Undangan sudah disebar, gaun pengantin sudah terpajang dalam kamar, persiapan hampir rampung. Tapi, pernikahan yang sudah didepan mata, lenyap seketika.
Sebuah fitnah, yang membuat hidup Maya jatuh, kedalam jurang yang dalam. Anak dalam kandungan tidak diakui dan dia campakkan begitu saja. Bahkan, kursi pengantin yang menjadi miliknya, diganti oleh orang lain.
Bagaimana, Maya menjalani hidup? Apalagi, hadirnya malaikat kecil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Pencarian Huan
Selepas bertemu ibu Lisa, Huan merasa tidak tenang. Ia seolah dituntut, untuk segera mencari tahu. Dari keterangan ibu Lisa, ia meminta anak buahnya untuk melacak keluarga yang mengadopsi Riko. Ia juga meminta, untuk terus mengawasi putri ibu Lisa, yang menurut Huan, sangat mencurigakan.
Huan berhenti sesaat, dilampu merah. Ia memperhatikan, keramaian muda-mudi dipinggir jalan. Mobil yang terparkir, didepan restoran dan jejeran toko lainnya.
Lampu hijau, Huan kembali melaju dengan kecepatan sedang. Membiarkan mobil didepannya yang lamban, tanpa mau menyalipnya.
"Dimana Maya? Kenapa dia tidak datang menemuiku, bahkan datang ke panti?"
"Nona, sekarang sedang bekerja, bu."
"Benarkah? Alhamndulillah, dia sudah mencapai cita-citanya. Apa dia sudah punya anak dengan tuan Zamar? Ibu sangat ingin bertemu dengan mereka."
"Tuan dan nona, sekarang tinggal diluar negeri, untuk sementara waktu. Saya akan menyampaikan pesan Ibu, pada mereka."
"Baiklah, Terima kasih."
Kebohongan yang terpaksa Huan katakan, pada ibu Lisa. Ia tidak tega, jika harus berkata jujur. Ibu Lisa yang sudah merawat Maya seperti anak kandung, tentu ia akan merasa frustasi, jika mengetahui yang sebenarnya.
Huan berhenti didepan sebuah rumah, dengan pagar bambu. Rumah sederhana, dengan atap genteng, catnya terlihat mengelupas dan kusam. Diteras, ada bangku kayu dan pot-pot bunga berjejer.
Tak lama, sebuah motor masuk dihalaman. Motor yang tampaknya sudah butut. Pengendara motor membuka helm dan mengambil kantong plastik yang tergantung.
Wanita dengan baju daster bunga-bunga, menyambut pria yang mengaku bernama Riko. Ia mencium punggung tangan pria itu, lalu menggandengnya masuk dalam rumah.
Seperti keluarga harmonis dan bahagia, meski hidup dalam kesulitan. Lalu, mengapa pria yang terlihat menyayangi istrinya, berbuat seperti itu terhadap Maya?
Selama dua tahun, Huan mengawasinya. Tidak ada yang aneh dari pria ini. Bekerja seperti orang kebanyakan dan pulang jika saatnya. Namun, seperti kata pepatah, angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam. Rahasia tidak selamanya dapat disembunyikan, akhirnya akan terbuka juga, (sumber: google).
Tidak menemukan hal ganjil, Huan menyalakan mesin mobil. Dan saat itu, lampu sorot mengenai pandangan Huan. Mobil mewah, terparkir didepannya. Seorang wanita berambut pendek, dengan kemeja putih dan rok spam pendek. Ia juga menggunakan flatshoes dan tas bermerek.
Ia mengetuk pintu, hingga pria yang bernama Riko itu keluar. Entah apa yang mereka bicarakan, hanya terlihat wanita itu menyerahkan sesuatu. Huan tidak dapat melihatnya, karena jarak dan lampu rumah yang remang-remang.
Huan memotret berkali-kali, mungkin ini suatu petunjuk dan mungkin saja berguna nanti. Huan juga memotret plat mobil, sebelum kendaraan itu pergi.
Dengan cepat, ia mengirimkan foto-foto itu pada anak buahnya, untuk diselidiki.
Semakin Huan berpikir, semakin ia penasaran. Ia sangat yakin dengan intuisinya. Ada seseorang yang sengaja, menghancurkan hubungan Zamar dan Maya. Seseorang yang tidak menyukai pernikahan ini. Dan orang ini, sangat mengetahui tentang keduanya. Dan biasanya, setiap kasus kejahatan, orang terdekat adalah orang yang harus dicurigai lebih dulu.
Huan tidak langsung pulang, melainkan ke rumah sakit, tempat Sandra bekerja. Ia datang bukan untuk menjemput, melainkan mengawasi gerak-gerik nona muda.
Setiap Zamar, beralasan keluar kota. Maka, Sandra akan selalu terlambat pulang. Padahal, di rumah sakit, ia tidak bekerja sebagai tenaga kesehatan, seperti pada gelar belakang namanya. Ia bekerja, dengan status pemilik rumah sakit.
Huan parkir, tepat didepan mobil Sandra. Ia meminum segelas kopi yang sudah dingin, sembari menunggu. Saat itu, ponselnya berdering.
"Pak. Plat mobil itu, milik keluarga Nona Sandra."
