Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17. Kecelakaan
Amira tiba di kafe tepat jam masuk kerja, dia buru-buru kebelakang untuk mengganti bajunya, setelah itu dia keluar dan mulai merapikan meja dan juga piring.
Kalau soal pekerjaan Amira sangat rajin dan yakin, namun saat ini wanita yang berparas cantik itu seperti tidak bersemangat untuk bekerja.
Amira sebagai gadis lulusan management bisnis itu sekarang bekerja sebagai karyawan biasa di restoran Opera, tanpa dia tau pemilik restoran itu yang sebenarnya.
"Hei, kamu lihat Mbak Mira, seperti sudah malas bekerja, baru aja dia hari kerja sudah kayak bos." tutur Sena pada Damar.
Damar melekatkan jari telunjuknya ke bibir, tanda melarang Sena berbicara.
"Shit, tidak baik omongin orang pagi-pagi, kamu tidak bisa membedakan orang yang sedang susah sama orang yang malas." timpal Damar, Damar memang pendiam dia tidak suka ngomongin orang.
"Maksud kamu apa?" tanya Senja tidak mengerti.
"Kamu lihat wajah Mbak Mira, wajahnya pucat, mungkin dia sedang ada masalah atau dia sakit. Dia juga kelihatan seperti sedang tidak semangat." Jelas Damar lagi.
Mendengar perkataan Damar, Sena sekarang memperhatikan Amira yang sedang mengelap meja. Sena sekarang baru percaya apa yang di katakan damar kerena saat di perhatikan wajah Amira memang sedang pucat.
"Iya juga ya?" ucap Sena membenarkan perkataan Damar.
"Ya iyalah, sudah sana kerja, jangan berprasangka!" Damar menegur Sena agar lain kali Sena tidak mengurus urusan orang lain.
Di kediaman Arkan.
Senja saat ini sudah rapi dengan pakaian mahal dan mewah juga elegan. Senja berjalan menuju pintu utama.
"Kamu mau kemana?" tanya Mama Ratih yang melihat Anaknya sudah rapi dengan pakaian mahal yang melekat ditubuhnya. Senja yang sudah cantik, kini terlihat lebih cantik apa lagi dengan polesan make up tipis dan lipstick warna pink di bibir ranumnya. Senja saat ini terlihat sudah seperti cinderella.
Senja mau ke restoran mau pamit sama teman-teman, Senja sudah tidak bekerja lagi."Jawab Senja saat sudah di pintu utama.
"Apa kamu sudah minta izin sama suami mu?" tanya Mama Ratih lagi. Mama Ratih tidak mau Anaknya melakukan kesalahan, dia harus memastikan kalau Senja harus menjadi istri yang mendapatkan ridho suami.
"Sudah tadi malam." Jawab Senja. Tangannya sudah memutar gagang pintu di depannya.
"Aku pergi dulu ya Ma." Senja langsung mencium punggung tangan. wanita yang melahirkannya itu.
"Hati-hati di jalan, kalau sudah sampai telpon suami mu, kasih tau dia!" Mama Ratih mengingatkan Anak bungsunya.
Pak Darto yang melihat majikannya sudah rapi, dia langsung menghampiri majikan nya itu. Pak Darto adalah sopir yang di sediakan Arkan untuk istrinya.
"Nona mau kemana?" tanya Pak Darto pada majikannya itu.
"Aku mau ke restoran, tolong antarkan aku ya Pak." Senja tetap berkelakuan sopan, biarpun Pak Darto sopirnya namun Senja tetap menghormati orang yang lebih tua darinya.
Pak Darto langsung membukakan pintu mobil untuk majikannya, Setelah Senja masuk, Pak Darto langsung menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman mewah itu.
Setelah mobil yang membawa Senja tidak nampak lagi, Mama Ratih pun masuk kedalam rumah, Mama Ratih berjalan ke dapur, dia ingin membuat kue bersama Bik Ijah dan Bik Yati.
Biarpun Arkan sudah melarangnya, namun Mama Ratih tetap akan membantu Bibi memasak, perempuan paruh baya itu tidak akan betah kalau tanpa berkutat di dapur, begitu juga dengan Senja Anak nya.
Senja kalau dia ingin memasak pasti juga akan ke dapur, dia pasti punya alasan kalau ketahuan oleh Arkan.
