NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupanku

Titik Balik Kehidupanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu Pengganti / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aufklarung

Di sebuah kota yang tampak tenang, Alvin menjalani hidup dengan rutinitas yang seolah-olah sempurna. Seorang pria berusia awal empat puluhan, ia memiliki pekerjaan yang mapan, rumah yang nyaman. Bersama Sarah, istrinya yang telah menemaninya selama 15 tahun, mereka dikaruniai tiga anak: Namun, di balik dinding rumah mereka yang tampak kokoh, tersimpan rahasia yang menghancurkan. Alvin tahu bahwa Chessa bukan darah dagingnya. Sarah, yang pernah menjadi cinta sejatinya, telah berkhianat. Sebagai gantinya, Alvin pun mengubur kesetiaannya dan mulai mencari pelarian di tempat lain. Namun, hidup punya cara sendiri untuk membalikkan keadaan. Sebuah pertemuan tak terduga dengan Meyra, guru TK anak bungsunya, membawa getaran yang belum pernah Alvin rasakan sejak lama. Di balik senyumnya yang lembut, Meyra menyimpan cerita duka. Suaminya, Baim, adalah pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aufklarung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Meyra dan ketiga anaknya akhirnya tiba di restoran yang telah mereka pilih. Suasana restoran cukup nyaman dengan nuansa hangat yang terasa cocok untuk makan siang bersama. Mereka mencari meja yang cukup besar untuk menampung mereka berempat dan duduk di sekitar meja. Rey dan Cessa duduk berhadapan, sementara Rheana duduk di sebelah Meyra. Meyra merasa sedikit lega melihat anak-anaknya akhirnya bisa duduk bersama, makan, dan berbicara dengan lebih nyaman.

Mereka mulai memesan makanan, dan Rey yang tampaknya lebih santai dari sebelumnya meminta pizza besar dan beberapa hidangan lainnya. Cessa yang ceria memilih hidangan pasta, sementara Rheana memilih salad segar dan jus buah. Meyra memesan hidangan yang lebih sederhana, namun cukup nikmat, untuk dirinya sendiri. Saat mereka menunggu pesanan datang, suasana di meja terasa ringan dengan canda tawa di antara mereka. Meskipun masih ada kekhawatiran yang tersembunyi di dalam hati, hari ini mereka tampak bisa menikmati momen bersama.

Namun, ketenangan mereka tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, pintu restoran terbuka, dan masuklah seorang pria yang tak asing lagi—Alvin. Meyra menatap sekilas, tetapi hatinya langsung terkejut ketika melihat ada seorang wanita yang berjalan berdampingan dengan Alvin, tangan Alvin melingkar di pinggang wanita tersebut. Alvin yang biasanya tampak ceria dan penuh percaya diri, kali ini tampak agak gugup ketika melihat mereka.

Rey yang duduk di seberang meja langsung menatap ke arah ayahnya dengan tatapan marah dan penuh kebencian. Wajahnya berubah menjadi dingin, dan dia bisa merasakan dadanya sesak. Wanita itu tampak tidak mengenalinya atau keluarga mereka. Matanya menyala dengan api kemarahan yang membara.

Meyra yang menyadari perubahan sikap Rey langsung memegang tangan anak itu dengan lembut, berusaha menenangkannya. “Sudah nggak apa-apa, Rey. Jangan ke sana, jangan berurusan dengan papa. Kita akan tetap di sini dan makan bersama,” ujar Meyra dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Rey.

Namun, Rey tetap menatap tajam ke arah Alvin dan wanita itu. Dia mencoba menahan emosinya, tetapi dalam hatinya, dia merasa hancur. Meskipun dia mencoba untuk tetap tenang, melihat papanya datang dengan wanita lain membuat hatinya terasa seperti terhantam batu.

Tiba-tiba, suara kecil dari Rheana memecah ketegangan di meja. “Papa, itu siapa? Tante itu pacar baru papa?” tanyanya polos, sambil menatap wanita yang ada di samping Alvin dengan rasa ingin tahu yang jelas.

Alvin yang mendengar pertanyaan anaknya terdiam sejenak, tampaknya merasa canggung dengan situasi tersebut. Lalu, dia berusaha untuk memperkenalkan wanita itu, meski jelas ada ketegangan di dalam dirinya. “Iya, ini pacar baru Papa,” jawab Alvin sambil mengarahkan pandangannya kepada Meyra. “Mau Papa kenalkan?”

Meyra yang mendengar perkataan Alvin hanya diam. Matanya tetap fokus pada uang yang dikeluarkannya untuk membayar makanan yang sudah mereka pesan. Perasaannya campur aduk—antara kecewa, marah, dan perasaan tak berdaya. Dia tidak ingin terlibat dalam percakapan yang lebih lanjut, karena dia tahu tidak ada yang bisa diharapkan dari pertemuan ini.

