Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipantau Tuan Muda
Matahari baru saja naik saat Tuan Muda dan Bella memasuki kota dengan mobil mewah milik Tuan Muda.
Tuan Muda, dengan wajah tegap dan tatapan tajam, duduk dengan percaya diri walaupun dia lumpuh. Ia tetapan menunjukkan wibawanya sebagai CEO.
Sementara itu, Bella duduk di sampingnya, memandang keluar jendela dengan tatapan yang jauh. "Kasihan Lauren," batin Bella. Ia rasanya tidak rela jika Lauren ditinggal sendiri bersama maid lain di mansion. Ia kerja pun menjadi tidak tenang. Selalu saja terpikirkan bagaimana nantinya.
Sesekali, dia mengusap air matanya dengan tangan, berusaha keras untuk tidak menangis. Tuan Muda, yang memperhatikan gerakan Bella dari sudut matanya, meraih tisu dari dasbor mobil dan menaruh di dekat Bella.
"Di mobil mewah ini, dilarang menangis," ucapnya dengan nada datar, seolah-olah itu adalah peraturan yang tak terbantahkan.
Bella, yang merasa sedikit kaget karena Tuan Muda menyadari kalau dirinya sedang menangis. Namun, alih-alih langsung mengambil, Bella justru menyangkal kalau dirinya memang menangis. Padahal kentara jelas di raut wajahnya. "Apaan, sih? Siapa yang nangis?" protesnya, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya.
"Ambil tisu!" insist Tuan Muda, dengan nada yang tidak memberi ruang untuk bantahan.
"Ckkk maksa banget," ucap Bella dengan tangan yang gercep mengambil tisu itu. Ia mengambil tisu tersebut dan mengusap matanya. Meski berusaha keras untuk tetap kuat, perjalanan kembali ke kota ini menggugah banyak kenangan dan perasaan yang dia coba kubur dalam-dalam.
Tuan Muda sesekali melirik ke Bella yang mengusap air matanya yang tumpah itu. "Ada apa?" tanya Tuan Muda datar.
"Gapapa," ucap seorang wanita kalau ditanya keadaan hehehe.
"Bilang atau kamu turun aja disini," ucap Tuan Muda justru malah mengancam. Ia tidak bisa melihat wanita menangis karena sesuatu hal yang tidak ia ketahui.
"Saya kasihan sama Lauren harus ditinggalin kerja untuk seterusnya." Tuan Muda diam sejenak, Bella kembali menumpahkan air matanya ketika mengingat putrinya itu.
"Gak usah cengeng, besok Lauren kita ajak." Mendengar pernyataan yang terlintas dari mulut Tuan Muda langsung membuat Bella benar-benar mendapatkan angin segar.
"Tuan Muda serius?"
"Mau gak?" tanya Tuan Muda balik. Ia memang suka mengintimidasi hehehe.
"Iya mau lah, makasih ya." Bella yang awalnya merasa murung, kini raut wajahnya perlahan mulai menunjukkan keceriaan atas berita itu.
"Hmm hapus air mata konyolmu, kita akan segera sampai di kantor. Ada yang akan meliput."
"Baik Tuan Muda."
*********
Tua Muda, CEO yang legendaris, kembali ke perusahaan setelah beberapa bulan vakum karena kecelakaan yang membuatnya lumpuh. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kedatangan seorang tokoh besar seperti Tuan Muda selalu mendapat sorotan, tetapi hari ini, intensitasnya melampaui batas normal.
Sebelum Tuan Muda berhasil keluar dari mobil, kerumunan media sudah mengelilingi area dengan kamera dan mikrofon terhunus, seakan-akan mereka sedang menunggu kedatangan seorang superstar.
Flash kamera menyala terang, membanjiri area parkir dengan cahaya yang silau. Bella, pengasuh pribadi yang setia, mengamati kehebohan dari sisi mobil.
"Tuan Muda, sebanyak itu?" tanya Bella heran.
"Hmmm."
Dia tahu betapa pentingnya momen ini bagi Tuan Muda untuk membuktikan bahwa meskipun masih dalam kondisi fisik yang tidak sempurna, dia tidak kehilangan tajinya dalam memimpin perusahaan.
"Wah, kaya artis ya, Tuan Muda," komentar Bella, mencoba meringankan suasana. Tauke Muda hanya mengangguk pelan, matanya tetap fokus pada kerumunan yang semakin riuh.
"Hmm, bantu saya keluar," ujarnya dengan nada rendah namun tegas.
"Baik Tuan Muda, siap!" Bella segera membuka pintu mobil dan dengan hati-hati membantu Tuan Muda yang masih dalam kondisi lumpuh. Dia menyangga tubuh Tuan Muda dengan lembut namun kuat, memastikan bahwa setiap gerakan adalah aman dan stabil. Begitu kaki Tuan Muda menyentuh tanah, sorotan kamera menjadi lebih gencar, dan pertanyaan demi pertanyaan mulai dilontarkan oleh para wartawan dengan suara yang bersahutan.
"Mohon maaf kasih beliau jarak terlebih dahulu," ucap Bella karena tidak ada akses masuk, semua buntu.
