NovelToon NovelToon
Battle Scars

Battle Scars

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Irma pratama

Apa jadinya kalo cinta pertama lo sekarang jadi bodyguard lo???

Apa sih yang dipikirin sama Appa dan Eomma?

Orang yang udah dianggap keluarga, Kakak, bahkan dia udah jadi cinta pertama gue saking deketnya...

Tiba-tiba sekarang dia dateng setelah belasan taun ngilang dan Appa bilang kalo dia jadi bodyguard gue?

Pantesan aja dia ngilang, ternyata dia disekolahin sama Appa dan Eomma buat dilatih dan dididik jadi bodyguard gue.


terus ditambah sekarang...

Mana sifatnya yang penyayang?

Mana kebaikan yang dulu dia kasih buat gue?

Mana sosok Kakak sekaligus cowok yang perfect buat gue jadiin pacar sekaligus calon suami???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bunda Halimah

"Waaaahhh... Gerbangnya dibuka!"

Mata Balqis seketika berbinar saat melihat gerbang terbuka lebar. Dengan semangat luar biasa dia mengangkat roknya.

Tekadnya dari kemarin sudah bulat ingin pergi dari tempat ini. Dia ingin mencari tempat lain untuk bersembunyi. Dia sama sekali tidak menyukai tempat penuh peraturan.

Dengan gesit dan cepat Balqis berlari ke arah gerbang. Dia sangat bahagia melihat cahaya seperti menyambutnya untuk segera keluar.

Tap!

Langkahnya tiba-tiba terhenti. Matanya teralihkan melihat seorang laki-laki tengah berada di kebun yang dipenuhi sayuran dan buah-buahan.

Laki-laki itu terlihat sangat tampan dengan cahaya matahari yang menyorotinya. Tangannya terulur menyentuh buah tomat yang merah merona. Bibirnya menyungging tipis menunjukkan lesung pipi kecilnya.

"Wow... Om Gus?! Gantrng juga dia kalo duliat dari sisi itu!"

Pluk!

Balqis mengambil sapu yang terjatuh. Kemudian kembali melirik Alditra yang masih setia di sana.

Degh!

Mata Balqis membulat sempurna. Badannya membeku di tempat. Dia terkejut saat melihat Alditra berdiri mengambil buah mangga yang jaraknya sekitar 2 meter dari kursi roda.

Anjrit.. Itu beneran Om Gus?

Pluk!!

"Aaakkhh..! Ck..."

Penglihatan Balqis buyar. Dia meringis saat sapu lidi kembali terjatuh dan mengenai kakinya. Dia pun mengambilnya dan segera melihat Alditra lagi.

Kali ini, dia tertegun melihat Alditra sudah duduk di kursi rodanya lagi. Dia terlihat seperti biasanya yang tidak bisa berjalan.

Eehh... Barusan gue nggak salah liat kan? Kalo dia berdiri kayak orang normal. Tapi kenapa sekarang kayak biasa lagi?

Balqis kebingungan dengan penglihatannya barusan. Entah salah lihat atau bagaimana? Tapi barusan seperti nyata dan tidak.

"Balqis, kembali menyapu!"

Balqis terkejut saat suara bariton Badriah terdengar nyaring.

Sial... Gara-gara liat Om Gus, gue nggak jadi buat kabur dari sini!

Dia pun kembali menyapu sambil melirik Alditra yang kini tengah bermain dengan kupu-kupu.

Ha... Sejak kapan ada kupu-kupu di sana? Ini gue lagi halu kayaknya ya?

Pikiran Balqis kembali dibuat tanda tanya. Entah datang dari mana kupu-kupu berkumpul beterbangan mengelilingi Alditra.

"Balqis, kembali menyapu!"

Iisshh.. Bawel! Gerutunya mendelik ke arah sang empu suara.

Balqis pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia menyapu dedaunan yang masih berserakan.

"Hiks.. Gerbang! Tunggu gue ya... Gue bakalan lewatin lo kok, tenang aja!" raut wajahnya seketika kusut karena rencananya kabur gagal.

Padahal gerbang sudah terbuka lebar, tapi dia tidak bisa melewatinya begitu saja. Iya, hal itu karena matanya malah tertarik melihat ke arah Alditra.

Setelah beberapa menit berlalu Balqis menyapu. Kini dia menatap lingkungan pesantren yang semakin kacau.

Dedaunan berkumpul di sana sini. Bahkan lidi yang terlepas dari kelompoknya berserakan. Lingkungan malah terlihat kacau.

"Hah... Ok. Udah bersih, semuanya juga udah selese! Sekarang waktunya makan."

