kekasih yang sedang bercinta diatas kerajaan sambil terbang seakan tak menggubris sedang ada bahaya dibawahnya.
“Bocah ini benar-benar gila!”. Gumam kakek itu sembari mengarahkan serangannya kearah Rama dan pelangi yang sedang menikmati percintaan mereka diatas.
Dan “WUZH!” suara angin kencang dengan warna hitam pekat itu menusuk tubuh Rama dan pelangi yang masih saja berciuman tak menghiraukan apapun yang sedang menimpa mereka berdua itu.
Asap-asap hitam terlihat menembus badan Rama dan Pelangi yang masih saja beradu bibir dengan sangat bersemangat.
“Sialan bocah ini ternyata memang ingin mati sambil bercinta ternyata”. Gumam kakek itu sembari menggerutu.
Kakek itu kembali mengeluarkan satu siluman raksasa yang besarnya memenuhi halaman istana itu engan kekuatan diranah dewa puncak yang dapat mengeluarkan berbagai macam bentuk kekuatan, terlihat siluman raksasa itu mulai mengeluarkan sebuah senjata berbentuk trisula yang besarnya lima kali tinggi pohon kelapa ditangannya, dan langsung melemparnya ke arah Rama dan Pelangi yang terlihat sudah mulai menciumi bagian leher Pelangi dan tidak terlihat oleh siapapun karerna cahaya yang begitu menyilaukan dari tubuh mereka berdua yang dapat menutupi apa yang sedang mereka lakukan diatas sana.
Terlihat trisula itupun menusuk tubuh rama dan Pelangi, namun mereka berdua tetap saja bercinta dan tak menghiraukan apapun yang datang menghampirinya.
“Cahaya macam apa ini, semakain lama, mataku tak bisa melihat keberadaan mereka berdua, apakah mereka berdua sudah benar-benar mati?”. Kata si kakek dengan kembali menggerutu.
Tapi terlihat siluman raksasa itu mencoba mengeluarkan senjatanya lagi yang lain yang berbentuk tombak yang ujungnya benar-benar tajam dan diselimuti aura api dan aura racun juga aura besi dewa yang benar-benar menjadikan senjata itu terlihat tak mungkin bisa ditangkis oleh kekuatan siapapun, bahkan orang yang sudah diranah dewa puncakpun akan sangat kuwalahan ketika melawan senjata tongkat itu.
Terlihat tongkat itu dilemparkan kembali kearah rama yang kini sudah terlihat mulai meremas-remas hutan rimba yang berada dibawah pusaran bumi milik pelangi dan terlihat pelangi mulai merasakan sensasi yang sangat luar biasa saat itu, sambil terus mengeluarkan aura mereka berdua yang semakin besar dang benar-benar membuat malam hari seperti siang hari dengan cahaya yang begitu menyilaukan.
“ADA TONTONAN MENARIK DIBAWAH SANA DEWA!”. Terlihat ada dua dewa yang sedang menonton pertunjukan percintaan Rama dengan Pelangi yang sedang bercinta sembari menyatukan aura mereka.
“SANG DEWI DAN SANG KAISAR DEWA SEDANG BERCINTA!”. Kata dewa yang satunya lagi.
“BENAR-BENAR KEJADIAN YANG SANGAT LANGKA, BAHKAN SEUMUR HIDUP DUNIA INI MUNGKIN INI ADALAH YANG PERTAMA DAN YANG TERAKHIR TERJADI”. Kata dewa itu.
“BENAR SEKALI”.
Rama menjetikkan kedua jarinya yang membuat kedua dewa itu seketika kelilipan sesuatu dan langsung ketakutan.
“ADUH, KITA KETAHUAN SEDANG MENGINTIP MEREKA, SEPERTINYA KAISAR DEWA TAK MAU DILIHAT OLEH KITA, JANGAN SAMPAI KAISAR DEWA MARAH, BISA MUSNAH KITA NANTI”. Kata dewa yang langsung pergi kesebuah lokasi untuk mengembuhkan luka kelilipan itu yang ternyata adalah trisula yang dilemparkan oleh siluman raksasa dan yang satunya lagi yang mengenai dewa yang lainnya adalal tombak yang dilemparkan oleh siluman raksasa itu.
Terlihat juga mbah Ananta Ajya terbangun dari tidurnya karena suasana dipegunungan itu tiba-tiba berubah, angin begitu kencangnya yang membuat para hewan peliharaannya gaduh bersuara semuanya.
