Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.
Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.
Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana
Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?
Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?
Semua keanehan ini..
Tidak masuk akal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 | Kerjasama
KLEK
CEKLING...KLING..ING
Seperti toko Eropa pada umunya, disetiap pintu masuk toko pasti akan terdapat bell yang berguna untuk memberitahu kedatangan seorang pelanggan. Pemandangan yang pertama kali dilihat adalah Meylin yang sedang bercanda gurau dengan orang yang Lidya pikir pemilik toko ini.
Meylin yang menyadari kehadirannya pun tersenyum senang "Oh nona! Anda sudah disini. Perkenalkan ini nona Aestern, dia adalah pemilik toko ini." Meylin memperkenalkan orang itu dengan semangat. Ini hanya perasaannya saja atau memang Mey yang selalu bersemangat?
Perempuan itu menunduk "Salam kepada anda Lady Gricella, suatu kehormatan bagi saya bila bangsawan tinggi seperti anda mendatangi toko sederhana ini." Ucap Aestern memberi hormat.
"Cukup Ella saja."
"Mohon maaf, saya tidak bisa selancang itu kepada anda." Ucapnya tidak enak
"Kalau begitu terserah kau saja." Ucap Lidya tidak peduli, dia tidak ingin berbasa-basi hanya untuk masalah yang tidak penting seperti nama panggilan begitu. Lidya terlalu sibuk memperhatikan dekorasi toko ini. Tempat ini cukup unik dengan barang barang antik disekeliling. Sebenarnya ini toko barang antik atau toko baju.
"Jadi begini nona Aestern kedatangan kami kesini untuk membeli beberapa gaun rancangan anda." Ucap Mey tidak enak atas sikap Nonanya.
"Begitu, tetapi sebelum itu bisakah saya diberikan sedikit waktu dengan nona Ella?"
Mendengarnya membuat Meylin sedikit melirik kearah Lidya, dan Lidya yang menyadarinya mengangguk kecil menyetujuinya.
"Kalau begitu baiklah, saya pamit sebentar nona." Meylin menunduk lalu pergi, membawa para pengawal ikut bersamanya. Meski pengawal tersebut tidak terima, tetapi mereka mau tak mau tetap ikut dengan Meylin.
"Jadi, apa yang ingin anda tanyakan?" Ujar Lidya to the point.
Aestern sedikit tertawa "hohoho sepertinya nona kita ini sangat terburu-buru, bukan begitu?"
Lidya berdecak sebal, ia bukan tipe wanita yang suka membuang-buang waktu. Itu yang selalu diajarkan seseorang kepadanya saat di dunianya dulu.
"Mohon maaf nona, tetapi waktu saya sangat berharga. Banyak yang harus saya lakukan, karena itu saya harus segera memilih gaun Sekarang."
"Hahaha baiklah kalau begitu, mari kita berbicara sambil meminum secangkir teh." Ajaknya tanpa dosa.
*****
Dan berakhirlah dia disini, duduk bersama dengan secangkir teh panas yang sudah dihidangkan. Aestern meminum tehnya anggun. Dalam benaknya, Lidya ingin sekali memberontak dengan cara melempar cangkir teh panas yang sedang dipegangnya.
Lidya menghembuskan nafasnya perlahan.
Jangan duluu, tahann~
"Jadi?" Tanyanya mencoba sabar.
Aestern meletakkan cangkirnya perlahan "Hm saya hanya ingin bertanya kepada anda, kenapa anda memilih toko saya? Padahal jelas sekali toko lain jauh lebih ramai dan diminati masyarakat. Terlebih nona adalah salah satu bangsawan kelas tinggi di kekaisaran." Tanyanya heran.
Lidya mengaduk-aduk tehnya pelan "bukankah itu justru bagus untukmu? Lalu apa yang ingin anda pastikan?" Tanya Lidya santai.
Aestern tersenyum simpul "anak ini cukup pintar rupanya" batin Aestern berdecak.
