Berawal dari sebuah mitos yang diceritakan dari mulut ke mulut cerita itu mulai menjadi kenyataan. Satu persatu warga meninggal, mereka dibunuh, darah mereka diambil untuk kelangsungan hidup entitas lain yang mengancam kehidupan.
Beberapa remaja desa mulai mencari tahu tentang makhluk tersebut demi menghentikan tragedi mengerikan.
Makhluk itu ada diantara mereka, dia menyamar untuk memangsa.
*
Cerita ini karya orisinil author, mohon untuk tidak melakukan plagiat. Mari kita saling menghargai dan mendukung.
Jangan lupa ikuti ig @aca_0325
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Ia terpaku menatap pada sosok yang tengah berjongkok di bawah pohon, lalu secara tiba-tiba Dewi menoleh, mulutnya penuh darah dan saat menyeringai dua taring mencuat keluar. didepannya tergeletak seekor kucing dengan mata yang terbuka lebar.
kucing itu mati. Dewi membunuhnya lalu meminum darahnya.
Melati langsung bergidik ngeri, hujan gerimis berubah menjadi hujan deras. Segera dengan cepat air menggenangi tanah tempat kedua kaki melati berpijak.
Dibawah pohon mangga Dewi berdiri, ia meregangkan kedua tangannya. Perlahan warna kulitnya berangsur-angsur berubah, tidak terlalu pucat. Untuk bisa mendapatkan kulit layaknya manusia hidup, ia harus banyak minum darah. Melihat melati yang berdiri di pinggir taman membuat seringaian nya makin lebar, jika berhasil menghisap darah manusia maka kulitnya akan membaik dengan cepat.
"Ini akan menyenangkan, " Senyum manis terbit di wajahnya, kakinya melangkah lebar ke pinggiran taman dimana melati masih sibuk dengan pikirannya.
Oh, tidak. Dewi akan kembali mengejarnya atau mungkin sudah punya keinginan untuk membunuhnya. ia harus segera pergi dari sini.
Melati langsung lari melompati selokan, kakinya baru mendarat di teras kelas dua belas namun ia sudah kembali lari. Tetesan air dari seragamnya meninggalkan jejak di sepanjang jalan memudahkan Dewi melacak keberadaan nya. Ia berbelok kearah kelas Sultan, dilihatnya pria itu baru saja selesai menutup pintu kelas.
" Ada apa, Mel? terus kenapa seragam kamu basah semua? kamu habis hujan-hujanan?" Sultan langsung menyerbu dengan sederet pertanyaan.
"Ayo pergi! "
Hujan yang turun begitu deras tidak mereka pedulikan, yang terpenting adalah meninggalkan sekolah secepatnya. Kala melihat sosok Dewi mengejar dengan langkah lebar, keduanya segera berlari pontang panting. Melati mulai menyesali tindakan cerobohnya, jika saja ia tidak nekat pergi ke taman Dewi tidak akan kembali mengejar.
Di depan perpustakaan Dewi berhasil meraih leher Melati, membanting nya dengan keras ke lantai menimbulkan suara keras dari tulang punggung melati yang beradu dengan lantai keramik.
Sultan tentu tidak membiarkan Dewi menyakiti temannya, ditendangnya dengan keras perut Dewi hingga terpental ke belakang. Dewi tidak terjatuh, dia masih berdiri tegak. matanya menatap nyalang sambil mengusap perutnya.
" Ku bunuh kau!! "Dewi menggeram marah seraya menerjang ke depan.
Petir menyambar di langit, terdengar sangat menggelegar, namun ketiga manusia itu seakan tuli, seolah suara gemuruh hujan dan kilatan petir itu tidak terdengar. Dua orang dilanda takut dan cemas sementara yang satunya sedang dilanda kemarahan hebat.
Melati segera bangkit, ia meringis pelan, punggungnya sakit sekali. Jika ia selamat, yang pertama dilakukan adalah memeriksa punggungnya. Dilihatnya Dewi mulai menyerang Sultan, tiba-tiba saja tangan perempuan itu mengeluarkan kabut hitam tipis.
ia mamaksa tubuhnya untuk bergerak maju, rambut hitam Dewi ditarik dengan kuat dari belakang. Melihat hal itu, sultan tak tinggal diam, dia kembali menendang, kali ini sasarannya adalah pinggang Dewi.
Namun sebelum tendangan itu sempat mengenai Dewi, satu bayangan hitam muncul menyambar tubuh Dewi. Hanya sekejapan mata sosok itu sudah menghilang.