Huan tidak kaget. Karena, dari awal ia memang mencurigai nona mudanya. Apalagi, pengakuan Maya, tentang keberadaan Sandra malam itu. Meski, tidak masuk akal, hingga Zamar tidak percaya padanya. Namun, bagi Huan, itu bisa saja. Seseorang yang memiliki uang dan kekuasaan, bisa membuat segalanya menjadi mudah.
"Wanita itu?"
"Kami masih memeriksanya."
"Lakukan secepatnya!"
Dari kejauhan, Sandra berjalan menuju parkiran. Tanpa menunggu, Huan mengikuti kendaraan nona mudanya, dari belakang dan dengan jarak aman, agar tak dicurigai.
Mobil Sandra berhenti disebuah swalayan. Ia masuk entah membeli apa, lalu keluar dengan membawa dua kantong plastik ditangannya.
"Anda mau kemana nona, ini bukan jalan pulang?"
Huan masih terus mengikuti, sampai ia sadar kemana tujuan Sandra. Jalanan melewati perbatasan kota dan mulai sepi dan gelap.
Huan meraih ponselnya.
"Ada apa?"
"Nona muda, sepertinya akan menemui Anda."
"Biarkan dan tetap ikuti."
"Baik, tuan."
Perjalanan panjang, gelap dan sepi. Huan terus mengikuti mobil didepannya. Tapi ada yang aneh, mobil Sandra sering keluar jalur dan mengambil jalur berlawanan. Ia juga terus membunyikan klakson berkali-kali dan berkendara dengan kecepatan tinggi. Huan teringat, dengan dua kantong plastik yang dibawa nona mudanya.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Nona sepertinya mabuk. Dia berkendara dengan cepat dan saya tidak bisa mencegatnya."
Terdengar helaan napas, dari balik telepon. "Ikuti saja. Jangan sampai, dia kecelakaan."
"Baik, Tuan."
Dua jam perjalanan, akhirnya Huan dapat bernapas lega. Sandra turun, dengan berjalan sempoyongan, tanpa alas kaki. Ditangannya, memegang botol minuman keras dengan rambut berantakan.
Tampak Zamar, sudah berdiri menunggu kedatangan sang istri. Huan ikut keluar dari mobil, menundukkan kepala, sebagai tanda hormat. Zamar memberi isyarat, agar memarkir kendaraan sang istri. Ia juga meminta sang sekretaris, untuk menginap.
Huan masuk dalam vila, dengan membawa tas dan sepatu Sandra. Ia juga membawa botol minuman keras yang masih berisi dan yang sudah kosong.
"Kenapa kau bersembunyi, suamiku?" Sandra memeluk erat Zamar.
"Kau mabuk. Aku akan mengantarmu ke kamar."
"Aku tidak mau," teriak Sandra, dengan memutar tubuhnya, menjauh dari sang suami. "Oh, bukankah ini, Maya?" Sandra mengelus foto Maya yang terpajang dengan ukuran besar. "Jadi, kalian tinggal bersama disini?"
Prang.
Sandra melemparkan botol minuman keras ke arah foto Maya. Hingga, dua benda itu beradu dan pecah bersamaan menjadi serpihan kecil, berserakan diatas lantai.
"SANDRA!"
"Kenapa?" Sandra membalas dengan teriakkan, "bukankah, kau membencinya? Kau yang mengatakannya padaku. Jika kau masih mencintainya, kenapa harus menikah denganku?"
"Kau mabuk!" Zamar menurunkan intonasi suaranya.
"Dua tahun, Zamar. Apa kau tidak bisa melihatku?" Sandra terisak. "Seharusnya, kau tidak bersikap baik padaku. Seharusnya, kau tidak memperhatikanku."
"Sandra. Apa maksudmu?"
"Aku mencintaimu, Zamar. Apa kau tahu, aku sakit Zamar. Aku sakit, terus berpura-pura. Aku muak terus seperti ini."
Sandra melepaskan blazernya, membuangnya di lantai.
"Maaf. Aku tidak bermaksud menyakitimu." Zamar maju selangkah demi selangkah. "Sesuai kesepakatan kita. Aku akan menceraikanmu, jika kau sudah tidak ingin bersama."
"Cerai? Semudah itu?" Sandra berjalan mundur, kedua kakinya menginjak serpihan kaca.
"Sandra, berhenti!" panik Zamar. Dan dibelakang mereka, Huan sudah bergegas mencari kotak P3K.
"Aku akan bertanya sekali. Apa kau masih mencintainya?"
"Jangan bicarakan itu. Kita obati, kakimu."
"JAWAB!" teriak Sandra.
"Aku masih mencintainya, tapi aku tidak bisa menerimanya kembali."
"Hahahaha...." Sandra tertawa, bercampur tangis. Tak peduli, dengan kakinya yang sudah berdarah. "Aku akan memberitahumu. Malam itu, aku bersama Maya!"
"Ap-apa?" Zamar mematung
🍋 Bersambung.
Penggambaran suasana slain tokoh2nya detil & aku suka bahasanya.
Tapi sayang kayaknya kurang promo deh dr NT.
Tetaplah semangat berkarya thor, yakinlah rezeki ga kemana..
Tengkyu n lap yu thor...
biar jd penyesalan