"Memang benar tidak ada yang salah dari itu, akan tetapi tidakkah mengherankan nona bangsawan yang terkenal, tidak ada angin tidak ada hujan datang ketempat kumuh seperti ini, terlebih tidak ada masalah pada toko-toko lainnya,"
"Dan bila saja anda memiliki masalah pada suatu toko, kan masih banyak toko lainnya yang terlihat lebih bagus dari toko ini. Belum lagi, anda tau dari mana tempat seperti ini. Kecuali bila anda datang dalam situasi yang berbeda seperti tersesat atau semacamnya. Sekarang anda bahkan kemari dengan banyak pengawal seolah sudah bersiap ingin ketempat ini,"
"Oh atau jangan-jangan anda berfikir ini tempat yang berbahaya, karena itu anda membawa pengawal sangat banyak?" Ujarnya menutup mulut seolah terkejut.
Lidya menatap datar orang didepannya. Demi kolor emas Fir'aun! kenapa ia harus dipertemukan dengan manusia seperti ini. Menghabiskan tenaga dan waktu. Padahal inti dari pertanyaannya adalah 'apa alasanku datang ke toko ini yang terpencil dan jarang dilalui orang.' Dan dia menambahkannya dengan tambahan bumbu-bumbu drama. Sial sekali!
Ia menghela nafas lelah, mungkin memang nasibnya seperti ini "tidak ada yang spesial dan tidak ada alasan khusus. Saya datang kesini atas saran dari pelayan saya. Dia mengatakan tempat ini menciptakan gaun yang indah karena itu saya kemari,"
"Dan untuk masalah dengan toko lain, kupikir yang anda katakan itu sepenuhnya benar, tetapi kembali ke perkataan saya tadi. Saya kemari atas saran dari pelayan saya,
Lagipula memang ada apa dengan tempat ini? Tidak ada yang salah, hanya tempat dan lokasinya saja yang tidak strategis. Kalau memang gaun yang dihasilkan memumpuni, maka akan ada banyak pelanggan yang datang kemari. Bahkan toko besar lainnya juga harus melewati masa-masa seperti ini sebelum menjadi besar. Jadi tidak ada yang salah dari tempat ini dan yang salah adalah orang yang berpikir tempat ini bermasalah karena penampilannya."
Aestern tersenyum lalu mengangguk setuju "kenapa anda sangat percaya dengan pelayan anda itu, bukankah dia baru? Dan pastinya setelah melihat tempat ini, orang pasti berfikir bila barang yang dijual tidaklah bagus, karena itu toko ini kecil. Jadi kenapa anda-"
"Intinya kenapa tetap kesini walau dari penampilan pun tidak meyakinkan, begitu bukan?" Potong Lidya kesal.
Aestern mengangguk "ya begitu."
'Astagaaaa' batin Lidya gemas.
"Singkatnya saya selalu menerapkan prinsip 'Don't judge a book by it's cover' jangan menilai buku berdasarkan sampulnya. Atau yang lebih mudah diartikan sebagai jangan menilai sesuatu hanya berdasarkan penampilan luarnya. Karena kita tidak tahu isinya, kita tidak tau dalamnya, dan kita tidak tahu apa yang ada dibaliknya."
"Begitu juga dengan toko ini, bukankah saya sudah bilang. Bila gaun toko ini bagus, maka penampilan pun bisa disingkirkan. Jika toko ini menciptakan gaun yang indah, alasan kenapa tidak berkembang adalah karena tempatnya yang tidak strategis dan jarang ada orang kemari. Para pelanggan biasanya hanya menilai sesuatu berdasarkan penampilan, tidak ingin mencari tahu karena malas dan hanya menginginkan yang pasti tersaji didepan mata."
