Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Di meja makan,
"Kamu mau bawa Hope ikut sama kamu ke Surabaya? Ya ampun, Darrel sayang, menurut mama mending istri kamu tinggal di rumah aja. Kalau dia repotin kamu gimana?"
Hope menundukkan kepala saat mendengar ibu mertuanya menyampaikan rasa keberatannya pada Darrel. Tentang dirinya yang mau di ajak ikut tinggal di Surabaya.
"Hope tinggal aja ya sayang? Nanti mama nggak ada yang bantuin di rumah." ujar Susi lagi.
"Nggak ma. Hope harus ikut denganku. Aku butuh dia untuk menyiapkan segala keperluanku di sana." tolak Darrel. Keputusan tidak bisa di ganggu gugat. Lelaki itu melirik Hope sesekali. Mereka sedang berada di ruang makan.
"Kan kamu bisa bayar pembantu."
"Tidak bisa. Kebutuhan pribadi hanya bisa dipenuhi oleh seorang istri, bukan pembantu." Darrel mengatakannya dengan tegas.
"Kebutuhan pribadi?" Susi menatap sang putra lama. Wanita itu bertanya-tanya dalam hatinya dan menjadi geram. Jelas dia tahu apa maksud dari perkataan putranya barusan.
Susi pun melemparkan tatapan tidak suka ke Hope. Dan Hope jadi merasa serba salah. Di rumah ini selain ayah mertuanya, anggota keluarga yang lain memang tidak suka Darrel dinikahkan dengannya. Itu sebabnya sikap mereka pada dia seenaknya begitu.
"Darrel kamu yakin sama keputusan kamu?" Susi masih memaksa putra sulungnya.
"Jangan bahas itu lagi ma, sudah kubilang keputusanku tidak akan berubah." memang benar Darrel adalah tipikal laki-laki yang sangat konsisten. Hampir semua keputusannya tidak dapat di ubah lagi.
Pria itu melirik Hope yang duduk di sebelahnya kemudian lanjut mengunyah makanan. Hanya ada mereka bertiga di ruang makan, yang lain sedang sibuk masing-masing.
Habis sarapan Hope membantu merapikan meja makan. Darrel dan ibu mertuanya sudah beranjak dari sana.
"Nggak usah non, biar kami aja." kata salah satu dari pembantu rumah tangga yang umurnya sudah hampir memasuki lansia. Hope mengenalnya sejak dirinya masih remaja. Namanya bi Satri. Salah satu pembantu yang paling dekat dengannya, yang tahu jalan cerita hidupmu.
"Nggak apa-apa bi, aku senang bantuin kok. Lagian males kalau nggak ngapa-ngapain."
"Tapi non itu majikan di sini, bibi takut di tegur sama suami non Hope." kata bi Satri lagi. Apalagi dia dengar Darrel melarang keras Aurel nyuruh-nyuruh Hope kemarin. Jadi bi Satri tidak mau mengambil resiko.
"Nggak usah ya non,"
Hope pun tidak memaksa lagi. Ia melangkah hendak ke kebun belakang untuk melihat bunga-bunga yang dia tanam. Namun langkahnya terhenti sesaat. Samar-samar ia dengar suara orang berbicara di kebun belakang. Hope mendekat dan menguping dari balik pintu.
Ia melihat Darrel dan ibu mertuanya sedang berbincang di sana. Sebenarnya Hope tidak ingin menguping, tapi saat ia hendak berbalik naik ke kamar, pertanyaan ibu mertuanya ke Darrel menghentikan langkahnya.
"Jujur ke mama, kamu sudah tidur dengan perempuan itu?"
Darrel menatap mamanya namun tidak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya diam. Walau tidak menjawab pertanyaan yang diajukan mamanya, sikap diam Darrel telah mewakili jawabannya.
"Kau mencintainya? Akhir-akhir ini mama perhatiin kamu selalu belain dia. Kamu bahkan marahin Aurel adik kamu demi istri kampungan kamu itu. Mama jadi curiga kamu sudah jatuh cinta sama dia." Susi menyipitkan mata menatap putra sulungnya.
"Aku tidak ingin membahas hal itu. Mama tidak perlu mencampuri urusanku. Aku tahu apa yang aku lakukan." balas Darrel.