Dewi juga ikut menghilang, sosok itu yang membawanya pergi.
Meski sosok tersebut sudah tidak ada disana, Melati masih bisa mencium aroma busuk yang tertinggal. Ia pernah mencium aroma serupa saat meneduh di pondokan balai desa. Sosok yang baru saja datang pasti adalah sosok yang sama yang saat itu berada di balai desa. Tapi, siapa?
" Kita harus segera pulang, mel, " Sultan mengingatkan. Lantas keduanya segera pulang tanpa menunggu hujan reda, berada di sekolah lebih lama hanya membuat mereka semakin tidak aman.
***
Malam ini begitu istimewa bagi Nia, karena Asep akan datang ke rumahnya untuk menyampaikan keseriusan hubungan mereka pada orangnya. Nia berkali-kali menghela nafas gusar di kamarnya, ia harus mengatakan lebih dahulu kepada Ayahnya, Baron Junaedi.
Baron bukanlah orang yang mudah, dia tegas, galak dan sangat pemarah. Saat ini pria paruh baya itu tengah duduk di ruang keluarga menonton acara bola kesukaannya, Nia mengumpulkan keberanian lalu ikut duduk disamping sang ayah.
"Ada yang ingin kau katakan, Nia?" Tanya Baron yang keheranan dengan wajah gusar putrinya itu.
"Aku tidak akan kuliah setelah lulus, Yah. " Nia mengatakan sambil menundukkan kepala. Ia meremas jemari untuk menekan ketakutannya, pikirannya kacau, ia tidak berani melawan ayahnya Tetapi, ia sudah menyukai asep sejak berusia dua belas tahun. Sudah sering ia menyatakan perasaannya, tidak terhitung berapa kali asep menolaknya. Katakanlah Nia perempuan gila yang mengejar pria tanpa menyerah.
Sudah banyak penolakan yang ia terima, Asep seringkali bersikap dingin padanya. Saat pria itu menerimanya, Nia sudah bertekad untuk tidak akan melepaskannya. Ia langsung mendesak asep untuk menikahinya.
" Lalu, apa yang akan kau lakukan? kau akan bekerja? " Tanya Baron tanpa menoleh, matanya masih fokus menatap layar televisi.
"aku akan menikah."
"APA? " Baron melebarkan matanya. Kepalanya langsung menoleh, kedua tngannya mengcengkeram kuat bahu Nia, " Katakan laki-laki mana yang sudah menggodamu? " Tanyanya dingin.
" A-ayah sakit, "Cicit Nia
"Ingat apa yang selalu aku katakan, " Tangan Baron mulai mengendur, " kau akan kuliah di luar negeri setelah lulus. Aku bekerja mati-matian agar kau bisa mewujudkan impianmu. "
" Ta-tapi aku tidak ingin pergi-"
"Omong kosong apa yang kau katakan, Nia? jangan memancing kemarahanku, pergi ke kamarmu dan belajar. Lupakan pembicaraan tentang menikah, kau masih kecil dan masih harus banyak belajar." Ujar Baron dingin. Setelah membanting remot keatas meja pria itu pergi keluar.
Kebetulan asep baru saja mematikan motornya saat Baron berjalan kearah nya dengan raut wajah penuh amarah.
" Selamat malam, paman."Sapa Asep sedikit menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua.
PLAK...
Satu tamparan di layangkan ke pipi kanan Asep, saking kerasnya tamparan itu membuat wajahnya tertoleh ke samping.
"Ada apa, paman?" Tanya Asep heran. Ia baru sampai dan langsung diberi tamparan. seingat nya ia tidak pernah menyinggung Baron, mereka memang tidak akrab tetapi Asep selalu bersikap sopan kepada siapapun termasuk kepada ayah kekasihnya itu.
" Kau yang sudah menggoda putriku? "
Sementara Nia mengintip dibelakang kaca jendela, ia menggigit telunjuk nya, matanya meredup. Jika ia keluar sekarang ayahnya akan semakin marah, Nia hanya berharap Asep berhasil melunakkan hati ayahnya.
"Oh, astaga, paman salah paham. Saya datang kesini bukan untuk menggoda putrimu, saya hendak menjual beberapa ekor kambing lagi." Kata Asep tertawa renyah, matanya melirik kearah jendela, setelah memberikan senyum lebar ia kembali menatap Baron.