Melihat reaksi Meyra yang tidak peduli, Alvin mulai merasa sedikit kesal. Namun, Rey yang sejak tadi diam tiba-tiba berbicara dengan suara yang cukup keras dan jelas. “Tolong, Pa, kalau ada wanita lain di luar sana, jangan kenalkan pada kami. Kami nggak peduli dengan tindakan Papa, kami tidak peduli dengan apa yag papa lakukan di luar sana. Mommy ada bersama kami, menurutku itu sudah lebih dari cukup,” kata Rey dengan tegas. Meskipun nada suaranya rendah, kata-katanya penuh dengan keberanian dan rasa sakit.

Alvin terdiam sejenak, wajahnya tampak sedikit cemas mendengar kata-kata anaknya itu. Namun, Rey tidak peduli. Dia merasa sudah cukup dengan semua kebohongan dan ketidakpastian yang terus-menerus datang dari pihak papa nya.

Meyra merasa lega melihat Rey akhirnya mengungkapkan perasaannya, tetapi di sisi lain, hatinya juga terasa sangat berat. Dia menatap Alvin untuk beberapa detik sebelum menurunkan pandangannya dan melanjutkan untuk menyelesaikan pembayaran mereka.

“Mommy, kita pulang, ya?” Rey tiba-tiba mengeluarkan suara rendah, suaranya terdengar letih. “Aku ngantuk,” tambahnya, seolah ingin segera keluar dari situasi yang semakin menegangkan ini tanpa melihat ayahnya.

Meyra melihat Rey dengan hati yang sedikit teriris. Dia tahu bahwa anaknya merasa tertekan, dan mungkin merasa sangat cemas melihat papanya dengan wanita lain. “Tapi makanan kita belum habis, Rey. Sayang kalau nggak dimakan,” kata Meyra dengan lembut, berusaha meyakinkan Rey.

Rey menatapnya dengan mata yang agak kosong. “Aku mau pulang, Mommy. Aku nggak mau di sini lagi,” jawabnya dengan nada yang lebih kuat.

Meyra tahu kalau Rey sudah cukup lelah dengan semua ketegangan ini, dan dia tidak ingin memaksanya. “Baiklah, kalau begitu. Kita bungkus makanan kita, ya,” kata Meyra sambil melambaikan tangan kepada pelayan yang sedang berjalan di sekitar meja mereka. “Tolong bungkus sisa makanan kami, ya.”

Pelayan tersebut segera mengemas makanan mereka dengan cepat. Meyra membayar tagihan, kemudian menganggukkan kepala pada Alvin yang masih berdiri di sana dengan wanita di sampingnya. Tidak ada kata-kata yang terucap dari mereka. Alvin hanya memandang mereka dengan ekspresi yang sulit dibaca, tetapi Meyra memilih untuk tidak peduli.

Cessa yang sejak tadi duduk di kursi belakang ikut bertanya lagi, “Papa, kok nggak ada ucapan apa-apa? Papa malu sama kami? Kenapa pacar baru Papa ada di sini? Kenapa nggak bilang sama kami?”

Alvin menatap Meyra sejenak, lalu menjawab, “Ya, dia pacar baru Papa. Mau kenalan?”

Meyra hanya diam. Dia menyelesaikan pembayaran dengan cepat dan mengambil bungkusan makanan mereka dari pelayan. Cessa dan Rheana yang melihat mommy mereka tidak berkata apa-apa, memilih diam dan menunggu.

“Mommy, kita pulang aja, ya?” Cessa berkata sambil menatap Meyra. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari pertemuan ini. Wajah Cessa tampak cemas, sama seperti Rey dan Rheana.

Meyra mengangguk. “Iya, kita pulang sekarang, nak.”

Setelah selesai membayar dan mengambil makanan mereka, Meyra mengajak anak-anaknya keluar dari restoran. Rey, Cessa, dan Rheana berjalan di belakang Meyra, yang berusaha keras untuk menenangkan diri setelah pertemuan yang menegangkan itu. Mereka menuju mobil dengan langkah yang sedikit lebih berat, namun kali ini Meyra merasa sedikit lega karena dia sudah melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan meskipun jalan mereka masih panjang, Meyra berharap bisa memberikan mereka kebahagiaan dan perlindungan yang selama ini mereka butuhkan.

Meyra menatap Rey yang hanya diam menatap ke luar jendela mobil. Tatapannya kosong dan Meyra mulai mencemaskannya. Lalu Meyra memanggil nama Rey, Rey gak papa kan? Tanya Meyra sambil tersenyum menatap Rey

1
Anastasia Silvana
Baik,bisa diikuti alurnya.
Anastasia Silvana
Akhirnya satu persatu menemukan jalannya
Happy Kids
rasain tuh kesepian. salah sendiri diajak jd pasanhan normal saling berbagi gamau. rasain aja tuh. ga perlu sedih sedih
XimeMellado
cerita ini sudah bikin saya merinding dan ingin tahu terus plotnya. Bravo thor!
paulina
Keren banget gambaran tentang Indonesia dalam cerita ini, semoga terus mempromosikan budaya! 🇮🇩
Reana: terima kasih atas dukungannya🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!