"Dan akibatnya toko ini pun sepi pelanggan, karena itu tidak bisa berkembang. Seharusnya anda sesekali pergi keluar, menawarkan gaun rancangan anda dan sedikit memamerkan. Maka saya yakin banyak orang yang akan melirik toko ini." Ucapnya sedikit memberi saran.
Diam-diam Aestern tertegun, kenapa ia sama sekali tidak kepikiran. "Bukankah tidak ada yang datang selama ini sudah membuktikan bahwa saya tidak memiliki modal untuk membayar. Bagaimana cara saya memamerkannya."
"Buat apa pakai modal kalau disini masih ada yang hidup, lalu gunanya anda apa?" Ucap Lidya ketus.
Aestern diam-diam membenarkan. Benar juga, gunanya dia apa dong
Lidya masih melanjutkan "Kalau seandainya anda memang tidak bisa melakukannya karena terlalu sibuk atau semacamnya. Maka anda bisa berkerja sama dengan seseorang. Lalu ketika mendapatkan keuntungan, anda bisa berbagi hasil atau bahkan upah."
Aestern terlihat memikirkan perkataan itu "Kerjasama yaa, itu ide bagus tetapi memang ada yang mau melakukannya dengan pengusaha toko kecil sepertiku?"
"Bagaimana caranya menarik orang agar mau bekerja sama?" Tanyanya
Lidya sedikit menyesap tehnya sebelum berkata "Kau tinggal menunjukkan kemampuanmu lalu beri sebuah tawaran yang dapat membuat orang tersebut tergiur dengan tawaranmu. Maka dengan rencana tersebut, orang itu akan mau melakukannya denganmu."
"Itu saja?"
Lidya mendengus "ya selebihnya kau pikir sendiri. Bilang saja kau mau meminta pendapatku bagaimana cara mengembangkan toko alias butikmu ini." Ketus Lidya kesal
Aestern sedikit tersentak mendengar ucapan menohok itu lalu ia tertawa pelan. "Hahaha memang menipu nona pintar itu sedikit sulit yahh." Ujarnya tersenyum miring lalu menyangga kepalanya dengan telapak tangan "bagaimana bila tawaran ini kuberikan padamu, maukah kau berkerja sama denganku?" Ucapnya tanpa beban. Sepertinya sedari tadi dia memang mengincar Lidya.
Senyuman Aestern semakin mengembang "kau terima?"
"Apa keuntungannya bagiku?" Tanya Lidya dingin
"Apa yang kau mau?"
"Bila aku meminta uang kompensasinya sebesar 50% apakah anda akan menerimanya?" Ujar Lidya tajam
"Tergantung dari seberapa besar peranmu untuk butik ini"
"Berarti tidak pasti ya" Lidya mengangguk anggukkan kepalanya, "sayangnya, kenapa kau berencana ingin menawarkan sebuah penawaran kerjasama tanpa adanya rencana yang matang, itu sedikit mengurangi nilai mu dimataku." Ucap Lidya culas.
Aestern terkekeh mendengarnya "baiklah sebelum kita lanjutkan pembicaraan ini, saya ingin menunjukkan sesuatu kepada anda. Mohon ikuti saya, nona." Aestern bangkit dan mempersilahkan Lidya untuk mengikutinya.
Meskipun aneh tetapi Lidya tetap bangkit dan berjalan mengikuti Aestern. Ia tidak tahu akan dibawa kemana oleh orang ini. Aestern membawanya kesebuah ruangan yang isinyaa...
Klekk
.... Puluhan--- tidak! Ratusan baju!??
"Bagaimana? Anda tertarik?" Tawarnya kepada Lidya.
Lidya melihat-lihat seluruh pakaian ini. Dilihat dari kualitasnya terlihat bagus, model gaunnya juga tidak norak dan terlihat cukup elegan, Desainnya juga lumayan apik, dan rancangannyaa.. Lidya harus mengakui kualitas orang ini.
"Kerjasama apa yang kau inginkan?" Tanya Lidya cukup tertarik.
