Bercerita tentang seorang pria usia 30an yang jatuh dari kehidupan nya setelah bercerai dan terpuruk dalam kehidupannya, ketika di perjalanan pulang dirinya mengalami sebuah kecelakaan tragis yang menyebabkan dirinya meninggal dunia. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ada penyesalan dalam dirinya yang membuat dirinya begitu terpuruk dan berharap dapat memperbaikinya. Namun tanpa disadari dirinya kini bertemu seorang dewa dan di renkarnasikan di dunia lain dengan bantuan sistem. Bagaimanakah kehidupan nya di dunia lain? Apakah dia akan dapat bertahan hidup di dunia yang penuh monster dan sihir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizSlide, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASA-MASA TENANG SEBELUM BADAI
Melihat Grandmaster yang terus berbaring dan menatapku seperti itu, tentu saja membuat ku semakin gugup dan khawatir apa yang akan dia lakukan padaku setelah ini, dilihat dari manan pun dia itu cantik dan juga imut. Namun disisi lain, dilihat dari manapun aku benar2 akan mati lagi jika dia marah padaku tentang apa yang baru saja tidak sengaja aku lakukan.
"A-anu, Grandmaster, a-apa yang kau lakukan d-disini" kataku
"Aku.. Aku juga tidak tahu, tapi entah kenapa aku merasa ingin tidur disampingmu, itu saja" ucap Leonore dengan lembut dan wajah yang masih memerah malu
"Ta-tapi b-bagaiman k-kau bisa ada disini" ucapku gemetar (sumpah mati sih ini kalau dia marah)
"Aku hanya berteleportasi kesini dengan mencari mencari posisi Gugnir dan ketika aku tiba disini ternyata kau sedang tertidur, jadi tanpa sadar aku ikut tertidur di sampingmu" ucap Leonore
"Oh begitu" kataku
Eh bentar, dia bilang Teleportasi?
"Tunggu, Teleportasi katamu? Tanyaku
"Iya aku berteleportasi kesini dengan mencari aura yang tersisa dari Gugnir dengan bantuan Gaelborg milikku" ucap Leonore
Ah aku ingat, Borun juga pernah bilang kalau Gaelborg adalah salah satu senjata Legenda yang kini di miliki oleh Grandmaster, jadi mungkin sebagai sesama senjata Legenda mereka dapat saling merasakan satu sama lainnya. Tapi kenapa ketika di guild tadi dia tidak menyadarinya sebelum aku menunjukan Gugnir padanya? Ah entahlah hal itu akan ku tanyakan padanya nanti, untuk sekarang yang harus ku fikirkan adalah bagaimana caraku meminta maaf padanya dan menyelamatkan hidupku.
Leonore merubah posisinya menjadi tengkurap sambil menatapku sedangkan setelah aku terjatuh, aku berada di pinggir ranjang dan wajah kami saling bertemu dengan jarak kira-kira 10cm.
"Tidakkah adakah yang ingin kau katakan padaku?" ucap Leonore
"Ah itu, anu.. Aku" ucapku dengan gugup dan panik
Ini adalah momen dimana dalam kehidupanku sebelumnnya merupakan jadi masalah bagi setiap kaum pria ketika berhadapan dengan wanita. Dimana pria harus menentukan sikap atau ucapan yang tepat ketika memiliki kesalahan pada seorang wanita. Jadi pilihannya adalah..
...****************...
1-Kalau aku mengaku salah, tapi pasti dia akan memberi syarat dengan memintaku melakukan sesuatu untuknya agar dia memaafkanku. (Itu merepotkan)
2-Kalau aku balik marah padanya karena dia masuk kekamar ku tanpa izin memang alasan logis, tapi kayaknya aku bakal mati sih kalau aku ngomong seperti itu padanya. (uwaa setor nyawa)
3-Aku puji dia dengan mengatakan kalau dia cantik dan tubuhnya sangat indah. Ah benar, wanita kan memang suka di puji, jadi kufikir memujinya adalah hal yang paling masuk akal untuk menyelamatkan nyawaku. (nah kayaknya ini cocok)
...****************...
Baiklah ayo kita pilih yang nomor tiga dan kita puji dia..
