Arga, seorang pemuda kampung yang hidup dengan peraturannya sendiri. karakternya yang tak kenal takut, dingin, tanpa ampun membuat dirinya sering terlibat dalam pertarungan. mampukah seorang gadis desa bernama Anya menumbuhkan cinta di hati arga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aimar Khalila Albani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan
Pagi itu, sinar matahari lembut menerobos masuk melalui celah celah tirai kamar, membangunkan arga dan anya yang masih terlelap dalam pelukan kehangatan satu sama lain. mereka merasakan kebahagiaan dan kenyamanan setelah menjalani malam pertama mereka. Anya menggeliat malas dalam pelukan arga, menikmati setiap detik kebersamaan ini. Ia begitu merasa tenang dan bahagia, seolah ia telah melupakan masalah hidupnya.
Dengan suara lembut."selamat pagi suami."
Mendengar itu arga tersenyum bahagia. "selamat pagi istriku."
Anya memandangi wajah arga, merasa begitu beruntung bisa hidup bersama dengan pria yang dicintainya, namun ia juga merasakan ada sesuatu yang mengganggu yang ditunjukkan dari ekspresi wajah arga. "apa yang kau pikirkan arga?"
Arga mendesah pelan, menyadari bahwa ia tak bisa menyembunyikan apa pun dari anya, ia menatap mata Anya yang penuh dengan perhatian. "aku hanya memikirkan apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya, aku tahu saat ini kita telah menikah dan seharusnya menjalani kehidupan baru dengan penuh kebahagiaan, namun di dalam hati kecilku aku tidak bisa mengabaikan ancaman guntur."
"aku mengerti guntur adalah orang yang sangat berbahaya arga, namun kita telah melewati banyak hal, aku yakin kita bisa melalui semua ini, kau tidak perlu terlalu memikirkan hal ini."Ujar Anya yang berusaha menenangkan suaminya.
Anya adalah sumber kekuatan bagi arga,namun ia juga merasa bahwa ancaman dari guntur tidak bisa dianggap remeh dan ia merasa harus melakukan sesuatu untuk menghadapinya.
Di lain kota, kini guntur telah menyiapkan langkah-langkahnya. Dengan mata yang tajam ia menatap peta yang terhampar di meja, disitu terdapat banyak coretan yang menandai target targetnya, disekeliling anak buahnya berdiri untuk menunggu perintah langsung darinya.
Guntur adalah pria yang penuh dendam dan ambisi yang sangat besar, ia selalu bermimpi untuk bisa menjadi penguasa di seluruh kota. ia juga tak pernah bisa memaafkan arga yang dulunya adalah anak buahnya pergi meninggalkan dirinya. menurutnya pengkhianatan adalah hal yang tak pernah bisa ia maafkan untuk saat ini ia bertekad untuk menghancurkan hidup arga, apapun caranya.
Didalam hatinya Guntur berbicara. "dia pikir dia bisa melarikan diri dariku? Dia salah besar, aku akan menunjukkan kepadanya siapa penguasa sebenarnya di kota ini."
_________________________
Di malam hari, setelah melewati hari yang penuh dengan kebahagiaan, arga dan Anya duduk di ruang tamu mereka menikmati waktu bersama sembari membangun rencana rumah impian dan kehidupan rumah tangga yang akan mereka ciptakan bersama sama.
"arga, aku tidak sabar untuk melihat rumah baru kita."
Arga tersenyum tipis sembari menganggukkan kepalanya. Namun senyum itu tak sepenuhnya menghilang, ketika hari semakin larut malam ia memutuskan untuk menghubungi Rudi, ia ingin membicarakan langkah apa yang selanjutnya ia lakukan, Di dalam telepon arga mengatakan." kita harus bertindak secepatnya Rudi, aku yakin guntur tidak akan menunggu kita lagi, dan entah mengapa aku akhir akhir ini mengingat ancaman yang pernah dilontarkan kepadaku, menurut ku saat ini kita perlu menyusun rencana sebelum akhirnya dia menyerang kita.
"Aku juga berpikir seperti itu arga, kita sudah terlalu lama membiarkan masalah ini tanpa ada satu tindakan yang jelas, oleh karena itu mari kita siapkan rencana untuk malam ini."
Setelah teleponnya berakhir arga kembali ke dalam kamar tidur, disana ia mendapati Anya yang masih belum tidur, sorot mata Anya tertuju pada arga dengan tatapan penuh kekhawatiran. "jangan khawatir Anya, aku memastikan kamu aman dan aku akan menyelesaikan masalah ini."
Anya hanya mengangguk, ia hanya bisa berdoa agar semuanya tetap baik baik saja, di luar sana suasana angin malam berhembus kencang, membawa ancaman guntur yang terasa semakin mendekat.