No time for love.
Tidak ada cinta dalam hidupnya. Itu yang ditetapkan oleh Karen selama ini. Ia tidak ingin jatuh cinta untuk kedua kalinya, cukup ia merasakan sakitnya jatuh cinta sekali saja dalam hidupnya. Karen tidak ingin kembali merasakan perasaan yang sudah susah payah ia kubur dalam-dalam.
Namun, semuanya berjalan tidak sesuai keinginannya. Ketika Eros yang awalnya tidak pernah meliriknya sama sekali menjadi agresif selalu mengganggu hari-harinya yang tenang. Cowok itu datang dengan sejuta rahasia yang membuat Karen merasa ini bukan pertanda baik. Eros mengatakan jika cowok itu menyukainya, memaksanya untuk menjadi kekasih cowok itu. Tetapi, karena prinsip Karen yang tidak ingin jatuh cinta lagi. Karen dengan keras menolaknya, bahkan tidak segan untuk mengucapkan kata-kata hinaan untuk Eros.
Eros tidal nyerah juga, cowok itu tetap memaksa Karen untuk menjadi pacarnya. Apakah Karen menerima Eros? Atau justru terus-menerus menolak Eros? Lalu, apa yang terjadi pada masa lalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dezzweet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 019 HUKUMAN
Ketiganya memasuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi, berjaga takut ada guru yang tiba-tiba sedang patroli dan memeriksa kamar mandi yang berakhir mereka akan ketahuan membolos.
"Si anjing dia selalu gangguin gue tiap hari, gue ri--"
"Tunggu, bukannya cuma satu kali pas waktu di parkiran doang, kan?" potong Seyra membuat Karen berdecak.
"Makanya kalo ada orang cerita itu dengerin dulu sampai selesai, jangan asal motong aja," decak Karen kesal.
"Lanjut," titah Rachel sambil memainkan air keran yang menyala.
Karen mengangguk.
"Selain pas di parkiran, besoknya dia nyegat gue di koridor. Lo inget pas lo berdua labrak Hanum di toilet terus gue pergi?" Setelah mendapatkan anggukan dari kedua sahabatnya, Karen kembali melanjutkan ceritanya. "Dia nyegat gue bareng keempat temennya." Karen tidak menceritakan pas Eros yang memojokannya di dinding. Entahlah, ia tidak mau jujur.
"Terus?" desak Seyra tak sabar melihat Karen termangu sejenak.
"Gak beda jauh sama yang pas di parkiran. Terus kemaren, gue pulang telat gara-gara daftar ekskul musik sama kerja kelompok di perpustakaan. Pas mau pulang dia sama temennya udah sengaja nungguin gue di parkiran, dia maksa gue buat balik bareng dia dan terpaksa mobil gue ditinggal." Karen menjeda ceritanya beberapa saat, sebenarnya ia sangat malas berbicara panjang lebar. Tapi, tak apalah melihat ekspresi kedua sahabatnya yang sangat menanti kelanjutan ceritanya membuat dirinya tidak tega.
"Jadi itu yang buat lo kena amuk Bang Daren?" tebak Rachel tepat sasaran saat melihat Karen mengangguk ringan.
"Lo keras kepala biasanya, kenapa pas sama Eros lo nurut gitu aja?" Seyra menatap sahabatnya heran.
"Nurut? Lo bercanda? Gue gak pernah sudi buat nurut sama orang, apalagi orang yang gak dikenal sama sekali. Kalo dia gak maksa gue juga ogah anjir!" Karen melompat dari atas closet membuat air yang berada di lantai menciprat ke atas. Tepatnya pada Seyra dan Rachel, membuat kedua gadis itu memekik terkejut.
"Karen!" sentak keduanya bersamaan.
"Matiin kerannya, anjir!" balas Karen ikut berteriak. Pasalnya Rachel yang sedari tadi memainkan air keran yang menyala, tidak sadar bahwa bak mandinya sudah penuh dan airnya meleber kemana-mana. Kamar mandi satu ini berbeda dengan yang lain yang tidak memiliki bak, tapi ini menggunakan bak mandi.
"Baju gue basah, anjir!" teriak Rachel yang lebih peduli pada kondisinya yang terciprat air karena Karen yang melompat asal.