"Ah itu, aku tidak menyangka di usiamu saat ini kau masih memiliki wajah yang cantik serta tubuh yang halus dan bentuk yang indah. Karena kalau di dunia ku sebelumnya, wanita dengan usia seperti itu pasti sudah tua dan peyot" ucap ku sambil tersenyum dan menggaruk kepalaku
Namun tiba2 aku merasakan seluruh ruangan kamarku menjadi sangat dingin, saking dinginnya terasa seperti tubuhku sedang ditusuk2 ribuan jarum. Aku pun menatap Leonore dan baru sadar nampaknya ucapanku salah atau mungkin berlebihan.
*Ah mampus aku* fikirku
"Ryo.. Apa menurutmu aku sudah tua?" ucap Leonore dengan senyuman namun memancarkan aura niat membunuh yang begitu kuat
"Eh ti-tidak, b-bukan itu maksudku" kataku sambil menyembunyikan rasa panikku
"Apa tubuh dan wajah ku sudah peyot?" ucap Leonore dengan senyum dan aura yang semakin kuat
Ah sudahlah kuduga, sedari awak memang seharusnya aku pilih yang pertama saja, meskipun nantinya aku harus menuruti keinginannya, tapi kurasa wajar karena aku juga salah. Haahh mimpinya bertemu Sang Dewi yang cantik dan ramah, kok bangun2 harus behadapan dengan maut..
"Iya aku salah, maafkan aku, kau masih sangat muda dan cantik, bentuk tubuhmu juga proporsional dan sangat indah, aku harap kau mau memaafkanku, dan aku akan melakukan apa saja untuk menebusnya" kataku sambil berlutut dan menunduk dengan wajah menyesal.
Lalu seketika suasana di kamarku kembali seperti semula, dan aku juga tidak lagi merasakan niat membunuh yang tertuju padaku. Aku pun memberanikan diri untuk melirik kearahnya. Rupanya Leonore sedang memegang kedua pipinya dan wajahnya menjadi lebih merah dari sebelumnya. Haah, kurasa itu adalah jawaban yang tepat, selain itu wajahnya kini nampak sangat imut dan cantik.
Leonore pun menyadari kalau aku sedang menatapnya, seketika dia langsung duduk bersila di tepian ranjang sambil memasang wajah cemberut dan menyilangkan kedua tangannya. Melihat ekspresinya itu aku kembali tertunduk masih dalam posisi berlutut di lantai.
"Ehem.. Ba-baiklah aku memaafkanmu, tapi dengan syarat...." ucap Leonore
Nah ini dia..
"Baik aku akan memenuhi persyaratannya, jadi apa yang harus kulakukan" kataku
Leonore terdiam sejenak dan menciptakan keheningan diantara kami, namun dia langsung beranjak turun dari ranjang dan menjauh. Setelah beberapa langkah dia berhenti lalu berbalik dengan senyuman yang tulus di wajahnya seraya berkata..
"Mulai saat ini setiap kita bertemu kamu harus selalu berada disampingku, oke?" ucap Leonore
"(eh?) Maksudnya?" kataku
"Pokoknya kau harus selalu berada di sampingku oke?" ucap Leonore
"Baiklah sampai jumpa besok..." ucap Leonore sebelum dia menghilang dengan sihir Teleportasinya
"Tunggu tapi..." ucapku namun terhenti karena dia sudah menghilang terlebih dahulu
Entah apa yang akan terjadi besok dan seterusnya, tapi setidaknya aku masih kepala ku masih utuh untuk saat ini. Setelah itu aku terduduk di lantai sambil bersandar di ranjang.
Aku memikirkan kembali ucapan Dewi Rhea di mimpiku tadi. Jika benar ras iblis memang sudah bangkit, berarti semua hal yang terjadi semakin masuk akal. Status Demonic yang muncul pada monster yang kami temui kala itu memanglah benar di sebebkan oleh ras iblis, tapi siapa yang membangkitkan para iblis primordial itu di dunia ini, dan dimana mereka sekarang.
Namun aku dan party ku yang sekarang masih terlalu lemah, kami semua harus segera tumbuh menjadi lebih kuat, dan rasanya tidak mungkin lagi bagiku untuk bersikap egois dengan terus menyembunyikan kekuatanku yang sesungguhnya. Lebih baik berurusan dengan para bangsawan egois dari pada terlambat bertindak untuk menghadapi perang yang pasti akan terjadi entah cepat atau lambat di masa depan nanti.
