Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Rama pun mengeluarkan lembaran uang, lalu memberikannya pada Riana.
"Suamimu itu cuma seujung kuku kakiku. Sudah jelek, brengsek lagi. Pria seperti itu kok di puji, dasar tidak waras."
Riana tidak meladeni Darren, melainkan meninggalkannya begitu saja, dan hal itu kembali membuat Darren sangat kesal.
"Dasar wanita tidak tahu diri. Saat waktunya tiba, aku akan menendangnya dari sini. Menyebalkan sekali," dengus Darren.
"Benci itu seringnya berbalik jadi cinta," celetuk Rama.
"Heiii, tutup mulutmu. Siapa yang akan suka dengan wanita gendut seperti dia. Katakan sekali lagi, maka kamu yang akan aku tendang lebih dulu." Darren melirik tajam ke arah Rama.
Tak ada suara lagi di antara mereka, karena keduanya kembali fokus bekerja.
Sementara itu Riana terus mengomel sepanjang jalan.
"Bapak tau?? Bosku itu gila, dia selalu saja menyusahkanku, dia selalu saja memintaku melakukan hal-hal di luar nalar. Bayangkan, dia selalu membuatku bekerja setiap hari tanpa ampun, sampai kakiku rasanya mau putus. Dia selalu membuatku bekerja seperti jaman jepang. Dia itu tidak manusiawi, tidak punya hati, tidak punya perasaan. Dan Bapak tau apa yang paling menyebalkan sepanjang satu bulan ini?"
Ojek yang Riana naiki hanya mendengarkan saja sembari fokus menyetir ke depan.
"Setelah dia memperlakukanku dengan semau maunya, dia tidak membayar gajiku dengan seenak enaknya Pak... Huaaaaa." Riana tersedu-sedu di atas motor.
"Sabar Neng." Hanya itu yang di katakan tukang ojek.
"Bapak tau?? Jika aku Ibunya, aku akan memasukkannya kembali ke dalam perut, lalu aku akan minum obat peluntur kandungan, biar dia ikut larut di dalam usus."
"Pak...Aku ingin sekali mengutuknya menjadi--"
"Saya doakan kalian jodoh sampai maut memisahkan Neng," sahut tukang ojek itu, memotong ucapan Riana yang belum selesai.
"Ihhh, najis banget Pak. Kalau pun cuma dia satu-satunya lelaki di dunia ini Pak, saya tetep nggak sudi berjodoh sama dia. Saya bisa gila!!"
Tukang ojek itu hanya cekikikan.
"Bapak malah ngetawain saya," ucap Riana kesal.
"Abis neng lucu. Benci banget sama Bosnya, tapi masih aja bertahan. Hati-hati loh Neng, jangan terlalu benci sama seseorang, karna kalau Allah sudah mentakdirkan kalian berjodoh, saya cuma bisa mengucap syukur Neng, ha ha ha."
"Ihhh Bapak nyebelinnnnn."
***
Beberapa saat kemudian, Riana pun sampai dan dia pun memberikan es cendol yang tadi Darren minta.
"Jam berapa ini, hah!!? Kamu habis beli cendol, atau habis yasinan ?? Kamu tau? saya paling benci karyawan lelet!!" teriak Darren.
"Memang Bapak kira, saya suka punya Bos semena mena macam Bapak?? Bapak benci punya sekertaris kayak saya, saya lebih benci punya Bos modelan Bapak. Bapak itu Bos tidak waras, semena-mena, menyebalkan. Bapak tidak hanya membuatku bekerja sangat keras di sini, tapi Bapak bisa membunuh ku jika aku lama lama bekerja di sini." Riana tidak segan-segan lagi mengeluarkan segala unek uneknya yang ia simpan dalam hati, tidak perduli bagaimana ekspresi Darren saat ini.
BRAKKKK
Darren menggebrak meja, lalu berdiri dengan wajah sangar.
"Rama!!"
"I-Iya Pak," jawab Rama gugup.
"Cepat usir di--"
Brugh!!!
Belum selesai ucapan Darren, Riana tiba-tiba ambruk tidak sadarkan diri di lantai.
"Riana!!!" teriak Rama.
Rama pun segera menghampiri Riana lalu memeriksanya. Wajah Riana sangat pucat, tubuhnya pun panas.
"Kenapa dia??"
"Dia pingsan Pak," jawab Rama.
"Dia tidak mungkin mati hanya karena aku bentak kan??" Darren sedikit cemas melihat keadaan Riana kini.
"Sepertinya kita harus membawanya ke Dokter Pak. Wajahnya pucat, dan dia pun sepertinya sedang demam, jawab Rama.
"Baiklah, cepat bawa dia ke Dokter, aku tidak mau, kalau sampai terjadi apa apa padanya di kantor."
***
Dirumah sakit..
Seorang Dokter tengah menjelaskan kondisi Riana pada Darren dan Rama usai melakukan pemeriksaan.
"Keadaannya sangat lemah. Dia kekurangan cairan, dan juga sepertinya kelelahan," ucap Dokter, dan di saat itu Darren seketika menunduk.