Bella tetap di sisi Tuan Muda, memberikan dukungan fisik sekaligus moral, menghadapi badai pertanyaan dengan ketenangan yang telah lama dia pelajari.
"Tuan Muda, bagaimana perasaan Anda setelah kembali memimpin perusahaan?"
"Tuan Muda, apa yang membuat Anda kembali setelah vacum beberapa bulan dari dunia bisnis?"
Pernyataan wartawan memang sangat membuat riuh suasana. Berita tentang Tuan Muda juga diketahui oleh Tuan Besar, yang adalah ayahnya.
"Mohon maaf kasih jalan," ucap Eden yang ikut mengkondisikan situasi terkini. Lantas Tuan bisa masuk ke dalam kantor walaupun harus melewati drama wartawan yang mencecar banyak pertanyaan.
********
Bella akhirnya bisa menghembuskan napas lega ketika melihat Tuan Muda sudah memasuki ruang kerjanya. Ia merasa seolah-olah Tuan Muda adalah selebritas yang selalu dikelilingi oleh banyak wartawan dan kamera.
"Ahh akhirnyaa sampai juga. Aduh duh, ampun deh. Kaya artis papan papanan aja ya, diliputi gitu. Masuk televisi gak, Tuan Muda?" tanya Bella polos.
Namun, Tuan Muda tampak acuh tak acuh, dia tidak memberikan respons apapun terhadap kerumunan media. Sebaliknya, Tuan Muda langsung mengarahkan pandangannya kepada asisten pribadinya, Eden, dan berkata dengan tegas, "Den, tolong antar manusia cerewet ini ke ruang kerjanya."
"Baik, Tuan Muda," jawab Eden dengan suara rendah sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Bella yang mendengar kata 'cerewet' dari mulut Tauke Muda merasa tidak terima.
"Eh, mana ada saya cerewet, Tuan Muda?" sahut Bella dengan nada yang sedikit meninggi. Eden, yang mencoba meredam situasi, dengan lembut berkata, "Nona Bella, mari?"
"Ckkk oke kalau maksa," jawabBellal, akhirnya mengalah dan mengikuti Eden menuju ruangannya.
Setibanya di ruangan, Eden membuka pintu dan dengan sopan berkata, "Ini ruangannya, Nona."Bellal hanya mengangguk, masih sedikit kesal, tapi lega bisa terlepas dari sorotan Tuan Muda dan kembali ke ruang kerjanya yang tenang.
"Makasih Den."
"Siap Nona, kalau begitu saya permisi.... "
"Eh tunggu Den," ucap Bella yang mendekat ke arah Eden.
"Ada apa Nona?"
"Ini bisa minta OB buat bikinin kopi atau teh gitu gak?" tanya Bella random. Eden pun tersenyum dan mengangguk.
"Oh okeee, ya udah sana pergi kamu. Saya mau kerja dulu," ucap Bella sok banget hahaha. Mentang mentang nih kerja di perusahaan Tauke Muda hehehe.
*********
Bella duduk tegak di meja kerjanya, matanya fokus menatap layar komputer. Konsentrasinya terlihat serius, mengolah data dan mengisi spreadsheet yang harus selesai hari itu juga. Suasana kantor yang hening hanya sesekali terputus oleh suara mesin fotokopi atau langkah kaki rekan kerja yang lewat.
Tok
Tok
Tok
"Masuk!"
Tiba-tiba, pintu kantornya terbuka dan seorang Office Boy (OB) masuk dengan membawa nampan yang berisi teko kecil dan cangkir. "Ini teh yang Ibu pesan, Bu," ucap OB tersebut dengan ramah.
"Terima kasih, Pak," sahut Bella dengan senyum manis. OB itu hanya mengangguk sebelum meninggalkan ruangan dengan perlahan.
Setelah bekerja keras selama satu jam, Bella akhirnya memutuskan untuk istirahat sejenak dan menikmati teh hangat yang sudah disiapkan. Dengan anggun, ia menuangkan teh ke dalam cangkir dan menyesapnya pelan, seolah mencoba untuk menikmati momen relaksasinya seutuhnya, bahkan mungkin terlihat sedikit berlebihan.
"Menikmati secangkir teh," ucap Bella ala ala.
Namun, apa yang tidak diketahui oleh Bella adalah bahwa setiap gerak-geriknya sedang dipantau oleh Tuan Muda, pemilik perusahaan, melalui kamera CCTV yang terpasang di sudut ruangan.
Di ruangannya yang berada di lantai atas, Tuan Muda mengamati Bella dari layar monitor, raut wajahnya mengungkapkan kekesalan.
"Dasar Bella perkutut," ucap Tuan Muda lirih.
Melihat Bella yang tampak santai dan terlalu menikmati waktu tehnya, Tuan Muda tidak bisa menahan diri. Ia meraih interkom dan menekan tombol untuk berbicara. "Bella Anjasari, jangan terlalu banyak gaya. Kerjakan tugas kamu!" tegurnya melalui speaker yang terhubung langsung ke ruangan Bellq.
Bella kaget, "Ha?! Suara apa itu? Kaya suara hantu? Tapi dimana?" tanyaBellql kaget sekaligus takut.