Cinta pertama yang manis,tak selalu bisa berakhir dengan manis pula.Srita adalah salah seorang manusia yang membuktikan hal itu.Hidupnya yang indah justru hancur akibat janji manis dari sang cinta pertama.Sungguh kisah yang teramat miris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Sando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#19
Haras berulangkali mencuci tangannya di sebuah pancuran air yang ada di pinggir kebun. Meski sudah diguyur air dan digosok dengan kuat,tetapi ia tetap merasa jika aroma pupuk kandang itu tak jua sirna dari kedua telapak tangannya.
"Ga bau kok Mas!."
Ucap Ratno yang diminta mengendus tangan Haras.
"Ah!ga bisa dipercaya amat lu ,No!."
Celetuk Haras.
"Jelas-jelas ini masih bau!."
Haras menggosok lagi tangannya.
"Ya terserah Mas Haras aja!kalo emang Mas merasa masih bau,ya cuci aja terus sampe magrib!."
Canda Ratno sambil nyelonong pergi meninggalkan Haras.
"Kakek!!."
Terdengar suara wanita memanggil Pak Turio.
"Srita?!."
Ratno girang bukan main saat tahu siapa wanita yang memanggil Pak Turio. Ia memalingkan tubuhnya pada Haras.
"Mas!buruan cuci tangannya!ada bidadari!."
"Apaan sih ,No?!ga penting amat!."
Haras tak perduli,ia hanya fokus pada tangannya yang tak kunjung bersih.
"Ealah ..wong Iki...ada rezeki kok malah di tolak!."
Ratno kesal. Ia segera menghampiri Haras.
"Mas!!."
Ratno menyentil punggung Haras.
"Ngapain sih lu?!."
Sergah Haras.
"Itu loh Mas!ada bidadari!."
"Bidadari apaan?!."
Haras sepertinya tak tertarik dengan ucapan Ratno.
Ia sama sekali tak menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Ratno.
"Ah! terserah Mas!kalo ndak mau ikut,aku ke dangau sendiri."
Ratno langsung meninggalkan Haras. Ia segera berjalan menuju dangau.
Sedang Haras tetap tak perduli dengan apa yang Ratno lakukan. Ia tetap sibuk dengan dirinya sendiri.
"Loh,mana Haras?kok ga di ajak?."
Pak Turio heran saat Ratno hanya datang sendiri.
"Ndak mau,Kek."
Jawab Ratno yang masih tampak kesal pada Haras.
"Dasar bocah bandel!."
Gerutu Pak Turio.
"Eh..ada dek Srita toh?."
Ratno tersenyum malu dan pura-pura tak tahu jika ternyata ada Srita di situ.
"Iya,Mas.."
Srita juga sama malunya dengan Ratno. Tapi,itu adalah hal yang sesungguhnya,bukan akting seperti yang Ratno lakukan.
"Sendirian aja Dek?."
Tanya Ratno basa-basi.
Belum lagi srita menjawab,Pak Turio langsung memotong pembicaraan mereka.
"Ada apa,Ndok?."
Potong pak Turio.
"Oalah.. Kakek kok ya pake acara motong omongan segala,ga tau orang lagi usaha apa?."
Gerutu Ratno dalam hati.
"Maaf,Kek. Saya di suruh Nenek buat nganterin makanan ini."
Srita menunjukkan rantang stainless yang ia jinjing.
"Oh..sini biar Mas bantu!."
Ratno langsung mengambil alih rantang yang di jinjing Srita.
"La..kok bisa?."
Pak Turio heran.
"Saya tadi sedang lewat di depan rumahnya kakek, tiba-tiba Nenek manggil saya,beliau mau nganter sendiri tapi lagi pusing kepala katanya."
Pak Turio manggut-manggut saja,sedang Ratno sudah meletakkan rantang itu di dalam dangau.
"Yo wis, terima kasih Yo Ndok!."
Srita tersenyum tipis. Senyum yang sangat manis dari bibir merah alaminya.
Gadis dua puluh tahun itu tampak begitu ayu meski selalu tampil tanpa riasan. Wajar saja jika ia menjadi kembang desa dan menjadi rebutan para pemuda. bukan hanya di kampung ini,tapi juga kampung-kampung lainnya.
kecantikan Srita sudah tersohor ke segenap kampung.Selain karena parasnya yang ayu,ia juga memiliki kepribadian yang santun. banyak dari orang tua di kampung ini yang begitu mendambakan Srita untuk jadi menantu mereka.
Namun,Srita tak pernah tertarik untuk menjalin hubungan asmara dengan siapapun. Meski banyak pria yang mendekatinya,nyatanya hingga saat ini ia masih tetap sendiri.
"Ajak Mas mu kesini!bilang kakek yang suruh!."
Pak Turio meminta Ratno untuk mengajak Haras berisitirahat di dangau.
Beberapa orang yang bekerja di kebun pak Turio juga sudah berada di dangau.