Setelah Dokter yang memeriksa Riana pergi, Darren pun mendekati Riana yang kini masih terbaring lemah dengan jarum infus yang terpasang di punggung tangannya.
Darren sedikit merasa bersalah. Mungkin tingkahnya memang sedikit keterlaluan karena meminta Riana mengerjakan hal-hal di luar pekerjaannya sebagai sekertaris.
Darren cuma ingin memberi pelajaran saja pada Riana, karena tempo hari dia mengacaukan acaranya bersama Rania.
Beberapa saat kemudian Riana pun membuka matanya perlahan. Melihat situasi sekelilingnya, dia sudah tau di mana dia saat ini berada.
Riana menengok ke samping dan mendapati wajah Bosnya yang sesungguhnya sangat ia benci. Jika saja Bosnya ini bisa di tukar tambah dengan barang bekas, mungkin sudah ia tukar di pasar loak.
"Kenapa melotot seperti itu?? Harusnya kau itu bersyukur karena aku sudah membawamu kemari," ucap Darren ketus.
Sejujurnya ia tak ingin berkata ketus, tapi entah mengapa, dia tidak bisa mengendalikan apa yang mulutnya bicarakan.
Riana hanya diam sembari mendengus kesal. Dia tidak punya cukup tenaga untuk mendebat Bosnya saat ini.
"Makan dulu," ucap Rama. " Dokter mengatakan jika kamu kelelahan dan tubuhmu kekurangan nutrisi belakangan ini." Rama menyodorkan makanan pada Riana yang sudah ia buka sebelumnya.
"Terima kasih Mas." Riana tersenyum meski tak bisa lebar karena ia masih lemas.
"Dia ini pemecah rekor. Mana ada karyawan biasa yang sakit terus di temani oleh Bos dan juga asisten Bos. Aku rasa kita mulai tidak waras Rama." ucap Darren saat tengah duduk di sofa mengawasi Riana makan.
"Dia pingsan di kantor juga karena ..." Rama menoleh pada Darren.
"Karena aku maksudmu?? Jangan sembarangan bicara ya!!" dengus Darren.
"Saya tidak berbicara seperti itu Pak." elak Rama, meski sesungguhnya dia ingin mengatakan hal tersebut.
"Tapi tatapan matamu jelas mengatakan jika kamu menuduhku sebagai tersangka."
“Maafkan saya Pak,” ucap Rama.
Beberapa saat kemudian saat botol infus Riana sudah habis, Riana pun sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter, dan di saat yang bersamaan Darren kembali membuat Riana kesal.
"Nggak usah sok lemah. Gajimu bahkan cukup untuk membeli makan selama setahun. Kamu pasti sengaja kan mau membuat orang-orang menilai saya buruk??"
"Bapak lupa atau pura-pura lupa?? Sebesar apa pun gaji saya, tapi kalau Bapak tidak membayarnya, sama aja saya seperti bekerja pada hantu, uangnya pun tak terlihat."
Darren tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Rama sampai spontan menengok ke arah Darren karena selama ini tidak pernah mendengar Bosnya itu tertawa selebar itu.
Riana hanya berdecih. "Orang gila memang seperti itu. Tiba-tiba tertawa tanpa sebab," gerutu Riana
Saat mereka bertiga sudah keluar dari rumah sakit.
"Anda baik-baik saja Pak??" tanya Rama heran.
Darren memegang perutnya yang terasa kram karena menertawakan Riana.
"Jadi selama beberapa hari ini kamu diam seperti ayam yang terkena flu burung karena mengira aku tidak menggajimu, begitu??"
Kini Riana yang heran dengan kata-kata Darren.
"Bukannya Bapak bilang kalau Bapak akan memotong habis gaji saya untuk membayar barang yang sudah saya rusak itu??"
"Periksa M bankingmu," jawab Darren kemudian saat mereka hampir sampai di parkiran.
Meski tidak yakin, Riana pun membuka ponsel lalu mengecek notifikasi M bankingnya, dan seketika matanya terbelalak kaget, karena ada notifikasi masuk saat tanggal gajian.
Saat memeriksa isi saldonya, Riana lebih kaget lagi karena melihat jumlah total saldonya. Riana pun refleks melompat-lompat sembari memeluk Darren.
"Huaaaa saya gajian Pak, saya gajian!!!" Teriak Riana kegirangan.
Rama yang baru saja hendak masuk ke dalam mobil tersentak kaget mendengar teriakan Riana, dan lebih kaget lagi saat melihat Darren yang saat ini di peluk oleh Riana. Ammar sampai tak sengaja menjatuhkan ponselnya.
"Luar biasa!!" desis Rama.
*******
*******
coba penulis dan pembaca siapa yg pingin pasangan Jihan Rendi bahagia?
aku sih terserah saja
tapi kalo dikampung kami pasangan pelakor oenghianat itu kita minta baik-baik untuk meninggalkan kampung demi kebaikan warga dan kebaikan pelaku zina tsb
kalo bahagia itu kan tergantung usaha
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
tokohnya berat buat jujur