Badriah yang melihat hasil Balqis bersih-bersih menepuk jidatnya. Sedangkan Naila membenturkan dirinya ke sudut tembok. Ide memberikan hukuman itu pada Balqis bukanlah hal yang bagus, melainkan hal yang salah.

"Yang sabar. Semua ini ujian!"

Perempuan bercadar hitam tersenyum manis. Dia menepuk pundak Badriah sebelum pergi sambil mengulum tawa. Karena santriwati baru itu sangat luar biasa di luar nalar.

"Bagaimana ini, Ustadzah?" tanya Ririn. "Kita jadi harus membersihkannya lagi ini,"

"Mau bagaimana lagi? Bila umi melihat ini, pasti beliau marah," jawab Naila.

"Hah... Jadi kerja dua kali kan." ucap Badriah.

Mau tidak mau, sebagian santri kembali membersihkan halaman. Mereka kira halaman akan bersih, nyatanya malah kacau balau. Dan konyolnya Balqis menyebut kekacauan itu sudah bersih.

Tanpa di sadari, sejak tadi Azizah yang berdiri di balik gorden tertawa kecil karena Balqis membuat santri yang ditakuti di kobong itu berubah pasrah.

"hihihi... Dia tuh ada-ada aja deh."

"Kenapa Zah? Apa ada yang lucu?" tanya Arsalan yang baru datang. Disusul Miftah, Zaigham dan Alditra.

"Iya Aby. Itu, Balqis itu anaknya lucu juga ya. Dia dihukum bersihin lingkungan, bukannya bersih malah makin kacau," jawab Azizah cekikikan.

"Balqis?!" beo Zaigham. "Siapa? Kayaknya saya baru denger nama itu?"

"Dia itu putrinya Hans. Yang pernah Aby ceritakan anaknya akan dititipkan di sini," ujar Arsalan. "Dia baru dua hari di sini,"

"Oh... Pantas aja saya baru denger," sahut Zaigham.

"Aby, kemarin bunda Hamra ngirim pesan. Beliau bilang akan datang ke sini untuk bertemu Alditra," sela Azizah.

"Izinkan saja dia datang. Dia berhak melihat putranya." balas Arsalan.

Azizah mengangguk. Kemudian melirik Fatimah yang cemberut. Dia tahu wajah cemberut uminya itu tanda cemburu karena mantan istri aby akan datang.

"Al, bila nanti bunda kamu tanya kamu sudah dapat calon atau belum, kamu jawab sudah." ujar Fatimah.

Alditra tidak menjawab sama sekali. Dia lebih fokus pada makanannya di piring.

Hah... Saya nggak suka perempuan. Kalau ada pun, saya ingin perempuan yang seperti bunda. Yang cintanya sangat tulus untuk aby sampai rela masih sendiri agar cintanya tetap suci.

"Assalamu'alaikum?"

"Assalamu'alaikum?"

"Assalamu'alaukum!!!"

"Wa'alaikumussalam! Biar Zizah saja yang buka pintunya By... Ummi..."

Baru saja Azizah beranjak dari kursi meja makan. Dia langsung bengong saat melihat Balqis sudah berdiri di ambang pintu dapur sambil nyengir ke arah orang-orang yang ada disana. Ya... Dia masuk begitu saja tanpa permisi.

"Loh Qis, ada apa ke sini?" tanya Azizah.

"Nagih makanan," jawab Balqis polos sambil melirik kearah Alditra yang masih asik dengan makanannya.

"Tadi kita sudah sepakat buat tukeran makanan kok. Tapi dari tadi ditungguin enggak nongol-nongol. Malah asik makan sendiri!" ucapnya menyindir Alditra.

"Dengan siapa?" tanya Arsalan.

"Om Gus," tunjuk Balqis kearah Alditra.

Arsalan tersenyum mendengar panggilan Balqis untuk putranya. "Kalau begitu kamu makan bersama saja di sini,"

"Oh nggak usah. Aku makan di kobong aja," tolak Balqis.

"Kenapa? Di sini aja bareng sama kita?" timpal Miftah.

"Aku takut kalo aku makan di sini. Tatapan Umi yang cantik bagaikan rembulan malam sangat menakutkan," jawab Balqis sambil cengar cengir.

Fatimah menatap Balqis, kemudian memalingkan wajahnya. Emosinya lagi-lagi terpancing.

Setelah Balqis mendapatkan makanan yang diinginkannya. Dia pun keluar rumah begitu saja. Dia ingin segera menikmati makanan lezat itu bersama Melodi yang tidak kebagian makanan.

"Hah... Anak itu, bikin emosi melonjak saja," ucap Fatimah.

