Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Usai mandi, wudhu, shalat, saatnya Hana membantu mertuanya memasak.
"Nanti jadi pindah Nak?" tanya ibu Setia ramah.
"Insya Allah jadi bu, sudah sepakat dengan kak Hasyim kalau kita akan pindah hari ini." jawab Hana ramah.
"Ya sudah, kebetulan ibu juga sudah pesankan kue ditetangga, nanti yang datang sepupunya Hasyim yang dari Masamba." ujar ibu Setia.
"Oh iya bu." mereka memasak Ikan cakalang direbus atau parede, sayur santan tahu tempe telur, dan ada ayam goreng.
"Ayo panggil Hasyim ajak sarapan supaya cepat kesana biar tidak kesiangan." perintah ibu Setia.
"Iya bu." Hana memanggil Hasyim, ayah Limin, Lastri, dan Abdul. Mereka sarapan dengan khidmat kecuali Lastri.
***
"Ayo siap² kesana, untuk makanannya sudah ibu siapkan tadi bersama Hana. Bagaimana barang²mu sudah siap Hana?" tanya Ibu Setia.
"Kalau barang² Hana memang banyak yang ditas bu, dan untuk kadonya sudah Hana bongkar lalu isinya ada di satu kantongan besar." jelas Hana.
"Baguslah kalau sudah siap semua. Ayo berangkat!" ajak Ayah Limin.
Setibanya dirumah Hasyim semua sudah bersih karena memang sebelumnya Hasyim biasa tinggal dirumah tersebut.
"Selamat ya pengantin baru, maaf kakak baru bisa datang karena itu kakakmu sakit²." jelas kak Imah isteri kak Azis.
"Gak apa² kak, kami mengerti kak." jawab Hasyim.
"Hana, kenalkan ini kak Imah dan ini kak Azis, mereka sepupu aku dan suami isteri." Hasyim perkenalkan sepupunya pada Hana. "Ini Hana kak isteri aku." ucapnya lagi.
"Iya. Halo Hana, nama yang bagus! Senang berkenalan denganmu, kamu terlihat baik dan sabar seperti ibu mertuamu. Ibu Setia itu sudah seperti ibu bagi kami, karena mertua perempuanku sudah lama tidak ada." ucap Imah sambil tersenyum.
"Iya kak. Terima kasih! Senang juga berkenalan dengan kakak." jawab Hana ramah.
"Jaga dia baik² Hasyim, menyesal ki itu kalau tinggalkan permata sepertinya!" peringat kak Imah sepupu ipar dari Hasyim.
"Iya kak." jawab Hasyim singkat.
"Ayo dimakan² kuenya Imah, anak² mana? Kenapa gak diajak?" tanya ibu Setia.
"Iya tante terima kasih. Anak² sekolah tante, mereka dipesantren tante. Meski dekat rumah tapi dianjurkan untuk tinggal supaya dapat ilmu yang sama dengan yang lain tan. Mereka mau ikut saat kami jenguk tapi karena hari sekolah ya kasihan kalau harus bolos!" jelas Imah.
"Iya betul juga. Wah pintar cucu²ku mau sekolah dipesantren. Salam buat mereka ya!" ujar ibu Setia.
"Iya bu, insya Allah kalau ke pesantren kami sampaikan." jawab Imah.
"Ayo makan nasi, sudah siang." ajak bu Setia. "Ayo semua, ayah! Hasyim! Ajak juga yang lainnya." ujarnya lagi.
Mereka makan siang sambil mengobrol karena ada juga beberapa tetangga yang ikut.
"Dulu saya lewat sini, wih serem pak Min. Sekarang sudah mending karena ada rumah dan aspal! Dulu hanya samping ini kantor Pertanian." jelas pak Adi membuka percakapan.
"Hhmm, betul pak Adi. Banyak yang bilang begitu, kalau lorong sini angker tapi saya tidak pernah didatangi, karena setelah saya beli rumah ini saya sempat bermalam dengan Hasyim tapi aman." ucap ayah Limin.
"Ada yang bilang katanya ada ular besar kayak batang kelapa, melintas ditengah jalan situ." jelas Pak Adi lagi.
"Iya pak. Berita itu tersebar kemana² pak." ucap ayah Limin.
