NovelToon NovelToon
Puncak Pesona

Puncak Pesona

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Murni / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Di SMA Gemilang, geng syantik cemas dengan kedatangan Alya, siswi pindahan dari desa yang cantik alami. Ketakutan akan kehilangan perhatian Andre, kapten tim basket, mereka merancang rencana untuk menjatuhkannya. Alya harus memilih antara Andre, Bimo si pekerja keras, dan teman sekelasnya yang dijodohkan.

Menjadi cewek tegas, bukan berarti mudah menentukan pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah Sangka

Bab18

Malam itu, Alya berbaring di tempat tidurnya, pikirannya masih dipenuhi oleh pertanyaan tentang perjodohan. Ia merasa tertekan dengan situasi yang ada, namun ia tahu bahwa ibunya benar. Ia harus fokus pada sekolah dan masa depannya.

Keesokan harinya di sekolah, Alya berusaha menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun, di dalam hatinya, ada rasa cemas dan bingung yang terus menghantui. Dia berusaha mengalihkan pikirannya dengan belajar dan bergaul dengan teman-temannya.

Saat dia berjalan menuju kelas bersama Lita, pikiran tentang perjodohan itu kembali muncul. “Kamu kelihatan murung, Alya. Ada apa?” tanya Lita dengan cemas.

Alya menggelengkan kepala dan mencoba tersenyum. “Nggak apa-apa, Lit. Aku Cuma lagi banyak pikiran aja.”

Lita mengangguk mengerti. “Kalau butuh cerita, aku selalu ada buat kamu, Alya. Kita udah berteman lama, kamu masih aja tertutup."

Alya merasa sedikit lebih lega dengan kehadiran sahabatnya. “Iya, terima kasih, Lita. Kamu sahabat yang baik. Serius gak ada sesuatu yang penting."

Hari-hari Alya terus berjalan dengan berbagai aktivitas sekolah dan pertemanannya. Meski begitu, bayangan tentang siapa yang dijodohkan dengannya tetap saja membayangi pikirannya. Ia tahu, hanya waktu yang bisa menjawab semua pertanyaan itu.

Di sekolah, ada tugas baru dari guru untuk membuat kerajinan dari barang bekas, dan tugas ini harus dilakukan dalam kelompok. Alya yang biasanya bekerja satu kelompok dengan Bimo, kini terlihat bergabung dengan kelompok Arga. Bimo merasa bingung dan sedikit khawatir. Dia tidak bisa mengerti kenapa Alya tiba-tiba menghindarinya.

Saat bel pulang berbunyi, murid-murid keluar kelas dengan riang. Alya, Lita, Arga, dan dua teman lainnya bersiap-siap untuk pulang bersama ke rumah Arga. Arga masih menggunakan kursi roda karena kakinya belum sepenuhnya sembuh dari kecelakaan beberapa waktu lalu.

Di halaman sekolah, Bimo menghampiri Alya dengan raut wajah serius. “Alya, kenapa kamu pindah kelompok? Kita kan biasanya bareng.”

Alya tersenyum tipis, mencoba terlihat santai. “Em ... Aku. Aku dipindahkan oleh Bu Guru ke kelompok Arga. Kata Bu Guru sebagai pengganti Arga yang gak bisa koordinir dengan baik, karena belum pulih keadaannya."

Bimo mengernyit, merasa ada yang disembunyikan oleh Alya. Namun, dia tidak ingin memaksakan pertanyaannya lebih jauh. “Oh, yaudah. Semoga sukses ya sama kelompok barumu.”

Alya hanya mengangguk, lalu berbalik bersama Lita dan teman-teman lainnya menuju rumah Arga. Di perjalanan, mereka mengobrol ringan tentang proyek kerajinan yang harus mereka kerjakan.

Tentang pindah grup, Alya memang bohong. Sebenarnya Alya sendiri yang meminta pindah. Alasannya memang karena Arga belum pulih. Namun, alasan sebenarnya Alya ingin jaga jarak dari Bimo.

Saat mereka tiba di rumah Arga, suasana langsung berubah. Rumah Arga besar dan nyaman, dengan halaman yang luas dan penuh tanaman hijau. Ibunya Arga, Bu Mira, menyambut mereka dengan hangat.

“Selamat datang, anak-anak! Silakan masuk. Arga ajak teman-temanmu ke dalam,” kata Bu Mira sambil tersenyum.

Mereka masuk ke ruang tamu yang luas. Arga sudah duduk di kursi rodanya dengan senyum lebar di wajahnya. “Ayo, kita mulai kumpulin barang-barangnya dulu,” katanya semangat.

Mereka menulis dulu barang apa saja yang dibutuhkan, kemudian mencarinya di mana pun. Alya, Lita, dan teman-teman lainnya mulai mengumpulkan barang-barang bekas yang ada di rumah Arga. Mereka menemukan kardus, botol plastik, kain bekas, dan berbagai barang lain yang bisa mereka gunakan.

“Ini banyak banget barang-barang bekasnya. Kita bisa bikin apa aja dari sini?” tanya Lita sambil memegang botol plastik.

Arga tersenyum. “Kita bisa bikin vas bunga dari botol plastik, tempat pensil dari kardus, dan kain bekas bisa kita jadikan hiasan.”