"Sejak kapan kau tidur dengannya? Sudah berapa kali?"
"Sudah kubilang mama tidak perlu tahu. Itu urusan pribadiku dengan istriku. "
"Apa kamu pakai pengaman saat melakukan itu?"
"Mama,"
"Mama cuma nggak pengen perempuan itu sampai hamil anak kamu sayang. Nggak sudi mama punya cucu dari mantan anak sopir. Beda level." Susi memasang wajah jijik saat mengatakan kalimat menyakitkan itu.
Sedang Darrel hanya memasang wajah datar. Dalam hati terkecilnya dia tidak suka mamanya merendahkan Hope, tapi dia juga dilema bagaimana harus bersikap di depan wanita yang melahirkannya tersebut. Akhirnya pria itu hanya memilih diam.
"Mulai sekarang aku minta mama jangan campuri urusan rumah tangga aku lagi." kata Darrel, kemudian pergi meninggalkan mamanya.
Hope cepat-cepat bersembunyi di balik pot bunga besar dekat pintu. Ia melihat Darrel melewatinya, naik ke lantai dua, ke kamar mereka.
Wajah Hope berubah murung. Dia sangat sedih mendengar kata-kata mertuanya tadi. Tapi apa boleh buat, dari dulu mama Darrel memang tidak suka dengannya.
Hope terus duduk di sana sambil memeluk lutut, meratapi kesedihannya.
__________________
"Kau darimana?"
Darrel menoleh ke pintu masuk. Menatap Hope yang muncul dari balik pintu. Ketika pria itu masuk kamar tadi Hope tidak ada, itu alasannya kenapa dia mencari wanita itu.
"A ... Aku dari dapur mas," jawab Hope bohong.
"Barang-barang kita bagaimana?" tanya Darrel lagi. Ia meletakkan i-ped yang dia pegang tadi di atas meja, tatapannya tak teralihkan sedikitpun dari sang istri.
"Sudah mas, tapi ..." ucapan Hope menggantung.
"Tapi apa?"
"Kopernya hanya ada satu. Aku baru masukin pakaian mas."
Hope lalu teringat perkataan ibu mertuanya di meja makan tadi.
"Mm, mas ..." lirihnya. Darrel menatapnya lagi.
"Gimana kalau aku tinggal aja. Seperti kata mama, mungkin aku hanya akan ngerepotin mas di sana." ucapnya.
"Kau akan tetap ikut denganku." kata Darrel mendominasi. Pria itu kemudian berdiri.
"Ayo ikut," katanya lagi memiringkan kepala ke istrinya.
Hope patuh. Ia mengekor di belakang Darrel. Mereka berjalan sampai di garasi.
"Kita mau kemana mas?" wanita itu pun bertanya karena penasaran. Ia sudah masuk ke mobil bersama suaminya.
"Beli koper untukmu." sahut Darrel tanpa melirik Hope. Ia lebih fokus menghidupkan mobil.
Tak lama kemudian mobil mulai berjalan meninggalkan halaman rumah yang besar.
Mereka memasuki sebuah mall. Hope terus mengekor di belakang Darrel. Matanya melihat benda-benda indah yang berada di tempat itu. Hope akan tersenyum tiap kali melewati toko pernak-pernik yang unik.
Beginilah kalau masuk ke pusat perbelanjaan. Walau hanya sekadar cuci mata melihat-lihat, sudah membawa kebahagiaan tersendiri. Apalagi membelinya.
"Kau mau yang mana?" Darrel tiba-tiba berhenti melangkah dan bertanya. Hope tidak sadar pria itu berhenti melangkah jadi dia terus berjalan hingga akhirnya menubruk dada bidang suaminya.
Rasa kaget dan malu bercampur dalam hatinya.
"M ... Maaf mas," ucapnya lirih. Namun Darrel cuek saja.
"Lihat ke sana, kau mau yang mana?" lelaki itu menunjuk ke bagian koper yang berjejeran di samping kiri mereka.
"Mm, terserah mas aja."
"Aku tanya padamu, bukan terserah aku." ucap Darrel lagi tidak sabaran. Hope pun cepat-cepat menunjuk random saking takutnya dengan sikap ketus suaminya.