Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Rio, Sarah, Tania, Lina dan Jay saling melihat satu sama lain. Rio merangkul Sarah dan Jay merangkul Lina, tangan Sarah dan Lina menggandeng tangan Tania yang berada di tengah,
“Kita siap,” ujar ke limanya.
“Baiklah, aku akan membangunkan kalian...oh satu lagi, sampai lupa, usia kalian semua di dunia nyata 16 tahun ya karena aku memundurkan waktu kalian, kalian semua kelas 11 sma, selamat tinggal, di dunia nyata aku tidak ada, jadi jangan cari aku ya, bye bye,” ujar Anissa.
“Eh...tunggu mba Ani,”
“Ctak,” belum selesai Rio berbicara, Anissa sudah menjentikkan jarinya, “prrrk....prang,” dunia seakan akan retak dan pecah berantakan.
*******
“Ugh,” Rio membuka matanya, yang pertama dia lihat adalah lampu neon yang tergantung tepat di atasnya, dia langsung duduk dan melihat sekeliling, dia melihat dirinya berada di sebuah bangsal seperti bangsal rumah sakit yang berada di basement, tiba tiba, “buaak,”
“Rioooo, gue kangen ama lo, gila gue nungguin lo bangun lama banget, gue tahu lo berlima ada di basement sejak lima tahun lalu, gue udah ngerti semuanya, ntar gue bis...”
“Jdug,” belum selesai Alex bicara, wajahnya sudah di pukul secara perlahan oleh Rio, Alex melepaskan pelukannya dan mundur ke belakang, “adaaaaaw,” Alex berteriak,
“Gila lo, kenapa mukul gue ?” teriak Alex.
“Lo melok gue, jijay tau,” jawab Rio.
“Setan lo dasar, ga di dunia sana ga di sini sama aja sifat lo,” ujar Alex sambil memegang hidungnya.
Rio menoleh, dia melihat Sarah, Lina, Jay dan Tania terbaring di ranjang ranjang sekitarnya, ingatannya mulai pulih, dia ingat dia sendirian di rumah sakit sejak berusia 8 tahun tanpa ada seorang pun yang menjenguknya. Dia selalu melihat keluar jendela dan melihat aktifitas anak anak sebayanya yang terlihat senang dan riang bermain. Tangan Rio mengepal dengan kencang, “psssh,” kulitnya merekah dan lengannya menjadi besar mengeluarkan asap,
“Oi oi Rio, lo ngapain ?” tanya Alex mundur dan bersiap siap.
“Psssh,” kulit Rio kembali merapat dan lengannya kembali norma, Rio menghela nafas dan menghapus air mata yang belum sempat menetes di matanya,
“Lo inget ya ?” tanya Alex.
“Ya, gue inget kehidupan gue dari kecil sampai gue mati di usia 13 tahun,” jawab Rio.
Alex maju dan memegang pundak Rio, kemudian dia berbalik dan duduk di sisi ranjang bersama dengan Rio.
“Sama, gue juga inget, selama ini ternyata gue mendambakan sebuah keluarga ya haha...ade gue yang lucu di dunia sana, di sini menghancurkan segalanya dan benci gue,” ujar Alex menunduk.
Rio merangkul Alex di sebelahnya dan Alex membalas merangkul nya, mereka mengerti rasanya sendirian dan tidak memiliki siapapun di dalam hidupnya.
“Trus kita di panti asuhan nih ?” tanya Rio.
“Tidak, kita di reruntuhan asrama perawat,” jawab Alex.
“Hah...reruntuhan ?” tanya Rio kaget.
“Asrama perawat ini sudah lama tidak di pakai dan bangunan nya sudah hancur, gue kesini karena mengawasi kalian berlima setiap hari non stop,” jawab Alex.
“Lah kata mba Ani Lo tinggal di asrama, trus jadinya lo tinggal dimana ?” tanya Rio.
“Di tempat yang seharusnya rumah lo di dunia mimpi,” jawab Alex.
“Hmm di dunia nyata gue ga tau rumah gue dimana, gue sendirian di rumah sakit sejak usia 8 tahun ketika gue di vonis hanya bisa hidup sampai usia 13 tahun,” ujar Rio.
“Nah makanya, kita ntar sama sama ke rumah lo, padahal kita sebenernya lagi liburan di carita ya di dunia sana haha,” ujar Alex.
“Haha benar, paling tidak sempat latihan,” balas Rio.
“Ugh,” terdengar suara dari belakang keduanya, karena ranjang Rio terletak di paling ujung, keduanya menoleh ke belakang, mereka melihat Sarah, Tania, Lina dan Jay yang berada di paling ujung mulai bangun. Rio dan Alex turun dari ranjang dan menghampiri yang lain. Rio langsung berdiri di sebelah ranjang Sarah yang baru bangun dan duduk di ranjangnya, Sarah menoleh melihat Rio,
“Rio ?” tanya Sarah.