"Fufufu yang pasti saya saat ini membutuhkan investor untuk mengembangkan toko ini. Lalu saya akan mempekerjakan seorang yang pintar dalam membuat desain busana." Ujarnya memilah kain disana.
"Untuk masalah keuangan bisa kutangani, dan untuk soal perancang busana menurutku itu ide yang bagus. Gaun disini tidak jelek, hanya sedikit kurang menarik saja." Ucap Lidya jujur
Aestern sama sekali tidak terlihat tersinggung, dia justru menyetujui "Itu yang selalu saya rasakan ketika melihat setiap gaun disini, karena itu saya ingin bekerja sama dengan anda."
"Biarkan saya tau, apa alasannya?"
"Ketika pertama kali melihat anda didepan toko saya, berdebat dengan pengawal anda, entah mengapa saya merasa anda bukanlah sembarang nona muda. Lalu kebetulan pelayan anda mengajak saya mengobrol, kami berbicara tidak terlalu banyak namun dari pembicaraan tersebutlah saya tau bahwa nona merupakan putri tunggal Duke Velvord."
"Dengan kata lain alasan kau ingin berkerjasama denganku adalah karena aku putri dari duke itu?" Simpul Lidya dengan tatapan curiga
"Tentu saja bukan karena itu!" Pekik Aestern kesal
"Saya memilih anda menjadi partner berdagang saya karena pikiran anda yang luas, meskipun kabar dan rumor tentang anda sepenuhnya buruk, tetapi siapa yang percaya pada rumor bila nona yang sebenarnya ada di depan saya tidak seperti itu."
Lidya kini mengerti, yahhh walau memang menyebalkan tetapi harus ia akui kualitas dari pakaian yang orang ini buat. Oh iya benar juga!
"Kau memiliki berapa pekerja?"
Aestern tersenyum santai "tidak ada."
"Apa?! Kau yakin?" Tanya Lidya tidak percaya.
Aestern mengangkat bahunya pasrah "Ya, dengan keuanganku yang tidak berjalan lancar bagaimana saya bisa menyewa pekerja."
"Lalu semua ini?"
"Saya sendiri yang membuatnya"
Sungguh ucapan Aestern ini berhasil membuatnya bungkam. Membuat sebuah gaun sebanyak ini sendiri tanpa bantuan siapapun. Itu sulit dipercaya.
Setelah menimbang-nimbang selama beberapa saat, akhirnya ia memilih untuk menerima kerjasama ini. Lagipula dia memang berniat untuk menghasilkan uang disini, jadi kenapa tidak.
"Baiklah, berapa persen yang akan ku dapatkan?"
"60%"
Lidya menyipitkan matanya "kau yakin?"
"Tentu, lagipula saya yakin bila gaun ini akan cepat berkembang" ujarnya
Lidya berfikir "Dengan keuntungan sebesar itu aku tentu sangat diuntungkan, kalau begitu akan kubuat butik ini berkembang pesat. Dan tentunya dengan caraku sendiri!" Batinnya teguh lalu Lidya memantapkan hatinya untuk sesuatu
"Baiklah, aku yang akan merancang desain busananya, dan kau yang membuatnya." Mantap Lidya
Sontak Aestern terkejut "Apa?! Anda bisa melakukan itu?"
"Ya, bila tidak percaya maka sekalian saja. Tujuanku kesini untuk membuat sebuah gaun untuk dipakai 2 hari lagi." Dia mengendikkan bahunya santai.
"Kau yakin? Membuat Gaun membutuhkan waktu paling cepat 4 hari untuk desain simple. Dan kau butuh waktu hanya 2 hari? Itu tidak mungkin" ujarnya tidak percaya.
Lidya tersenyum pepsodent yang mana memperlihatkan gigi-giginya yang kecil dan rapi "tenang saja, Itu akan terjadi bila aku yang menggambar desainnya, kau cukup membuatnya saja." Ia kemudian berjalan, mengambil sebuah kertas dan kuas tinta didekatnya lalu mulai mencoret-coret. Aestern yang penasaran pun akhirnya berjalan mendekat dan melihat apa yang sedang digambar Lidya.