Mulai saat ini hanya akan ada pertarungan demi pertarungan yang semakin sulit dan semakin berbahaya, selain itu aku harus segera menemukan rekan2 baru demi memperkuat kubu kami demi mempertahankan dunia ini. Dewi Rhea, maaf jika apa yang ku lakukan ini akan membawa perubahan besar bagi dunia ini kedepannya, tapi aku akan menggunakan segala kemampuan dan pengetahuanku demi mempertahankan keberlangsungan manusia dan seluruh ras lainnya di dunia ini.
...****************...
Sementara itu di Gunung Tap, nampak seorang pria dan seorang wanita sedang berdiri di tepi tebing dan menatap kota Takt yang berada jauh dari pandangan. Mereka berdua terlihat sedang memegang sebuah benda yang nampak mencurigakan berbentuk tabung kaca.
"Kurasa disini adalah tempat yang cocok karena tempat ini memiliki konsentrasi mana yang cukup kuat" ucap Karen
"Tapi tuan Krot mengatakan kalau harus di letakkan di tempat yang sulit di temukan orang" ucap Fraust
"Tempat ini adalah dataran tinggi yang di kelilingi tebing, kurasa tidak akan ada orang yang menemukannya disini" ucap Karen
"Yah terserah kau saja lah, toh kalau nanti ternyata itu di temukan orang, aku hanya akan menyalahkanmu" ucap Fraust
"Tenanglah, ini adalah hasil penelitian dari Tuan Daren yang menggunakan darah tuan Krot, jika pun ada yang menemukannya palingan hanya akan dianggap sampah" ucap Karen
"Iya iya ayo cepat selesaikan ini dan kembali ke Maelstorm, ada banyak gadis yang menunggu untuk bersenang2 bersamaku" ucap Fraust
"Iya Iya" ucap Karen seraya mengubur tabung kaca itu di tanah namun dangkal.
Setelah selesai keduanya pun pergi meninggalkan tempat itu dan menghilang di balik kegelapan malam..
...****************...
Keesokan paginya, Miki sedang duduk di bar penginapan untuk sarapan sendirian, tak berselang lama Airen dan Tiana turun dan menghampiri Miki. Seperti biasa Tiana selalu dengan wajah tenang lembutnya itu, sedangkan Airen nampak masih sangat mengantuk seperti habis begadang semalaman suntuk dan kembali tertidur di meja"
"Maaf aku pergi sarapan lebih dulu, kalian masih tertidur lelap tadi, jadi aku keluar duluan untuk berlari pagi dan sarapan terlebih dulu" ucap Miki
"Tidak apa2 Miki, ngomong2 sepertinya ada yang berbeda dengan mu semenjak kemarin" ucap Tiana
"Aku hanya sedang memikirkan tanah kelahiranku dan Airen di Maelstorm, ini sudah hampir tiga tahun kami pergi dari sana dan tidak pernah kembali" ucap Miki
"Begitu ya," ucap Tiana dengan tenang namun nampak kesedihan diwajahnya
Ketiga gadis ini sejatinya memang penduduk dari Kerajaan Maelstorm namun terpaksa harus meninggalkan tanah kelahirannya di karenakan alasan yang berbeda2. Wajar saja jika seseorang merasa rindu dengan kampung halamannya.
Ketika mereka sedang terdiam mengenang tanah kelahiran mereka berdua, Airen pun terbangun..
"Hoaamm, maaf teman2 aku sangat mengantuk sekali" ucap Airen
"Ini tidak seperti kau yang biasanya Airen, ada apa?" tanya Miki
"Tidak aku hanya kelelahan saja" ucap Airen
"Itu wajar, karena kau memaksakan tubuhmu untuk berlatih sampai kehabisan mana mu dan bergadang semalaman suntuk" ucap Tiana
"Semalaman suntuk?" ucap Miki heran
"Iya aku meminta bantuan Tiana untuk berlatih mengontrol mana milikku semalam" ucap Airen
"Memangnya apa yang membuatmu begitu semangat berlatih" tanya Miki
"Kau tahukan, diantara kalian semua, akulah yang paling lemah, jadi aku ingin menjadi semakin kuat dengan terus berlatih" ucap Airen
"Aku paham dengan tekadmu, namun kau juga harus menjaga kondisi tubuhmu" ucap Tiana
"Tiana benar, kau juga harus lebih memperhatikan kesehatanmu" ucap Miki
"Aku mengerti, aku akan lebih memperhatikan diriku sendiri, terima kasih sudah memperhatikan ku" ucap Airen
Tiana dan Miki memberikan senyuman dengan lembut pada Airen. Lalu Airen melihat kesekitar dan berkata..