Atas inisiatif sendiri,Srita menyusun gelas dan mulai menuangkan air kedalamnya. Ia juga sudah membuka rantang yang tadi ia bawa. Rantang itu rupanya berisi gorengan dan pisang kukus.
Tak berselang lama,Ratno datang bersama Haras.
Haras menghentikan langkahnya saat mengetahui ada seorang wanita di dalam dangau.
Ia tak mengenal wanita itu. Itu sepertinya bukan anggota keluarganya di kampung ini.
untuk sejenak ia sempat terpukau melihat paras wanita itu yang rupanya cukup mampu menawan hatinya.
"Le,sini!."
Panggil pak Turio.
"Ini Nenek mu ngirim makanan."
Pak Turio menunjukan rantang yang berisi makanan yang sudah di buka oleh Srita.
"I ya,Kek..."
Haras tergagap. Ia seperti baru tersadar dari lamunan.
"Iyo Mas,sini,jangan diem disitu saja!."
Ledek Ratno,yang sepertinya menyadari jika Haras merasa malu karena keberadaan Srita.
"Ya udah kek,saya pamit pulang dulu!."
Ucap Srita sambil keluar dari dangau.
"Loh kok buru-buru to Ndok?."
"Iya,masih ada pekerjaan."
Kilah Srita.
Ratno yang juga tahu jika Srita merasa malu pada Haras,hanya senyum-senyum sendiri.
Srita langsung bergegas melangkah pergi,saat ia melintas tepat di hadapan Haras,tanpa sengaja keduanya saling menatap.
Wajah Srita memerah saat tak sengaja menatap wajah Haras. wajah tampan Haras itu mampu membuat jantungnya berdetak kencang. Seumur hidupnya,baru kali ini ia melihat pria setampan itu. harus Srita akui jika Haras menang sangat menawan.
sedang Haras ternyata merasa hal yang tak jauh berbeda,ia sempat merasa kagum dengan kecantikan Srita. Kecantikan natural khas gadis desa. Tapi,di saat yang bersamaan,ia jadi teringat dengan sang kekasih di kota, Aydra. tiba-tiba terbesit rasa rindu pada wanita yang hingga detik ini tak bisa lagi ia hubungi lewat media apapun.
"Ehem!,ehem!!."
Ratno pura-pura batuk. Padahal ia sedang menggoda Haras.
Haras yang sadar sedang digoda Ratno,langsung buru-buru masuk ke dalam dangau.
"Kok serius banget sih Mas ngelihatin nya?."
Goda Ratno lagi.
"Apaan sih lu ,No?usil aja!."
Jawab Haras kesal.
Orang-orang yang ada di dalam dangau jadi tertawa melihat tingkah dua orang yang kini sudah bersahabat itu.
"Piye Mas?."
"Piye apanya..?.".
"Gadis tadi tu loh?."
"Habisin dulu bakwan di mulut,baru ngomong!."
"Temen gua di kota,ngomong sambil makan bakwan..eh tau-tau lewat!."
"Mas jangan nakut-nakutin,kok malah menyumpahi aku to.."
Protes Ratno.
Gelak tawa orang-orang kian kencang mendengar ocehan Ratno dan Haras,yang kayaknya tokoh kartun Tom and Jerry.
"Tapi serius ini Mas. Piye menurut Mas Haras gadis tadi?."
Haras menarik nafas. Seolah pertanyaan Ratno itu membuat sesak dadanya.
"Cantik to?."
Ratno menjawab sendiri pertanyaan yang ia ajukan pada Haras.
"Itu namanya Srita. Nama lengkapnya Rasrita yaningrum..nama bapaknya Sasto..nama ibunya Ningsih.."
"Ga sekalian nama Kakek dan Neneknya,atau nama om dan tantenya..?."
"Ga pernah bisa di ajak serius Mas Haras.."
Ratno kesal.
"Ndak usah ngoceh terus ,No,ayo dimakan gorengannya mumpung masih hangat!."
Pak Turio mencoba menengahi suasana tegang antara Ratno dsn Haras.
Haras hanya geleng-geleng kepala melihat Ratno yang menggerutu padanya. Tapi,di dalam hati ya, sejujurnya ia tak menampik jika Srita menang gadis yang sangat cantik. Bahkan jika boleh jujur,kecantikan Srita jauh diatas kecantikan Aydra.
Entah mengapa,saat tadi ia menatap sepintas wajah Srita,ada sesuatu yang entah apa,mengalir di dalam tubuhnya. Sesuatu yang begitu menyenangkan,dsn sesuatu yang ingin Haras rasakan kembali.
*****
oh iya, saya follow jdi di folback ya biar kita berteman 🤗
aku mampir di karya mu, jangan lupa mampir juga di karya ku yaa
Follback ya Thor🙏
aku udah mampir yaaa, jangan lupa mampir juga di karyaku...
baca dengan benar ya Thor jangan sampai lompat bab dan jangan asal scroll kasih like itu bisa mempengaruhi ritensi karya 🙏