Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlalu Egois.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
...HAPPY READING......
.
.
Gara-gara pertengkaran kecil tadi sore, Farrel akhirnya yang merasa dirinya sudah benar pergi ke rumah sakit sendirian. Dia urungkan niatnya yang mau membawa Tasya menjenguk Renata. Tasya pun membiarkan saja karena Farrel lebih mementingkan Renata daripada dirinya, dia tidak terlalu menunjukan rasa cemburunya, meskipun hatinya hancur berkeping-keping..
Jika ada yang bertanya apakah dia tidak marah? Maka jawabannya tentu saja dia marah, tentu dia merasa kecewa yang telah melebur menjadi satu. Namun, Tasya sebisa mungkin menahan segalanya agar bisa terbebas dari kehidupan yang pelik. Begitulah caranya agar tetap tegar dan heppy, meskipun rasanya dia ingin m pergi jauh dari semua orang.
"Fuck! Cinta itu ternyata sangat menyakitkan. Jika tahu seperti ini maka gue tidak akan pernah mau jatuh cinta pada siapapun. Seharusnya gue juga jangan pernah memiliki harapan pada seseorang. Karena orang tua gue yang membesarkan gue sejak lahir, bisa membuat gue kecewa. Apalagi Farrel, yang hanya orang lain bagi gue."
Gumam Tasya yang melihat kepergian suaminya dari atas balkon. Karena ingin cepat sampai ke rumah sakit, Farrel pergi mengunakan motor sport nya. Sedangkan Tasya lagi-lagi hanya menghabiskan waktu sendirian di rumah.
"Huh! Sabar ya, Sya. Elo pasti bisa... " ucapnya lagi pada diri sendiri. Tasya menarik nafas dalam-dalam lalu dia hembuskan kasar. Sungguh rasa sesak itu sangat terasa dan ingin dia menumpahkan air matanya lagi. "Gue pasti bisa." Sambil berkata seperti itu air matanya benar-benar keluar tidak bisa dia bendung lagi. Tadinya Tasya memiliki harapan besar pada Farrel yang bersikap baik dan perhatian padanya, agar bisa dijadikan sandaran. Namun, pemuda itu juga menjadi sandaran untuk gadis lain dan Tasya tidak suka itu.
Di rumah sakit keluarga bunda. Farrel baru saja tiba. Meskipun hatinya merasa berkecamuk karena sejak tadi sore tidak bertegur sapa dengan istrinya. Akan tetapi begitu masuk ruang rawat inap Renata, dia langsung tersenyum.
"Hay... bagaimana keadaan, Elo, Re?" sapa nya pada Renata yang lebih tersenyum bahagia lagi. Gadis itu memang berharap Farrel datang sendirian tidak membawa Tasya bersamanya. Karena tadi sebelum pulang Farrel memang sudah mengatakan akan mengajak istrinya.
"Gue sudah merasa baikan, Rel. Apalagi setelah melihat kedatangan, Elo," jawab Renata sambil menerima kotak coklat yang diberikan oleh Farrel. Tadi saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, pemuda tersebut singgah dulu untuk membelikan coklat kesukaan sahabatnya.
"Syukurlah! Oya, Om Niko kemana? Kenapa Elo hanya sendirian tidak ada yang menemani?" tanya Farrel lagi karena dalam ruangan tersebut tidak ada siapa-siapa selain Renata.
"Papa pulang karena putri kesayangannya tiba-tiba saja demam. Katanya tidak akan lama, tapi ini sudah lebih dari satu jam belum kembali juga." jawab gadis itu dengan wajah sedihnya. "Tasya istri, Lo, mana, Rel? Bukankah tadi Elo bilang mau mengajaknya?"
"Dia... tidak bisa ikut karena sakit, tidak enak badan," dusta Farrel. Tidak mungkin dia menceritakan yang sebenarnya.
"Jika dia sakit kenapa Elo datang ke sini, Farrel. Kasihan kan Tasya sendirian di rumah. Bukankah Lo bilang kalian hanya tinggal berdua,"
"Iya, kami hanya tinggal berdua. Tapi dia sendiri yang menyuruh gue pergi menjenguk, Elo, Sya," jawab Farrel kembali berbohong.
"Meskipun tidak mengenal Tasya secara langsung dan memiliki hubungan dekat. Tapi Rere mengkhawatirkan keadaanya. Lalu bagaimana mungkin Tasya masih cemburu padanya yang jelas-jelas hanya sahabat gue."
Gumam Farrel karena menurutnya kali ini Tasya yang sudah keterlaluan. Tidak bisa mengerti posisinya yang tidak mungkin mengabaikan Renata begitu saja. Karena gadis tersebut lagi mengalami depresi yang belum diketahui pasti apa penyebabnya.
" Sepertinya gue harus tegas juga pada Tasya. Karena selama ini gue mungkin terlalu baik. Sehingga dia masih bertingkah seperti anak kecil. Maunya di mengerti. Egois."
Farrel masih bergumam hingga suara Renata menyadarkannya jika lagi berada di rumah sakit.