"Sabar Umi!" sahut Azizah. "Sikap Balqis memang berbeda sama perempuan di sini. Itu karena pergaulannya bebas. Dia kurang perhatian Ayahnya yang sibuk bekerja apalagi ibunya sudah meninggal pas Balqis masih kecil..."

"Kita juga tau bukan bagaimana keluarga pak Hans? Dia sibuk dengan perusahaannya bercabang di sana sini. Selama pak Hans bisa mencukupi keinginan putrinya, itu tidak jadi masalah untuk mereka," ujar Miftah

Arsalan mengangguk. "Itu sebabnya Hans mengirim putrinya tinggal di sini.. Dia sangat tidak ingin bila putri satu-satunya mengikuti jejaknya..."

"Aku sih sangat berharap Balqis bisa menjadi pribadi lebih baik. Meski pun bukan hari ini, tapi suatu saat nanti," ucap Azizah.

"Aamiin."

Keluarga Arsalan dan Hans sudah kenal lama. Apalagi Arsalan salah satu teman dekat Hans semasa kuliah dulu.

*********

Matahari bersinar siang ini. Tidak ada awan yang menghalangi cahayanya sama sekali. Langit begitu bersih menampilkan warnanya yang biru. Cuaca sangat panas tidak biasanya, membuat orang-orang menginginkan yang segar dan sejuk. Biasanya, panas kayak gini bakalan berakhir hujan. Soalnya semakin naik matahari, awan kembali berkumpul.

"Balqis, kamu sudah habis 10 bungkus ice cream," Melodi meringis melihat Balqis yang terus menikmati ice cream vanila. "Nanti perut kamu sakit loh kalo kebanyakan,"

"Tenang aja Mel, gue udah biasa makan ice cream banyak-banyak kok." Balqis pun mengeluarkan uang berwarna merah. Dia membayar ice cream yang dimakannya barusan.

"Cuaca beneran panas hari ini. Nanti sore pasti turun hujan,"

"Kayaknya nggak bakalan deh. Mungkin besok yang akan turun hujan, "

Balqis menoleh. Dia melirik dua orang santriwan yang tengah mengobrol. Ini untuk pertama kalinya juga dia melihat santri laki-laki.

"Ck... Mereka emang beneran ganteng-ganteng ya!"

Melodi langsung menarik tangan Balqis setelah mendapatkan kembalian. Apalagi matanya terus berbinar melihat santriwan itu.

"Cowok di sini ganteng-ganteng ya Mel!" Balqis masih saja memperhatikan mereka berdua sambil berjalan menjauh.

"Ya ampun!" gumam Melodi. "Qis, sini ke pinggir," Melodi menarik tangan Balqis di saat mobil hitam masuk ke lingkungan pesantren.

"Siapa itu, Mel?" tanya Balqis.

"Aku juga nggak tahu." jawab Melodi.

Mereka berdua memilih memperhatikan mobil itu. Mereka ingin melihat siapa yang turun dari dalam sana.

Tap!

"Masyaa Allah, bunda Halimah?!"

Balqis melirik Melodi. Kemudian kembali memperhatikan perempuan berpakaian serba hitam yang turun dari mobil.

"Jadi siapa itu, Mel?"

"Dia itu bunda Halimah, Qis. Bundanya Gus Alditra!" jawab Melodi.

"Masa sih! Kok dia masih keliatan muda?!" Balqis tidak percaya perempuan itu adalah bunda dari Gus Alditra.

Karena dilihat dari wajahnya yang masih muda, dia malah terlihat seperti kakaknya bukan ibunya.

"Dia emang cantik banget! Tapi Kok bisa sih aby Arsalan cerai sama perempuan secantik itu?" ujar Balqis.

"Mungkin memang bukan jodohnya aja Qis. Jadi dipisahkan meskipun dua-duanya terlihat sempurna," sahut Melodi.

"Jadi maksudnya jodoh aby itu Umi? Hmmm, Ck... Kok mau Aby Arsalan sama emak-emak yang galaknya minta ampun!" timpal Balqis.

"Jangan seperti itu. Galak-galak juga kesayangan aby Arsalan loh," bisik Melodi sambil cengegesan. "Ya sudah, yuk? Kita pergi ke kobong.' "

Balqis mengangguk. Dia dan Melodi kembali berjalan. Matanya juga tidak lepas memperhatikan Alditra yang tengah dipeluk Halimah dengan erat.

"Ck... Bisa banget bikin gue iri." gumamnya.

1
sukronbersya'i
mantap seru, gan , jgn lupa mampir juga ya
Tara
wah...dasar preman Yach😅😂
Tara
hope happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!