Jeri & Ryuna

Sore tadi, Ryuna mengikuti Jeri ke sebuah kafe. Mereka sebenarnya tidak masuk, Jeri hanya menunjukkan tempat itu dan menyuruh Ryuna agar malam Minggu datang ke sana.

Sebelumnya gadis itu jarang keluar malam kecuali dengan orang dekat, jadi ia menolak. Ditambah lagi orangtuanya belum tentu mengizinkan, Ryuna saja bingung bagaimana meminta izin pada mereka.

Jeri tetap keukeuh dan inisiatif hendak membantu Ryuna berbicara dengan orangtuanya, tapi langsung Ryuna tolak. Tak bisa ia bayangkan jika tiba-tiba Jeri datang ke rumah meminta izin untuk membawanya main ke luar, agak ekstrem.

Beberapa hari terlewati rasanya tak begitu cukup untuk Ryuna menyiapkan mental. Ia sedang ketar-ketir bagaimana meminta izin keluar malam. Ketika sedang berusaha menenangkan diri, notifikasi smartphone nya berbunyi menandakan ada pesan masuk.

Dari tampilan pop up, Ryuna bisa melihat jika itu Jeri.

Anak Setan

Dimana?

Lo telat

Ryuna mengetikan balasan.

^^^Otw^^^

Padahal Ryuna masih berada di dalam kamarnya. Mungkin maksudnya otw izin dulu ke orangtua.

Gadis itu mengecek kembali barang-barang yang ingin dibawa. Kemudian, Ryuna beranjak dan melangkah ke luar kamar.

Sebelum benar-benar keluar, Ryuna sempat mengintip di sela pintu untuk melihat apakah ada orang di luar kamarnya. Tapi keadaan di sana terlihat sepi, gadis itu keluar kamar, menutup pintu lalu menguncinya.

"Ryu?"

"Astaga!" Ryuna langsung kaget dan refleks berbalik ke arah sumber suara.

Gadis itu memegangi dada kirinya yang berdebar. Ia menatap sang mama yang entah datang darimana.

"Mau kemana?" Wanita itu menatap Ryuna dari bawah sampai atas.

"Itu Ma, mau keluar dulu," jawab Ryuna.

"Main?"

"Iya, nggak papa kan?"

"Sendiri apa ada yang jemput? Kemana? Sama Jimi bukan?" tanya mama Ryuna bertubi-tubi.

"Ke sananya sendiri. Entar ketemu di kafe, sama teman, tapi bukan Jimi."

"Sama siapa?" tiba-tiba sang ayah sudah berdiri di depan kamarnya sendiri sambil bersidekap dada.

Ryuna dan mamanya menatap ke arah sumber suara sesaat. Lalu wanita itu kembali menatap putrinya.

"Yaudah mama izinin, jangan pulang terlalu malam ya."

Ryuna tanpa sadar jadi tersenyum. "Makasih, Ma."

"Nggak bisa. Kamu main sama cowok? Mana orangnya?" sang papa bersuara.

Ekspresi gadis itu langsung berubah. Begitupula mamanya.

"Udah sana, kamu pergi aja, hati-hati ya." Wanita itu mengusap lengan atas Ryuna lalu mengisyaratkan agar Ryuna segera pergi.

"Mau kemana kamu? Saya belum ngasih izin!"

"Ryuna nggak butuh izin dari kamu," ucap sang mama.

Tanpa berpikir dua kali, Ryuna berlari keluar rumah. Orangtuanya pasti akan bertengkar lagi. Setelah keluar dari rumah, sejenak Ryuna tertegun.

Jika keduanya bertengkar, kali ini ialah penyebabnya. Gadis itu menggelengkan kepala, memutuskan untuk lanjut pergi.

***

Saat Ryuna sampai di kafe yang ia tuju. Di sana sudah banyak orang dan semua meja hampir penuh. Gadis itu masuk, ia tadi mendapatkan pesan bahwa Jeri ada di salah satu meja di pojok.

Ia mengedarkan pandangan, Ryuna bisa melihat Jeri melangkah ke panggung. Lalu, beberapa orang melambai ke arahnya. Mengisyaratkan Ryuna untuk menghampiri mereka.

Ryuna pun bergabung di meja yang isinya teman-teman Jeri. Ia mendaratkan pantatnya di atas kursi.

"Minum dulu Ryu," ucap Raifal sambil menggeser sebuah minuman di atas meja ke arah Ryuna.

Gadis itu hanya mengangguk. Jeri yang berada di panggung mengalihkan sebagian atensi pengunjung. Lelaki itu menyanyikan sebuah lagi yang cukup familiar. Beberapa saat, Ryuna hanya menonton atau memperhatikan sekitar karena agak canggung dengan teman-teman lelaki itu meski sebelumnya pernah bertemu.

Lalu, Raifal mulai mengajak Ryuna mengobrol. Hingga gadis itu perlahan mulai menikmati suasana.

Ketika Jeri selesai menyanyikan lagu, ia turun dari panggung dan kembali ke meja bersama teman-temannya.

"Good job, Jer," ucap Raifal sambil menepuk bahu Jeri setelah lelaki itu duduk di sampingnya.

Jeri menatap ke arah Ryuna. Memperhatikan gadis itu seolah menilai. "Not bad."

"Apanya?" Ryuna melotot kecil.

"Buset, sensitif amat. Kagak."