Figo derlangga tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, laki laki itu hanya tertarik dengan James, asisten laki laki pribadinya.
Keadaan seketika berubah drastis ketika Figo bertemu dengan maid baru dirumah miliknya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Shearen
“Tuan, bisakah kau ikut pergi bersama denganku ke rumah Tuan Figo?” tanya John dengan nada tergesa.
Axel menaikkan alisnya, menatap tajam ke arah asistennya. “Ada apa?”
“Tuan Figo sekarang sedang sakit,” jawab John, membuat mata Axel membulat.
“Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?” Axel langsung masuk ke mobilnya, menyetir dengan kecepatan tinggi. Dari belakang, John dan Shearen mengikutinya menggunakan mobil lain.
Gerbang besar kediaman keluarga Alexander terbuka lebar, menyambut dua mobil sport yang melaju masuk. Axel keluar dari mobilnya dengan tergesa, melepas kacamata hitamnya, dan melangkah cepat ke dalam rumah.
“Selamat pagi, Tuan Axel,” sapa salah satu pelayan, membungkuk hormat.
Namun, langkah Axel terhenti ketika suara familiar memanggilnya.
“Axel? Sejak kapan kau datang ke sini?” Valerie, menatap Axel penuh curiga dari ruang tamu.
Axel memandang dua wanita yang sedang duduk santai sambil dipijat. “Kenapa aku harus memberitahumu?” jawabnya santai, namun nadanya dingin.
“Aku hanya bertanya. Kenapa kau tiba-tiba muncul tanpa kabar?”
“Pertanyaanmu tidak penting,” balas Axel. Tatapannya kini tertuju pada Mona. “Dan kalian, kenapa masih ada di rumah ini? Kalian hanya menyusahkan kakakku.”
"Aku adalah istrinya. Tidak mungkin aku meninggalkan rumah ini.”
“Kakakku tidak membutuhkanmu,” Axel menjawab sinis. “Jika kau pergi, dia justru akan lebih bahagia.”
“Axel!” seru Mona geram, namun sebelum ia melanjutkan, langkah John dan Shearen terdengar memasuki ruang tamu.
Kehadiran Shearen membuat suasana mendadak tegang. Valerie berdiri, menatapnya tajam. “Kenapa kau kembali ke rumah ini? Bukankah aku sudah mengusirmu?”
Axel berdiri tegap di samping Shearen, melindunginya. “Aku yang mengajaknya ke sini. Apa itu masalah bagimu?” Nada dingin Axel membuat Valerie terdiam.
John melangkah maju, mencoba menenangkan situasi. “Tuan, saya akan mengantarkan Anda ke kamar Tuan.”
Axel mengangguk dan mengikuti John, meninggalkan Valerie dan Mona yang masih terpaku di tempatnya.
Axel membuka pintu kamar kakaknya dengan hati-hati. Figo terbaring lemah di ranjang besar, wajahnya pucat. Axel duduk di tepi ranjang, menepuk pipi Figo dengan lembut.
“Kak,” panggil Axel, suaranya pelan namun penuh kekhawatiran. Ia lalu menoleh pada John. “Apakah dokter sudah datang?”
“Sudah, Tuan. Tapi Tuan Figo tidak mau meminum obatnya,” jawab John dengan nada penuh rasa bersalah.
“Kenapa tidak memaksanya??”
John menunduk, tidak mampu menjawab. “Shearen, coba bujuk Tuan Figo. Aku mohon,” pinta John akhirnya.
"Tuan, ayo kita keluar. " ajak John yang disetujui oleh Axel. Laki laki itu segera keluar dari kamar, meninggalkan shearen dan Figo berdua di dalam sana.
Shearen menghela napas panjang dan duduk di samping Figo. Tangannya perlahan mengusap wajah pria itu. “Figo,” panggilnya pelan.
Figo membuka matanya perlahan, pandangannya buram. Namun, begitu menyadari siapa yang ada di hadapannya, ia segera bangun dan memeluk Shearen erat.
“Rhea…” gumamnya dengan suara serak. “Kau meninggalkanku terlalu lama. Aku sangat merindukanmu.”
Shearen menghela napas panjang. “Kenapa tidak meminum obatmu? Kau mau mati?” Nada tegasnya membuat Figo tersentak.
“Minum obatmu dulu,” ujar Shearen, mengusap rambut pria itu.
Figo akhirnya menurut, namun sebelum melakukannya, ia kembali memeluk Shearen erat, seolah takut kehilangan lagi.
-
Di luar kamar, Axel berdiri bersama John, tatapannya tak lepas dari pintu kamar kakaknya.
“John,” Axel memecah keheningan. “Apa Shearen dan kakakku memiliki hubungan serius?”
John terlihat ragu untuk menjawab. “Ehm… saya tidak tahu apakah ini pantas untuk saya katakan.”
Axel menatapnya tajam. “Ceritakan semuanya. Apa mereka memiliki hubungan spesial?”
“Baiklah, Tuan. Tuan Figo dan Shearen tidak berpacaran, tapi mereka… mereka sudah seperti suami istri.”
Axel terkejut, namun tawanya terdengar kecil. “Kakakku berubah hanya karena seorang wanita?”
“Sejak ada Shearen,” jawab John.
“Tuan Figo tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Tapi Valerie memecat Shearen tanpa sepengetahuannya. Itu sebabnya Tuan Figo sakit seperti sekarang.”
Axel memandang ke arah pintu kamar, senyumnya kecil namun penuh arti. “Kalau begitu, Shearen benar-benar berharga bagi kakakku.”