“Ada fenomena apa ini? Apakah kaisar dewa telah muncul?, bukankah ketika kaisar dewa muncul suasana yang terjadi adalah keheningan? Ada apa ini?”. Gumam mbah Ananta sembari memfokuskan diri untuk melihat kejadian diseluruh kerajaan yang ada dikekasaran Kumbang Tirta itu.
“Walaaaa, ternyata bocah itu lagi yang bikin ulah, aneh-aneh saja tingkah cucuku yang satu ini, memangnya tidak ada tempat lain untuk bercintakah? Sampai-sampai bercinta diudara?”. Gumam mbah ananta ajya
Sementara siluman raksasa itu kembali menyerang Rama dengan senjatanya yang lain berbentuk Kapak yang sangat runcing dengan semilan kepala kapak yang diselimuti aura ungu gelap mengeluarkan asap hitam yang racunnya sudah ditingkat dewa puncak, dan langsung melemparkannya kembali dengan kecepatan bagaikan kilat, lagi dan lagi badan Rama dan Pelangi tertusuk kapak itu.
Di luar istana terlihat Wicaksana, Sukmawati, Raja Arjo Cah, Intan dan Purwati sedang kebingungan dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
“Wala, Wala, Walaaaaa, bahayaaaa!”. Teriak mbah Ananta Ajya yang melihat sebuah kapak besar yang menuju kerumahnya.
“Bocah ini belum matikah? Kalau sudah mati seharusnya siluman ini sudah berhenti untuk melemparkan senjatanya, dan kemana semua senjata-senjata itu?”. Gumam sikakek yang mulai bingung.
“Kak rama dan kak intan dimana ya?, mereka tidak terlihat dari tadi?”. Tanya Purwati.
Sukmawati mengeluarkan kekuatan iblisnya tapi tiba-tiba membatalkannya
“Kamu kenapa istriku?”. Tanya Wicaksana yang ikut bingung
“Ti, tidak suamiku, sedang ada pertarungan ranjang diatas sana antara rama dan Pelangi”. Kata Sukmawati lirih.
“Walaaaa, bocah sialan, memangnya dari tadi ngapains aja dikamarnya”. Bentak Wicaksana dengan suara lirih.
Diatas langit terlihat bagian tengah baju Rama dan Pelangi sudah terbuka semua tapi tidak terlihat pucuk gunung dan hutan rimba, begitu juga pedang punya Rama karena mengeluarkan cahaya yang sangat terang, hanya ujung pedang Rama yang terlihat sedang menancap di sebuah lobang yang berada dibawah hutan yang cukup lebat kepunyaan pelangi.
Terlihat jelas wajah cantik pelangi yang sedang merasakan sensasi yang sangat luar biasa nikmat, diatas sana, sambil terus diserang oleh Siluman Raksasa itu yang akhirnya terlihat mulai lemas karena sudah mulai kehabisan kekuatannya.
Begitu juga Rama dan Pelangi yang terlihat sudah tersenyum bahagia setelah menyelesaikan sebuah perterugan dahsyat diatatas kerajaan itu, kini Rama dan Pelangi sudah kembali memakai baju dengan sangat rapih, Rama terlihat lebih ganteng dan lebih berwibawa dari sebelumnya, begitu juga dengan Pelangi wajahnya terlihat semakin cwantik dengan senyum puas.
“Baiklah, waktunya kita akhiri pertarungan ini istirku”. Kata Rama lirih sambil mencium pipi Pelangi yang begitu halus.
“Baiklah suamiku”. Jawab Pelangi manja sambil menadahkan kepalanya dipundak Rama, terlihat mereka berdua turun dari atas istana dengan cahaya yang mulai mengecil dari tubuh mereka dan mulai bersatu menerangi tubuh rama dan Pelangi dengan warna kuning emas dicampur putih berkilau.
“Kakek tua!?, apakah kamu akan menyerah sekarang?”. Bentak rama sambil menarik siluman raksasa itu dengan kepalan tangannya, yang membuat siluman raksasa itu menjadi mengecil dan menjadi seekor hewan kelinci yang sangat imut.
“Sialan, bocah sialan”. Tiba-tiba kakek itu menghilang dari hadapan rama dan pelangi yang ternyata kabur menuju goa dimana tempat mereka berkumpul sebelumnya.
“Aaaah, akhirnya selesai sudah pekerjaan kita hari ini istriku”. Kata Rama dengan muka manjanya.
“Kamu benar-benar luar biasa suamiku”. Jawab Pelangi yang semakin nempel dengan tubuh Rama nya itu.