Alya mengangguk setuju. “Iya, aku setuju. Kita bisa mulai dari yang sederhana dulu.”

Mereka mulai bekerja dengan antusias, membagi tugas dan saling membantu. Alya merasa sedikit lega bisa fokus pada tugas ini, meskipun masih ada sedikit rasa bersalah karena menghindari Bimo. Namun, dia tahu dia perlu waktu untuk memikirkan semuanya.

Beberapa hari kemudian, mereka masih terus bekerja keras di rumah Arga setelah pulang sekolah. Setiap sore, mereka berkumpul di ruang tamu dan mulai mengerjakan proyek mereka.

Suatu hari, saat mereka sedang sibuk bekerja, Bimo muncul di depan pintu rumah Arga. Dia membawa beberapa barang bekas yang dia kumpulkan sendiri. "Hai Bimo, sini," ajak Arga.

Alya terkejut melihat Bimo datang. “Oh, makasih, Bim. Ini pasti berguna banget.”

Bimo hanya mengangguk dan menyerahkan barang-barangnya. Dia lalu duduk di sofa dan memperhatikan mereka bekerja. Sesekali dia membantu, tapi lebih banyak diam sambil memperhatikan Alya. Untungnya tugas kelompoknya Bimo sudah selesai. Jadi dia bisa ikut melihat kelompok Arga.

"Bimo, kamu kok tahu kita kekurangan bahan-bahan," tanya Lita, sambil tangannya sibuk dengan prakarya.

"Aku yang memintanya Ta. Kebetulan barang ini juga digunakan kelompok Bimo. Kita hanya butuh beberapa untuk pelengkap aja," Arga menimpali dan menjelaskan.

Alya merasa canggung dengan kehadiran Bimo. Dia tahu Bimo pasti merasa ada yang aneh dengan sikapnya. Namun, dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan semuanya tanpa membuat situasi semakin rumit.

Menjelang malam, mereka berhenti sejenak untuk istirahat. Bu Mira membawa minuman dan kue-kue untuk mereka. Saat mereka duduk dan menikmati camilan, Bimo akhirnya membuka suara. “Alya, ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Bisa sebentar aja?”

Alya merasa jantungnya berdebar. Dia tahu pembicaraan ini tidak bisa dihindari. “Iya, boleh,” jawabnya pelan.

Mereka keluar ke teras depan rumah Arga. Suasana di luar cukup tenang, dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Bimo memulai pembicaraan dengan hati-hati. “Alya, kamu kayaknya lagi ngejauh dari aku. Apa ada yang salah?”

Alya menghela napas panjang. “Bim, aku Cuma butuh waktu buat mikirin semuanya. Soal perjodohan itu, aku merasa terbebani.”

Bimo terdiam sejenak, lalu tersenyum lemah. “Perjodohan? Maksudmu apa Alya?"

Alya malah bengong dan berpikir, 'Bimo tidak tahu perjodohan itu?' Alya merasa malu.

"Sudahlah lupakan. Aku sedang kurang sehat aja," ucap Alya sambil berlalu masuk.

Bimo tetap memperhatikan Alya saat mereka kembali ke dalam rumah. Meski Alya berusaha bersikap seperti biasa, Bimo merasa ada sesuatu yang berbeda. Namun, dia memilih untuk tidak menekannya lebih jauh. Mereka melanjutkan pekerjaan kerajinan tangan mereka dengan semangat, mencoba menyelesaikan proyek tersebut sebelum malam tiba.

Sekitar pukul 7 malam, mereka akhirnya menyelesaikan pekerjaan mereka. Ruang tamu rumah Arga dipenuhi dengan hasil kerajinan tangan dari barang bekas yang tampak kreatif dan menarik. Semua merasa bangga dengan hasil kerja mereka.

“Akhirnya selesai juga,” kata Arga dengan senyum puas. “Terima kasih banyak, semuanya.”

Lita menepuk bahu Arga. “Kita tim yang hebat, Arga.”

Namun, ketika mereka bersiap-siap untuk pulang, masalah baru muncul. Sopir Arga sedang keluar karena ada urusan mendadak, dan Lita juga belum dijemput.

“Aku bisa pulang nanti, sopirku akan segera datang setelah urusannya selesai,” kata Lita santai.

Alya merasa cemas. “Tapi aku harus pulang sekarang, nanti ibuku khawatir.”

Bimo yang mendengar percakapan itu segera menawarkan bantuan. “Aku bisa antar kamu, Alya. Nggak masalah kok.”

Alya terlihat ragu sejenak, tapi kemudian mengangguk. “Oke, terima kasih, Bim.”

Bersambung....

1
Sodikin Jin
hmmmm...kak, saya lebih suka, cerita tentang kultifasi. 🙏
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Tapi sayang, sepertinya tidak dilanjutkan. Jika ingin audionya dilanjut, harus banyak yang beri saran langsung pada pihak Mangatoon
Sodikin Jin: tidak apa kak... saya tunggu setiap audio kakak tentang kultifasi.
total 3 replies
Kamaya
kenapa ya, geng cewek ky gini merasa harus memiliki cowok populer di sekolahny. pdhal aslinya dia gak dilirik samsek ma tuh cowok. tapi ttp aja mngklaim jgn direbut org lain. hm.,..
Kamaya
Pasti jodoh Alya cowok. Iya kan tor? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!