Matanya membola tidak percaya, desain ini sama sekali belum muncul pada zaman ini. Bentuknya juga simple namun terlihat mewah dan elegan secara bersamaan.
Ini sempurna!
"N-nona ini.."
"Ya, ini adalah rancangan ku yang baru aku buat. Bagaimana menurutmu? Apakah 2 hari cukup untuk membuat ini?"
"L-lebih dari cukup nona, bahkan gaun ini sudah akan sampai besok sore dikediaman anda." Ucapnya terbata-bata.
"Bagus kalau begitu, dan aku akan membuat desain lain selain ini kedepannya. Dan.. senang bekerja sama denganmu." Lidya mengulurkan tangannya, Aestern melihatnya sesaat kemudian membalas sambil tersenyum.
"Tentu, begitu juga anda."
.
.
.
Setelah perjanjian itu dibuat, Lidya berjalan keluar diiringi Aestern dibelakangnya, mereka berjalan bersamaan dan ber iri-iringan. Berjalan melewati gang itu lalu sampai tepat disebelah kereta kuda yang dibawa Lidya. Sudah ada Meylin yang menunggu mereka sedari tadi.
"Terimakasih nona, berkat anda toko saya kini memiliki harapan untuk berkembang." Ucapnya tulus, dia menekuk kakinya dengan gaun terangkat dan kepala tertunduk sebagai bentuk ucapan terimakasihnya pada Lidya.
"Tidak perlu sampai seperti itu, lagipula aku belum melakukan apapun. Jadi ucapanmu itu masih belum berlaku untuk sekarang, kau harus menyimpannya untuk beberapa minggu lagi." Ucap Lidya mulai menaiki kereta kuda, dan dibantu salah satu kesatria disana.
"Tetapi tetap saja, saya-"
"Sudah kubilang tidak perlu. Bila memang kau bersikeras untuk berterima kasih, maka berterima kasih lah dengan cara menunjukkan hasil yang membuatku puas ketika kembali. Dan ngomong-ngomong, besok akan ada yang mengirimkan 'benda' itu kesini sebagai modalmu kedepannya."
Aestern mengatupkan mulutnya ketika mendengar kata 'benda itu' apa kalian tau maksudnya? Ya itu adalah koin emas yang akan dikirimkan Lidya besok.
Aestern menghela nafas "baiklah kalau begitu, pokoknya terima kasih." Lidya balas deheman malas.
Aestern menoleh kearah Meylin yang sedang menatapnya seraya tersenyum. Ia balas tersenyum melihat itu, lalu mengucapkan "terima kasih" dengan lirih. Meylin mengangguk, lalu ikut naik ke kereta yang ditumpangi Lidya. Namun Meylin duduk didepan disamping kusir.
"Kemana kita sekarang, nona?" Tanya Meylin pada Lidya.
"Tentu saja pulang, aku sudah sangat lelah." Ujarnya mulai meregangkan tangan.
"Baiklah kalau begitu." Setelah memberitahu sang kusir, kereta kuda pun berjalan. Aestern masih disana melihat kepergian Lidya dan yang lain. Lalu bergumam
"Semoga berhasil."
...-oOo-...
Sedangkan disisi lain
Alverd yang baru menerima kabar tidak mengenakkan dari asistennya pun terlihat sangat marah. Baru saja, seorang kesatria yang dia utus untuk menjaga putrinya, mendatangi Hendrick dan memberitahu asistennya tentang masalah yang dihadapi Gricella disebuah butik yang disebabkan oleh pelayan butik tersebut.