Detik berganti menit, menit berganti jam, matahari sudang mulai tinggi. Pak Handoko yang sudah selesai mengajar dia berniat ingin segera pulang karena mengingat perjalan yang di tempuh memakan waktu dua jam, apa lagi hari ini jadwal mengajar nya juga sudah habis. Hari ini jam mengajar Pak Darto hanya dua jam saja.
Pak Handoko mengendarai motor nya dengan pelan dan berhati-hati.
Pak Handoko membawa motornya sudah lebih satu jam, sehingga sampai di persimpangan jalan.
Lampu lalu lintas masih berwarna hijau, Pak Handoko meluruskan motor nya karena bukan lampu merah. Namun tanpa di sangka motor yang ada di sebelah kanan Pak Handoko melaju begitu kencang, pemotor itu tidak memperdulikan lampu merah, sehingga PRANG, terjadilah tabrakan.
Pak Handoko terpental di aspal, kepalanya mengeluarkan darah segar.
Sedangkan orang yang menabrak tidak berhenti,l. orang itu langsung lari bersama motornya yang tidak jatuh.
Orang yang melihat kecelakaan itu langsung menelpon ambulan. Pak Handoko di tolong oleh orang-orang disan dan di baringkan di sebuah kursi sambil menunggu ambulance.
Tidak lama kemudian mobil ambulance tiba, Pak Handoko langsung di naikkan ke mobil itu dan segera di bawa ke rumah sakit.
Tring...tring...ponsel Senja berdering. Senja segera merogoh tas selempang nya.
Senja melihat pemanggil tidak ada nama, di layar ponsel Senja Hanya terlihat nomornya saja.
dengan sedikit ragu Senja menekan tombol jawab. Senja menempelkan ponsel di telinganya.
"Halo, apa kah anda salah satu keluarga pak Handoko." Tanya seorang perempuan di seberang telpon.
"Iya, benar saya Putrinya, ada apa ya Mbak?" tanya Senja tidak tau kalau itu telpon dari rumah sakit.
"Maaf Mbak, kami dari pihak rumah sakit, kami ingin memberitahukan kalau Pak Handoko sekarang berada di rumah sakit Medica xx. Beliau mengalami kecelakaan lalu lintas." Jelas suster itu pada Senja.
Duar...bagai petir di siang hari yang dirasakan oleh Senja saat mendengar perkataan suster tadi. Jantung Senja berdegup begitu kencang, mulut Senja terbuka, lidahnya kelu untuk bicara, air mata Senja luruh tanpa di sadari, Senja diam terpaku. Tubuh Senja sudah tidak bergerak sedikit pun.
Pak Darto yang melihat majikan nya terpaku, dia langsung menghentikan mobilnya. Pak Darto turun dari kursi kemudinya, dia membuka pintu tempat majikannya duduk.
"Nona...nona... Sadar nona, ada apa, apa yang terjadi?" pertanyaan Pak Darto sukses membuat Senja sadar dari lamunannya.
"Papa...Papa kecelakaan, kita ke rumah sakit sekarang!" titah Senja. Senja tidak jadi pergi ke restoran, dia harus ke rumah Papanya sangat lebih penting.
"Baik nona." Pak Darto langsung masuk, dia segera menuju rumah sakit.
Di perjalanan Senja menelpon suaminya.
"Mas, Papa...Papa kecelakaan. Sekarang Papa berada di rumah sakit medica xx." Senja langsung mematikan teleponnya, dia tidak sanggup berbicara panjang lebar. Pikiran Senja saat ini tidak tenang, dia sangat takut kalau Papanya terlalu parah.
Setelah menerima telepon dari istrinya, Arkan langsung keluar dari ruangan nya, dia mengambil kunci mobil sama Ferdy, tanpa berkata apapun dia langsung pergi.
Senja yang sudah berada di parkiran rumah sakit, dia baru ingat kalau dia belum memberi tahu Mamanya. Senja merogoh ponselnya dan segera menghubungi Mama Ratih.
Mama Ratih yang mendengar kabar dari Putrinya bahwa suaminya kecelakaan, dia langsung histeris, air matanya luruh tidak dapat di bendung, dia segera meminta Pak Danang yang bertugas sebagai satpam untuk memesan taksi.
Pak Rahmat yang kebetulan sedang meminum kopi dengan Pak Danang, dia langsung mencegah Pak Danang untuk memesan taksi.
Bersambung.
Like dan komen, tinggalkan jejak anda di kolom komentar. Agar author terus bersemangat dalam berkarya.
Terima kasih.