"Lo pikir cuma lo doang. Gue juga, asu!" balas Seyra sewot.
"Berisik, anjir. Rachel matiin dulu kerannya bego!" Karen yang sudah tidak emosi bergerak mematikan kerannya sendiri. Airnya semakin meleber ke lantai, bahkan keluar dari bilik kamar mandi.
"Jadi penyebabnya lo, Chell." Seyra menatap tajam Rachel, setelah tersadar bahwa Rachel yang sedari tadi bermain air keran.
"Kok, gue?" tanya Rachel nyolot. "Karen, dong!"
"Yang salah itu lo, bego!" sentak Karen kesal. "Lo yang mainin air keran sampai meleber ke lantai."
"What the fuck?!" teriak Rachell tersadar. "Kok, bisa kaya gini, sih?"
Gadis itu menutup mulutnya syok. Sedangkan Karen sudah memutar bola matanya malas, Seyra sudah keluar dari bilik yang menjadi tempat persembunyian mereka selama setengah jam lebih. Ia risih dengan kondisi seragamnya yang basah dan kotor.
"Hemat air sayang. Kan, udah diperingatin sama tembok." Karen menunjukan tulisan 'Hemat Air' yang berada di tembok menggunakan dagu. Lalu, melenggang keluar menyusul Seyra.
"Sialan! Karen ini juga salah lo!" teriak Rachel penuh kekesalan. Rachell menghentak kakinya kesal dan menyusul kedua sahabatnya yang sudah keluar terlebih dahulu. Saat sampai di depan kamar mandi, Rachell terdiam saat melihat kedua sahabatnya berdiri kaku dan di depannya berdiri seorang pria paruh baya berwajah sangat tegas tidak lupa kepalanya yang botak menjadi ciri khas guru BK tersebut.
"Pak Broto?" tanya Rachell keceplosan.
Mata garang pria itu mendelik pada Rachell.
"Akhirnya keluar juga kamu," ucap Pak Broto ketus.
"Bapak ngapain di sini?" tanya Rachell sinis.
"Saya yang seharusnya tanya sama kamu dan kedua sahabat kamu itu. Ngapain kalian di sini? Dan ini air apa?" Pak Broto menatap genangan air yang berada di lantai dan berasal dari kamar mandi.
"Oh, air ini? Seyra sama Karen tadi gak sengaja numpahin air di sini, Pak," jawab Rachell enteng membuat kedua sahabatnya mendelik tak terima.
Enak saja menumbalkan dirinya dengan Karen. "Kok, gue, sih? Yang salah itu lo yang lupa matiin air keran."
Rachell melotot mendengarnya. Kedua matanya seakan ingin lepas mendengar Karen yang ikut menimpali perkataan Seyra.
"Bapak kalo gak percaya bisa cek kamar mandinya yang udah mirip kolam bebek," kata Karen tersenyum puas melihat ekspresi Rachell.
"Kolam bebek? Bjir gak sekalian aja kolam itik." Tawa Seyra tidak tahu waktu meledak di depan Pak Broto yang sudah memerah menahan amarah.
"Diam kamu, Seyra!" sentak Pak Broto galak. Seyra langsung kicep.
Pak Broto melongok kamar mandi dari luar, dan seketika emosinya semakin naik di atas ubun-ubun.
"Kalian bertiga bereskan semuanya!" titah Pak Broto dengan gigi bergemeletuk.
"Apa?" teriak ketiganya kompak terkejut.
"Kenapa? Mau nolak?" Pak Broto menatap ketiganya garang.
"Jelas dong, Pak. Bapak pikir aja cewek cantik kaya kita disuruh bersihin kamar mandi? Oh, of course not!" cerocos Seyra menolak mentah-mentah hukuman yang diberikan guru BK yang terkenal galak itu.
"Saya tidak peduli. Hukuman tetap hukuman, Seyra. Segera kerjakan atau hukuman kalian saya tambah!" perintah Pak Broto membuat ketiga cewek itu berdecak, tapi tak urung dengan rasa dongkol mereka mengerjakan hukuman dengan keterpaksaan.
mampir juga ya ke novel pertamaku, mari kita saling mendukung sesama penulis baru🤗🌷