Alverd terlihat geram. Tangannya terkepal dan menatap tajam kesatria yang bertugas untuk menjaga putrinya yang kini tengah berada didepannya dengan kepala tertunduk.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan yang terjadi sebenarnya!" Perintah duke dingin
Kesatria tersebut terlihat menelan kasar ludahnya "Maaf, yang mulia. Pada awalnya, ketika sampai, nona meminta kami untuk menunggunya diluar dan tidak diperbolehkan untuk masuk mengikutinya. Nona cukup memaksa hingga akhirnya kami memilih untuk menurut. Namun, beberapa lama kemudian nona keluar dengan pelayannya yang terlihat kesal. Dan dari situ kami menyadari ada yang tidak beres didalam."
"Saya yang baru menyadari situasinya akhirnya memilih berpisah dan memilih mencari informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi."
Tatapan Alverd semakin tajam "lalu?"
Kesatria itu kembali menelan ludahnya gugup "Diketahui nona tidak mendapatkan perlakuan baik oleh salah satu pelayan disana. Para pelanggan yang terdiri oleh beberapa bangsawan juga hanya menonton dan ikut membicarakan nona, saya sempat dengar tentang apa yang terjadi. Nona....... "
Kesatria itu lalu menjelaskan semua yang dia tau. Dia benar-benar luar biasa dapat mencari tau kejadian itu sepenuhnya dari awal sampai akhir tanpa ada yang kurang. Dan tentu saja, Alverd juga akan tau kejadian sebenarnya lewat kesatria pilihannya tersebut.
Alverd terlihat menggeram dengan tangan yang mencengkram kuat kuas ditangannya "Berani sekali dia... " Lalu tanpa diduga, kuas ditangannya patah "Apa mereka sama sekali tidak menganggap serius ancamanku?" geramnya rendah.
Hendrick yang memang sejak tadi disitu pun menutup matanya merasa sudah biasa dengan situasi menegangkan disini. Sementara kesatria itu hanya bisa berdoa dalam hati agar bisa segera keluar dari situasi mencekam tersebut.
"Hendrick!"
Hendrick maju lalu berdiri tepat dihadapannya "Apa perintah anda, tuan."
"Cari tau siapa saja bangsawan yang berada disana, lalu putuskan semua kerjasama yang berhubungan dengan mereka. Lalu seperti biasa, beri mereka hadiah lewat sebuah peringatan yang biasa kita lakukan." Alverd tersenyum sinis "Apa mereka menganggap ancamanku hanya main-main?"
"Dan satu lagi, aku ingin kau sendiri yang turun langsung untuk melakukan tugas ini. Datangi mereka satu-persatu lalu putusi semua kontrak kita di kediamannya tepat didepan semua pelayannya. Aku ingin ada sebuah rumor indah yang menyebar sebagai peringatan bagi bangsawan lainnya."
Hendrick menunduk hormat "baik. Lalu apa yang akan dilakukan pada pelayan butik tersebut?'
Alverd mengatupkan kedua tangannya diatas meja "Beri peringatan butik itu dan suruh pecat pelayan itu. Jangan biarkan dia mendapatkan sebuah pekerjaan kedepannya. Pastikan hidupnya menderita!" Geram Alverd. Dia lalu berhenti sebentar, kepalanya dimiringkan "bukankah hukuman ku terlalu ringan?" gumamnya pelan. Dia lalu kembali menatap Hendrick
"Atau lebih baik kau culik lalu habisi dia diam-diam. Rasanya semenjak aku mulai dekat dengan putriku, aku merasa lemah dan tidak sekejam dulu."
Hendrick meringis dalam hati "Maaf tuan. Menurut saya sedikit berlebihan untuk membunuh pelayan itu. Maksud saya, selagi pelayan itu belum menyentuh apalagi menyakiti nona, lebih baik kita beri saja kesempatan hidup meski dengan kondisi sengsara. Saya juga sependapat dengan tuan mengenai rencana anda dengan memberinya hukuman pecat dan kesulitan mencari pekerjaan."