"Ngomong2 dimana Ryo, apa di belum bangun?" tanya Airen
"Ah, tadi pagi2 sekali aku bertemu dengannya, dia berkata ada yang harus dia lakukan jadi dia pergi pagi2 sekali" ucap Miki
"Apa dia tidak bilang mau kemana?" tanya Tiana
"Dia tidak mengatakan kemana dia akan pergi, tapi dari penampilannya sepertinya dia hanya akan melakukan sesuatu di kota" ucap Miki
"Hmm, padahal aku ingin meminta bantuannya untuk mengajariku sihir2 ciptaannya itu" ucap Airen
"Kau bisa memintanya nanti ketika bertemu dengannya kan" ucap Tiana
"Baiklah kalau begitu aku akan pergi ke pandai besi Borun untuk mengambil pesanan armorku lalu pergi berlatih" ucap Tiana
"Eh? Kau memesan armor?" tanya Miki
"Ya, sebenarnya Ryo yang memesannya untukku, tapi karena aku sudah memiliki uangku sendiri, rasanya tidak patut bagiku untuk terus membebaninya" ucap Tiana
"Kalau begitu bolehkah aku ikut berlatih bersamamu Tiana?" ucap Miki
"Aku juga mau ikut" ucap Airen
"Tentu saja boleh" ucap Tiana
"Baiklah kalau begitu aku kan ke kamar untuk mengambil peralatanku" ucap Miki seraya bergegas menuju ke kamar penginapan
"Tunggu aku Mikiii" ucap Airen seraya mengejar Miki
...****************...
Sementara itu aku sedang berjalan2 di kota sendirian, aku memutuskan untuk sedikit bersantai dengan menikmati setiap penjuru kota untuk sedikit melepaskan segala penat yang ada di fikiran ku. Ketika aku sedang berjalan di distrik perbelanjaan, aku melihat ada sebuah tolo yang menjual alat2 sihir. Tokonya kecil, dan di tumbuhi tanaman menjalar di dinding bagian luarnya, namun itu membuatku penasaran, aku pun menghampiri toko itu.
Terlihat papan bertuliskan kalau toko itu buka, jadi aku pun masuk kedalam.Setelah masuk kedalam aku terkejut, meskipun tampak luarnya toko ini kecil dan seperti tidak terurus, tapi didalamnya lebih luas dan nampak sangat bersih dan terawat. Aku mulai melihat2 alat sihir yang di jual disana, banyak sekali alat yang bentuk nya sangat asing bagiku, telebih aku tidak mengerti kegunaan alat2 itu. Lalu tiba2 terdengar suara seseorang berbicara dari sudut toko berkata..
"Selamat datang di toko ku, apa ada yang anda butuhkan tuan?" ucapnya
Aku pun menoleh dan ternyata itu adalah seorang wanita ras elf yang sedang membersihkan alat2 sihir dengan penyapu debu di tangannya.
"Ah, aku kesini karena cukup penasaran dengan alat2 sihir, jadi aku memutuskan untuk mampir" kataku
"Oh begitu, kalau begitu perkenalkan namaku Leana, dan kebetulan pemilik toko ini" ucapnya
"Aku Ryo petualang dari party Silvermoon" kataku
Leana menatapku sejenak dan berkata dengan senyum diwajahnya..
"Jadi begitu, anda adalah orang yang dirumorkan itu" ucap Leana
"Rumor? Tentangku?" kataku
" Tentu, ada rumor yang beredar diantara para warga dan petualang, katanya ada sebuah party yang baru terbentuk secara tidak sengaja berhadapan dengan gelombang serangan monster ketika menjelajah di Gunung Tap beberapa waktu lalu" ucap Leana
"Oh kalau itu memang benar, party kami memang bertemu dengan gelombang itu di sana" kataku
"Aku sempat penasaran seperti apa orang yang menjadi Leader dari sebuah party yang hanya berisikan empat orang tapi mampu menahan gelombang monster yang menyerang dan memukul mundur mereka" ucap Leana
"Jadi, apa pendapatmu tentang orang itu" tanyaku mencoba mengikuti alur yang dia buat
"Hmm, cukup menarik" ucap Leana
Kami pun saling diam dan saling menatap satu sama lain, untuk beberapa saat.....
.hadehh