Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Merasa Konyol
Viona memejamkan matanya menikmati sentuhan bibir Brian di bibirnya. Perlahan Viona membuka bibirnya dan membiarkan Brian mengeksplor dan menyesapi setiap inci rongga mulutnya. Rasanya sungguh sangat memabukkan. Brian begitu lihai dalam hal berciuman. Dada Viona terasa berdesir hingga menjalar ke seluruh tubuhnya merasakan sensasi yang bahkan dia tidak ingin mengakhirinya.
Perlahan tangan kanan Brian naik ke atas meraba benda kenyal di depan Viona yang masih tertutup handuk , namun hampir saja handuk itu terlepas jika saja tubuh Brian tidak merapat pada tubuh Viona.
Brian meremas benda kenyal itu dengan lembut kemudian memilin puncaknya hingga membuat Viona melenguh merasakan seperti ada gelombang- gelombang aneh dalam dirinya.
"Ssssttttthhh.... Eehmmmm...."
Namun tiba- tiba Brian melepaskan pagutannya dari bibir Viona dan menarik kembali tangan yang sejak tadi bergerak aktif berada pada benda kenyal milik Viona. Menyadari hilangnya perasaan aneh yang sedang membuainya beberapa saat lalu, Viona pun membuka matanya.
"Bri...Brian...ke..kenapa berhenti...?" tanya Viona sambil menatap Brian dengan tatapan sayu.
Brian dapat melihat dengan jelas ada gurat kekecewaan pada wajah cantik sang kakak ipar. Sepertinya Viona kecewa karena dengan tiba- tiba Brian menghentikan aktifitasnya.
"Kenapa kak...?" Bukan kah kakak tidak ingin aku menganggu kakak. Bukan kah tadi kakak bilang padaku agar aku menjauh dari kakak. Tapi kenapa sekarang kakak malah memancingku agar aku memulainya lagi kak...?" tanya Brian sambil menatap lekat pada Viona yang juga sedang menatapnya.
Blusss... mendengar ucapan Brian tiba- tiba muka Viona memerah karena merasa malu dan bodoh dengan apa yang dia lakukan pada Brian beberapa saat lalu.
Dia mulai menyadarinya bahwa dia lah yang lebih dulu mencium Brian beberapa saat lalu hingga ciuman panas pun terjadi lagi di antara keduanya.Viona merasa sudah kehilangan akal sehat. Bisa- bisanya tadi dia hilang kontrol hingga tak sadar mencium bibir Brian.
"Kenapa diam kak...? Apakah yang tadi kakak ucapkan di dalam mobil hanya omong kosong saja...? Kakak mengatakan tidak ingin mengkhianati kak Bara, tapi tubuh kakak tidak bisa berbohong kalau dia menginginkan sentuhan dariku...?" tanya Brian lagi.
"Ehm...Bri..Brian... Bu..bukan begitu... Ma...maaf a..aku hanya..." ucap Viona tidak dapat melanjutkan kata- katanya. Dia begitu malu sekali pada adik iparnya tersebut.
"Hanya apa kak...? Hanya malu untuk mengatakan yang sejujurnya, kalau kakak mempunyai perasaan yang sama terhadapku...?" tanya Brian.
"Bu..bukan Brian..bukan seperti itu.... A..aku hanya tidak sengaja melakukan itu..." jawab Viona.
"Oh jadi karena tidak sengaja...? Bukan karena kakak yang menginginkannya...?" tanya Brian.
"I..iya Brian ... Ak..aku mohon kamu jangan salah paham. Maafkan aku..." jawab Viona.
"Jadi tadi itu tidak sengaja...? Lalu kenapa kakak seperti kecewa ketika aku berhenti mencium kakak...?" tanya Brian.
"Ehm.. Bu..bukan begitu maksudku Brian, ak..aku.. Hanya salah bicara saja... I..iya salah bicara. Ka..kamu jangan salah paham ya...." jawab Viona yang sudah tidak bisa menahan rasa malunya kepada Brian.
"Oh, jadi tadi hanya karena tidak sengaja, dan salah bicara...? Kalau begitu aku minta maaf karena sudah salah paham terhadap sikap kak Viona...." ucap Brian lalu memundurkan badannya. Sementara Viona reflek langsung memegang handuk yang hampir saja terlepas dari tubuhnya.
Tanpa bicara apapun Brian langsung berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar Viona. Viona pun hanya diam melihat kepergian Brian begitu saja.
"Bri..Brian..." ucap Viona tapi Brian terus berlalu meninggalkan Viona tanpa mau menoleh lagi.
"Hah..? Ya ampun Viona... Apa yang kamu lakukan...? Kamu benar- benar sudah kehilangan akal... Bisa- bisanya kamu mencium Brian padahal beberapa waktu lalu kau memintanya untuk menjauhimu...'' ucap Viona bicara pada diri sendiri.