Hendrick berhenti bicara. Dia ikut menelan ludahnya kasar melihat tatapan yang dilayangkan Alverd padanya.
'Astaga.. sepertinya aku salah bicara.'
Alverd diam tidak menjawab. Namun tatapannya menghunus tajam pada Hendrick yang tegang disana. Setelah berpikir sejenak, dia menghela nafasnya panjang "Sepertinya yang kau ucapkan ada benarnya." Ucapnya yang membuat Hendrick dan juga kesatria disebelahnya bernafas lega.
"Lebih baik dia dibiarkan hidup agar bisa membuka mata mereka semua bahwa ancamanku tidak main-main. Ini bisa menjadi contoh dan peringatan mereka semua agar tidak mengganggu putriku kedepannya." Ucap Alverd dingin. Hendrick menghela nafas mendengarnya.
Benar.. Mana mungkin tuannya ini dengan berbaik hati membiarkan seseorang yang berani mengusik keluarganya hidup bebas. Pasti selalu ada tujuan dalam setiap keputusannya. Dan tentunya itu hal yang buruk bagi orang tersebut.
Siapa bilang tuannya menjadi lebih baik? Dapat pikiran dari mana itu..
Menurut Hendrick sikapnya sama saja
Oh! Mungkin jadi lebih lembut ketika bersama putrinya, dan akan sangat kejam bila menyangkut keselamatan putrinya.
Ya.. Mungkin itulah yang berubah darinya
Sekali lagi Hendrick menghela nafas panjang "Lalu bagaimana dengan butik itu? Perlukah saya hancurkan? Atau haruskah saya beri peringatan bagi pemilik butiknya?"
Alverd mendengus "Tidak perlu. Putriku tidak memintaku menghancurkan butik itu. Cukup kau tarik semua investasi yang ku tanamkan pada butik itu dengan semua cabangnya. Putuskan kerjasama kita dengan pemiliki butik itu lalu kau cari tahu sisi gelap butik itu. Aku memintamu untuk menyebarkan rumor buruk tentang butik itu besok agar reputasinya menurun dan kepercayaan orang-orang terhadap butik itu juga menurun. Bisa apa mereka tanpa uang dan pelanggan."
Duke lalu menyeringai "Mari kita hancurkan butik itu perlahan lewat reputasinya. Bukankah ini yang sangat mereka banggakan? Maka akan kubuat orang-orang yang mendukung mereka menjauh dan ikut memutuskan kerjasamanya."
"Putriku pasti akan senang mendengar berita ini beberapa hari lagi."
Hendrick terdiam. Dia dan kesatria disebelahnya saling pandang. Mereka terlihat lelah menghadapi tingkah tuan mereka satu ini. Bukankah dia barusan bilang tidak akan menghancurkannya? Lalu apa bedanya dengan ini?
Tidak dihancurkan dengan 'arti sebenarnya' tapi menghancurkan dengan makna berbeda. Bukankah sama saja? Bisnis itu ujungnya akan hancur secara perlahan meski tidak benar-benar 'hancur'.
Yasudahlah biarkan saja duke saat ini dengan segala tingkah bucinnya
"Dan kalian." Ucap duke pada kesatria itu yang mana akan mengarah pada ia dan teman-teman kesatria nya.
"Ambil hukuman kalian seperti biasa. Jangan sampai kedepannya terjadi hal sama. Semua kesatria akan mendapat hukuman sebagai peringatan agar mereka semakin berhati-hati menjaga putriku."
"Kau boleh pergi."
Kesatria itu menunduk lalu memberi hormat sebelum keluar dari sana. Diam-diam dia menghela nafas pasrah. Dia pikir, dia dan teman-temannya akan terhindar dari hukuman karena ini tidak sepenuhnya salah mereka. Tapi...
Yasudahlah
.
.
.
to be continued_
dan jgn bikin cerita baru dl.
selesain tugas, trs lanjut up yg banyak ya..