Langsung saja Rio memeluk Sarah tanpa berkata apa apa, Sarah membalas pelukan Rio dan mulai menangis karena dia mengingat semua kehidupannya sebelum meninggal. Alex juga langsung memeluk Tania yang terbangun dan menangis, sedangkan Jay turun dari ranjang dan memeluk Lina yang juga baru bangun, keduanya menangis tersedu sedu. Setelah semua tenang kembali, mereka berkumpul dan duduk di lantai membentuk lingkaran, Alex mengeluarkan sebuah amplop coklat dan mengeluarkan isinya, dia melemparkan kartu tanda penduduk kepada ke enamnya.
“Loh nama gue jadi Rio Lesmana,” ujar Rio.
“Hehe gue Sarah Herdiman,” balas Sarah.
“Tania Riswanto,” ujar Tania.
“Linawati Wijaya hehe,” ujar Lina.
“Gue sekarang bukan Alex Budianto lagi, tapi Alex Sasongko,” ujar Alex.
“Jay Kresna...hmm nama gue ganti ya,” ujar Jay.
“Huh,” Rio, Sarah, Alex, Tania dan Lina langsung menoleh melihat Jay dengan heran, Jay yang di lihat oleh yang lain menjadi bingung,
“Kenapa pada ngeliatin gue ?” tanya Jay.
“Lo bisa ngomong ?” tanya ke limanya.
“Oh kok gue ngomong ?” tanya Jay.
“Mana gue tau,” jawab ke limanya serempak.
Kemudian ke enamnya tertawa terbahak bahak dan mereka merayakan Jay yang sudah bisa berbicara, setelah tenang kembali,
“Nah sekarang, ini kartu pelajar kita semua, smartphone sekalian sim card nya dan sim c kendaraan, alamat kita di ktp adalah rumah Rio di dunia sebelumnya dan semuanya sama, bahkan kita punya motor juga di sana, kayaknya mba Ani ngatur nya seperti itu,” ujar Alex.
“Jadi kita semua serumah nih ?” tanya Tania.
“Iya, ada tiga kamar di rumah itu, benar kan Rio ?” tanya Alex.
“Memang ada tiga kamar di rumah gue, dua kecil, satu besar, berarti gue tidur di sofa bawah aja ga apa apa,” jawab Rio.
“Hah...kenapa emangnya, lo ama gue lah, kalau ga ketahuan ga apa apa kan ? lagian nih ya, kita sekarang di dunia nyata, gue mau seneng seneng, tentunya gue mau seneng seneng ama cowo gue yaitu lo,” ujar Sarah menunjuk wajah Rio.
“Oh tapi sempit loh kalau berdua,” ujar Rio.
“Ga masalah, gue seneng sempit sempit hehe,” ujar Sarah.
Sarah menarik lengan Rio dan “crep,” dia menancapkan giginya di lengan Rio yang melihatnya sambil tersenyum.
“Ga di sono, ga di sini, kenyot terus,” ujar Lina.
“Hahel ho (bawel lo),” balas Sarah.
“Berarti kita sekamar juga nih Tan ?” tanya Alex.
“Hehe iya dong,” jawab Tania yang langsung merangkul Alex.
“Lah terus kita ?” tanya Jay sambil menunjuk Lina.
“Serah,” jawab Rio, Sarah, Tania dan Alex.
“Ya udeh, lo ama gue,” ujar Lina sambil menggandeng lengan Jay dan tersenyum.
“Nah sekarang,”
Alex mengeluarkan smartphonenya, kemudian memperlihatkan sebuah video kepada Rio, Sarah, Tania, Jay dan Lina. Bola hitam bercahaya bagai gerhana itu sudah cukup tinggi dari permukaan laut dan mengeluarkan sesuatu dari bagian bawahnya ke laut.
“Ini di kasih dari mba Ani, berita terakhir yang masih di rahasiakan,” ujar Alex.
“Selama ga kesini, bodo amat,” ujar Rio.
“Bener, sudah saatnya kita seneng seneng,” tambah Tania.
“Hehuju (setuju),” tambah Sarah mengangkat tangannya.
“Kenyot aja, ga usah ngomong,” ujar Lina.
“Hese ho (rese lo),” balas Sarah.
“Bener, gue sih males ya ngurusin gituan,” ujar Jay sambil menyibakkan rambutnya.
“Huh,” ke lima yang lainnya kembali menoleh melihat Jay yang baru saja menyibakkan rambutnya,
“Apa lagi ?” tanya Jay.
“Bekas luka lo kemana ?” tanya ke limanya.
“Eh bener juga ya, kemana ?” tanya Jay.
“Mana gue tahu,” jawab ke limanya.
“Di dunia nyata, ade gue Sofi baru berusia 15 tahun dan sekarang sedang hamil, dia di keluarkan dari sekolah dan ngusir gue dari rumah, yah lo pada bener, gue nothing to lose sekarang, jadi ya bodo amat,” ujar Alex.
“Berarti mba Ani bener ya dan kita semua umur 16 rata, yang bener aja, kapan jadi astronotnya gue,” ujar Rio.
“Lah lo masih nguber itu ? udeh kali, udeh di dunia nyata nih,” ujar Alex.
Sarah, Tania, Lina dan Jay tertawa mendengar ucapan Rio dan Alex, ke enamnya nampak riang dan melupakan sejenak kehidupan pahit mereka di dunia nyata.