"Serem juga ya!" sahut kak Imah.
"Iya. Saya tidak mau kalau diajak bermalam. Kalau siang enak disini sejuk!" jelas ibu Setia. Hana hanya menjadi pendengar saja. Usai makan² mereka bersantai sejenak lalu Kak Imah dan kak Azis pamit untuk pulang.
"Tante, kami pamit pulang dulu ya karena sudah menjelang sore. Nanti tidak dapat mobil angkutan kalau kesorean!" ujar Imah.
"Ya sudah, makasih ya Imah dan hati²." jawab ibu.
"Om, kami mau pamit. Terima kasih om sudah undang kami, dan maaf baru bisa datang!" ujar Azis menjelaskan.
"Kamu ini kayak sama siapa saja! Yang penting kamu sehat², terima kasih sudah mau repot² datang kesini." ucap ayah Limin.
Azis dan Imah berpamitan lalu bersalaman kepada semua kemudian pulang.
"Antar sepupumu sampai depan Hasyim." perintah ayah Limin karena rumahnya masuk lorong.
"Iya ayah." patuh Hasyim lalu mengantar sepupu dan iparnya menggunakan mobil.
***
"Kak, aku boleh ajak Hasna tinggal disini?" tanya Hana hati².
"Maaf Hana, untuk saat ini sebaiknya kita tinggal berdua dulu karena kita perlu pengenalan lebih dekat." jawab Hasyim.
"Iya kakak benar." ucap Hana. "Maaf tadi Hana hanya ingin bertanya saja." ucap Hana tidak enak.
"Gak apa Hana, santai saja!" jawab Hasyim.
"Besok aku akan kembali bekerja dan mengantar ayah! Sebenarnya aku sudah bilang kalau aku akan ke kantorku tapi ayah tidak percaya." jelas Hasyim.
"Kenapa begitu kak?" tanya Hana heran.
"Iya. Mereka masih membutuhkanku, padahal aku sudah wanti² sebelum aku nikah!" jelasnya. Hana hanya diam saja.
"Kak, aku boleh kerja?" tanya Hana.
"Tentu." jawab Hasyim singkat. "Mau cari kerja ya?" tanyanya.
"Iya kak. Aku mau cari kerja sambil tunggu jadwal Seminar Hasilku kak." jelas Hana.
"Iya baiklah, aku mengizinkan." Hana mengangguk.
"Terima kasih kak. Aku akan chat Ni'mah teman pasca ku." Hasyim mengangguk mengerti.
'Hay Ni'mah, sibuk ki?' tanya Hana lewat telfon, karena dichat Ni'mah tidak juga merespon.
'Hay Hana, maaf aku tadi didapur bantu mamaku. Ada apa Han?' tanyanya.
'Masih bolehkah aku mengajar disekolahmu?'
'Tentu Hana. Kapan pun itu!' ujarnya semangat. 'Besok ketemu di kampus ya?' ajak Ni'mah.
'Ok. By.' setelah salam mereka tutup percakapannya.
"Kak, insya Allah ada lowongan di sekolah Ni'mah. Aku akan mengajar disana!" jelas Hana pada suaminya.
"Baguslah. Apa besok kamu akan ke kampus?" tanya Hasyim.
"Iya kak. Boleh?"
"Boleh." jawabnya sambil tersenyum.
"Aku akan pulang sebelum kakak pulang ya!"
"Hm harus itu." Mereka tidur dan membaca doa.
***
"Kak bangun yuk sudah subuh." panggil Hana seraya menggoyangkan lengan suaminya.
"Kak ayo bangun sudah pagi." panggil Hana lagi usai dia dari kamar mandi. "Kak. Sudah pagi ini, ayo bangun shalat subuh!" panggilnya lagi bahkan sudah jam 06.00 pagi.
"Kok susah banget sih dikasih bangun buat shalat." gerutu Hana dalam hati. Perlahan Hasyim bangun lalu ke kamar mandi meski masih sempoyongan.
"Huh, baru saja pindah sudah keluar aslinya. Apa dia sebenarnya begitu selama ini?" gumam Hana merasa kesal sambil membereskan tempat tidur lalu membersihkan kamarnya. "Sabar Hana, Allah bersamamu." gumamnya lagi.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