Apa-apaan dia. kenapa malah jadi jual kambing. gerutu Nia dalam hati.
" Kamu tidak sedang mengelabui saya?" Tanya Baron, rahangnya yang sedari tadi mengeras perlahan mengendur.
"Tidak, paman. Sepertinya paman sedang banyak pikiran," Ucap Asep, ia duduk di gazebo, setelah Baron ikut duduk, ia kembali bersuara," Apa ada orang yang menggoda putrimu? "
" Tentu saja ada, kalau tidak bagaimana mungkin dia tiba-tiba ingin menikah. Padahal dulu dia ingin sekali kuliah di luar negeri,"Kata Baron menghela nafas berat.
"Paman tidak perlu khawatir. Saya akan membantu paman mencari tahu siapa orangnya. " Ujar Asep seraya menyulut rokok yang baru saja dibakarnya. Dihembuskan asap rokok kearah luar, bibirnya tersenyum kala menoleh pada Baron, "Paman, merokok? " tanyanya lagi.
" Berapa ekor kambing yang hendak kau jual? " Tanya Baron. Dia tidak ingin membicarakan lebih lanjut masalah putrinya dengan Asep.
" Ada dua ekor, paman."
" Kau antarkan saja besok siang. Sekarang, aku ada urusan dirumah kepala desa," Ujar Baron.
"Baik, paman." Asep menyandarkan punggungnya ke dinding gazebo, dihembuskan asap rokok sembari memperhatikan punggung Baron yang mulai menghilang ditengah gelap malam. Tangannya merogoh saku jaket levis yang membungkus tubuh atletisnya, ia mengangkat benda putih kecil yang tersimpan dalam plastik putih.
"Semoga tidak ada yang terjadi." Gumamnya kemudian kembali menyimpan benda itu dalam sakunya. Ia menoleh saat mendengar seseorang datang, Nia berjalan kearahnya dengan wajah kesal. Ia tentu paham apa yang membuat wajah cantik itu merengut.
"Selamat malam, tuan putri. " Sapanya manis.
"Ck, nggak usah sok manis, deh. Jujur aja deh bang, kamu nggak mau nikah kan sama aku?" Tanya Nia, wajahnya merah padam.
" Ah, pemikiran darimana itu? "Asep berdiri, ia mendekati Nia lalu merangkul lembut pundak gadis itu, "kita pasti akan menikah. Tapi, sebelum itu, tentu aku harus mengambil hati ayahmu. Dia tidak akan memberi restu begitu saja. Beri aku waktu untuk mendekatinya, ya, "
" Sampai aku lulus? "
"iyaa, "
" Aku nggak mau tahu, pokoknya setelah aku lulus kita harus menikah." Nia melipat kedua tangannya didepan dada, keputusan nya sudah tidak bisa di ganggu gugat.
" Iya, sayang." Asep mengusap lembut kepala Nia, memberikan ketenangan yang selama Nia dambakan. Ia menyandarkan kepalanya di bahu lebar Asep, keduanya duduk didalam gazebo sambil memandang bulan yang menggantung indah di langit.
Tidak ada yang menyadari bahwa ada sepasang mata yang tengah mengintip dari samping rumah Nia. Orang itu menatap keduanya tanpa berkedip, ada gemuruh di dadanya melihat Asep dan Nia sangat dekat.
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe ya
follow IG @aca_0325
kenapa Nia tdk dibangkitkan seperti Dewi?
apakah Baron yg culik bayi sbg syarat buat hidupin Nia?
apakah mereka dr awal sdh mentargetkan melati?
desa ini, benarkah ada manusia nya?
selain Mahendra dan sultan, sekarang pun aku curiga melati jg sebenarnya bagian dr makhluk kegelapan, hanya blm.menyadari... Krn keluarga melati sendiri bagiku memcurigakan...
dan lagi Krn liat Baron dg mudah membangkitkan sosok yg dah terkubur demi membangkitkan kembali Nia...
knp hanya orang tua yg tau...
apakah Asep yg minta makhluk kegelapan buat bunuh manusia tp utk apa? merusak perjanjian?
tp siapa yg udah bawa Hendra ke pesta waktu itu ya?
kl melati dan sultan kan diajak sama Alisa..
ada rahasia apa di buku itu?
klpun ada yg nyulik apakah Asep ato suruhan Gideon buat mancing melati... hmmm🤔
btw, knp melati bs jd incaran Gideon jg ya selain Arion 🤔