“Ternyata bertempur diranjang lebih melelahkan disbanding bertempur dengan para siluman ya?”. Tanya rama lirih membisiki Pelangi yang kepalanya masih berada diatas pundaknya.
“Dasar tak tahu malu!”. Tiba tiba Sukmawati menggerutu.
“Ada apa, kau menggerutu begitu sukma?!”. Tanya Rama
“Apa yang kau lakukan barusan diatas sana?!”. Bentak Sukma
“Buset, apa kau juga bisa melihatnya!?”. Tanya Rama kaget.
“Sebentar saja, Sebentaaar saja, Cuma sebentar kok”. Jawab Sukmawati yang malah malu sendiri.
“Halah, kamu ini dari dulu tetap begitu”. Jawab Rama ketus.
“Tapi, ngomong-ngomong bagaimana rasanya bikin anak sambil terbang?”. Tanya sukmawati dengan wajah penasaran dan meledek.
“Ya,,, kamu coba saja sendiri nanti”. Jawab rama
“Rasanya luar biasa, dingin semilir angin, hangat aura kekuatan, dicampur rasa enak yang sangat luar biasa, sensasinya benar-benar wow!”. Lanjut rama sambil meledek sukmawati.
“Suamiku!, besok kita coba bikin anak diudara!, pokoknya harus, Wajib, Fardu Ain, pokoknya”. Bentak rama kepada Wicaksana.
“Ya, ya, ya…. Dasar bocah kurang ajar, bikin iri orang lain saja!”. Kata Wicaksana menggerutu dihadapan rama sambil mengarahkan tangannya mau menabok kepala rama tapi dapat dihindari untuk kali ini.
“Kelinci kecil ini enaknya diapakan ya? Kalau dijadikan sate kelinci bumbu kacang sepertinya enak!?”. Kata rama yang membuat muka kelinci itu terlihat sangat ketakutan seketika.
“Kak rama, kelinci ini boleh buat aku sajakah?”. Tanya Purwati
“Kelincinya sangat imut, untuk menemaniku tidur nanti”. Kata Purwati
“Buat kamu, apa sih yang tidak aku kasihkan, adik cantikkuuuw”. Jawab Rama sambil mencubit kedua pipinya
“Makasih kakakku yang ganteng”. Jawab Purwati
“Untuuung saja, bocah gadis ini mau menerimaku, kalau saja aku dijadikan sate kelinci oleh pemuda kurang ajar itu, musnahlah aku dari dunia ini!”. Gumam siluman raksasa yang kini berubah menjadi seekor kelinci kecil itu.
“Hey Bocah!”. Terdengar suara panggilan dari mbah Ananta yang melakukan teltabis kepada Rama
“A, ada apa mbah, tiba-tiba menghubungiku?”. Tanya Rama diteletabisnya
“Apa yang koe lakukan tadi bersama istrimu?, dan senjata apakah ini kapak sebesar ini kau kirimkan kemari?”. Tanya mbah Ananta yang sudah menyadari kalau senjata kapak itu berasal dari siluman yang menyerang rama dan rama mengirimnya kepada mbah Ananta.
“Hahahaha, itu hanya agar simbah tidak mengintip kami saja!”. Jawab rama
“Walaaa, bocah sialan, kapak ini hampir saja menghancurkan seluruh isi pegunungan ini, kalau aku tidak menjadikannya kecil, habislah semua yang kupunya!”. Bentak mbah Ananta
“Ya, salah siapa coba, berani mengintip seseorang yang sedang bercinta? Hahahahaha”. Tanya Rama meledek.
“Kemari koe!, tak tendang bokongmu nanti!”. Bentak mbah Ananta geram
“Ampun mbah, Ampuuun”. Teriak rama dalam teletabisnya.
“Bocah ini, apakah bocah ini memang seorang kaisar dewa? Diakah nanti yang akan mengalahkan ketua kelompok Akaash Semesta?”. Gumam mbah Ananta setelah menyelesaikan teletabisnya.
“Apakah bocah itu sudah menyadarinya? Sepertinya belum”. Lanjut mbah Ananta dalam gumamannya.
“Orang-orang dari kelompok kecil Akaash Semesta sudah mulai dikerahkan untuk membunuh cucuku itu, apakah aku harus bersamanya untuk melindunginya, atau ku biarkan saja dia mencari pengalamannya sendiri?”. Sebuah fikiran yang muncul dikepala mbah Ananta.
“Ah sudahlah, tidur lagi saja, ngapain mikirin bocah kurang ajar kaya dia itu”. Kata mbah Ananta yang langsung membaringkan badannya lagi dan mulai menutup matanya kembali.
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.