"Farrel, apakah Tasya tidak marah pada gue?Atau kemarin-kemarin Elo menjauhi gue karena dia yang memintanya?" tebak Renata membuat Farrel diam tidak langsung menjawabnya. "Jika benar begitu Elo tidak usah menjenguk gue lagi. Masalah gue sudah banyak dan gue tidak ingin memiliki perkara dengan siapapun, Re." Ucap gadis itu dengan raut muka sedihnya.
"Tidak apa-apa, Re. Meskipun dia benar marah, semua ini bukanlah karena Elo. Tapi karena Tasya sendiri yang terlalu cemburu. Jujur kadang gue merasa berat karena harus mengerti dirinya terus menerus," ungkap Farrel yang berakhir curhat tentang masalah rumah tangganya pada orang lain. "Tasya ingin gue mengerti dirinya, tapi dia sendiri tidak mau mengerti keadaan gue."
"Elo tidak boleh seperti ini, Farrel. Laki-laki harus lebih banyak mengalah kan daripada wanita," dari kata-kata Renata, dia seperti sangat peduli pada rumah tangga sahabatnya. Namun, nyatanya gadis itu justru merasa bahagia karena masih ada kesempatan untuk mendapatkan Farrel.
"Ya, Elo benar. Tapi semua itu mungkin tidak berlaku pada Tasya yang egois. Dia ingin menang sendiri dan gue lama-lama capek juga ngejalaninnya, Re," karena terlalu asik curhat Farrel sampai lupa jika sekarang sudah tengah malam. Dan karena Tuan Niko tidak bisa kembali ke rumah sakit lagi, pemuda itu dengan suka rela menemani Renata sampai orang tua gadis itu datang.
Namun, ketika pagi-pagi sekali, Farrel sudah berpamitan pada sahabatnya untuk pulang ke rumah dulu. Karena dia mau berangkat sekolah. Renata tentu dengan dramanya. langsung mengizinkan, serta tidak lupa menasehati Farrel agar lebih mengerti perasaan Tasya.
Begitu sampai di rumah, Farrel langsung membuka pintu sendiri tanpa merepotkan Tasya. Saat berjumpa di ruang tengah dia juga hanya lewat tanpa menegur istrinya atau meminta maaf karena sudah menginap di rumah sakit.
"Farrel, gue sudah membuatkan roti bakar dan segelas susu untuk, Lo. Jika Elo belum sarapan langsung saja ke dapur. Gue sendiri sudah sarapan," mendengar perkataan Tasya, pemuda itu sempat berhenti melangkah tapi dia tidak berkata sepatah katapun. "Gue berangkat duluan ya," pamit gadis itu menyunggingkan senyuman kecil. Padahal hatinya terasa getir ingin sekali meluapkan apa yang dia rasakan. Akan tetapi Farrel tidak menyahut perkataannya.
Akhirnya pagi ini pertengkaran mereka kemarin sore kembali berlanjut. Farrel bersikap dingin karena ingin Tasya merubah sifat keras kepalanya. Sedangkan gadis itu diam karena ingin melihat mau sebatas mana Farrel mengerti perasaannya.
Saat masuk ke kamar Farrel melihat jika seragamnya sudah disiapkan. Dan ada secarik kertas kecil di atas pakaian tersebut. Dengan rasa penasaran pemuda itu langsung mengambil dan membacanya.
"Maaf ya, Rel. Mungkin Elo benar, gue tidak bisa mengerti Elo. Gue terlalu memojokkan Elo dan terlalu banyak menuntut ini dan itu. Gue terlalu cemburu. Sehingga perbuatan gue membuat Elo jengah. Gue sadar kok bahwa gue selalu membuat masalah di manapun gue berada. Sorry! Gue minta maaf. Terima kasih karena Elo sudah merubah Tasya yang bar-bar menjadi seperti sekarang. Terima kasih juga untuk cinta yang sudah Elo berikan selama ini. Gue berjanji mulai sekarang tidak akan mengatur hidup Elo lagi. Elo bebas mau ngapain aja. Salam sayang dari gue, Anastasia yang sangat cinta sama Elo."
Itulah pesan yang Tasya tuliskan dengan tangannya sendiri. Soalnya dia tidak bisa untuk mengatakan secara langsung di hadapan Farrel.
"I love you too, Sya... Gue tahu Elo mencintai gue. Tapi bukan berarti Elo cemburu secara ugal-ugalan. Gue sudah berulang kali mengatakan bahwa Rere hanya sahabat gue, tidak lebih. Tapi sikap Elo membuat gue menjadi serba salah."
Ucap Farrel yang berjalan ke arah jendela kamar. Sama seperti Tasya tadi malam, hanya melihat kepergiannya dengan perasaan tidak menentu.
... BERSAMBUNG... ...
.
.
Maaf ya, jarang Update karena Mak Autor lagi riweh ngurus baby. Princess nya Mak Autor lagi aktif-aktifnya, jadi harus di pantau terus. Tapi jika ada waktu pasti up seperti biasa 🥰🥰🙏🙏
kapan mau update lagi selalu aq tunggu😊