"Ohhh... Mau ditaruh di mana mukaku ini... Aku benar- benar malu sama Brian... Ahhh... Dasar gila kamu Viona..." sambung Viona masih merutuki dirinya sendiri.
Lalu duduk di tempat tidur sambil terus mengingat kekonyolan yang dia lakukan terhadap adik iparnya tersebut.
****
Malam harinya Viona makan malam seorang diri. Sejak pukul tujuh tadi dia sudah berkali- kali menelpon Bara untuk menanyakan kapan pulang, tapi Bara tidak juga menjawab telpon darinya. Begitu juga dengan Karin, nomornya tidak aktif sejak sore. Apakah mereka berdua sangat sibuk hingga tidak sempat untuk menerima telpon.
Setelah makan malam Viona pun langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya. Viona lalu duduk di tempat tidur sambil mengecek ponselnya siapa tahu ada pesan dari Bara ataupun Karin. Namun nihil, sampai saat ini belum juga ada balasan dari mereka. Padahal jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Viona merasa cemas takut terjadi hal buruk dengan mereka. Karena biasanya ketika Bara akan telat pulang dia akan mengabarinya. Viona pun lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Dia mencoba memejamkan matanya namun tidak bisa terlelap.
Pikiranya malah pergi ke mana- mana. Bahkan apa yang terjadi dengannya bersama Brian tadi siang di kamarnya kembali terbayang di pikirannya.
"Oh ya ampun, kenapa aku malah mengingat Brian..." gumam Viona sambil menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Maafkan aku mas Bara, aku sudah mengkhianatimu bersama Brian bahkan aku melakukannya di kamar kita..." ucap Viona menyesali apa yang telah dia lakukan bersama Brian. Viona lalu menutup wajahnya menggunakan bantal supaya bisa mengusir bayangan Brian dari pikirannya.Tak lama kemudian Viona pun akhirnya tertidur pulas.
Tengah malam Viona terbangun saat merasakan pergerakan di sebelahnya. Viona membuka matanya perlahan. Dia melihat sang suami yang sedang merebahkan diri di sampingnya.
"Mas, kamu baru pulang...?" tanya Viona dengan suara serak khas bangun tidur.
"Iyaa..." jawab Bara.
"Jam berapa sekarang...?" tanya Viona.
"Jam satu..." jawab Bara.
"Apa mas..? Jam satu.. ? Kamu baru pulang..? Kamu pulang bersama Karin...?" tanya Viona.
"Ya iyalah sama siapa lagi..." jawab Bara sambil memiringkan tubuhnya membelakangi Viona.
"Habis ngapain aja sih kalian, menjelang pagi begini baru pulang...?" tanya Viona kesal.
"Ya kerjalah , memangnya habis ngapain.." jawab Bara.
"Kerja apa mas...? Dulu kamu nggak pernah pulang kerja sampai larut begini. Tapi kenapa akhir- akhir ini kamu lembur terus...? Kamu nggak ada waktu buat aku mas...!" ucap Viona semakin kesal.
"Kamu ini ngomong apa sih..? Aku kerja, setiap hari dan harus lembur juga buat kamu. Buat memenuhi kebutuhan kamu..., kamu pikir aku kerja buat apa..! Hah..! Harusnya kamu itu bersyukur bisa hidup enak di rumah ini. Semua fasilitas kamu tinggal pakai, tanpa kamu harus bersusah- susah ikut kerja. Kamu tinggal duduk santai di rumah....!" ucap Bara lalu bangun dan duduk menghadap Viona.
"Kamu itu nggak ngerti kerjaan kantor seperti apa. Rumit, dan bikin pusing. Belum lagi kalau ada masalah di kantor cabang, kamu pikir aku nggak pusing mikirin semuanya..." sambung Bara.
"Aku memang nggak tahu kerjaan kantor seperti apa mas, tapi kan kamu nggak kerja sendiri, ada karyawan kamu yang membantu pekerjaan di kantor. Nggak seharusnya kamu pulang malam terus..." sahut Viona.
"Jangan karena pekerjaan kantor kamu terus mengabaikan aku mas. Kamu jarang menyentuhku, alasannya capek- capek terus. Bagaimana kita mau punya anak kalau hubungan kita semakin hari semakin jauh..." sambung Viona.
"Kita belum punya anak bukan karena aku yang jarang menyentuh kamu, tapi karena kamunya aja yang nggak bisa hamil..." ucap Bara.
"Ya udah besok kita ke dokter mas..." ucap Viona sambil meneteskan air mata.
"Dokter.. Dokter terus..Mau ke Dokter mana pun percuma saja kalau dasarnya kamu nggak bisa hamil..Sudahlah terima saja kalau kamu memang nggak bisa punya anak..." sahut Bara.
"Tapi mas..."
"Ah sudahlah aku ngantuk, mau tidur..." ucap Bara lalu membaringkan tubuhnya membelakangi Viona.
Viona pun hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menangis karena sakit hati dengan semua perkataan Bara.
Bersambung...