'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Max berkendara dengan cepat di jalanan karena tidak ingin membuat Mama nya menunggu lama.
Setelah beberapa saat akhirnya dia sampai di supermarket yang dimaksud Zivanna.
Max keluar dari mobil di bawah tatapan kagum semua orang, memang mobil baru yang dibelikan untuk nya oleh Zivanna sudah menarik perhatian orang orang sejak awal datang ke parkiran, ditambah dengan pengemudi nya adalah seorang Maximilian Louis yang tampan mempesona, membuatnya sekarang menjadi bahan perhatian orang lain.
Max mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Zivanna sambil berjalan masuk untuk kedalam supermarket.
Saat dia tengah membaca pesan dari Zivanna, seseorang menabraknya hingga ponselnya terjatuh.
Brugh
Brakk
"Sial," gumam kesal Max, melihat ponselnya jatuh ke lantai dan segera mengambil nya, padahal dia belum selesai membaca pesan dari Mama nya Pikir Max.
"Ahh maafkan aku nak, apakah ponsel mu baik baik saja, jika rusak aku akan mengganti nya," ucap orang itu.
Max yang sedang memeriksa apakah ponselnya rusak atau tidak menoleh pada pria yang menabraknya.
Deg
Jantungnya seketika berdegup kencang melihat seorang pria berusia 50an itu, mata Max seketika berubah dingin.
Itu adalah pria tua yang sudah membunuh raganya sebagai Galileo. Jordan Xanders!
"Hei nak, ada apa denganmu," ucapnya heran dengan sedikit kesal karena ditatap tidak senang oleh seorang pemuda di depannya ini.
"Kau..." Ucap Max dengan suara dalamnya
Pria itu menyipitkan matanya, menatap heran mengapa dia merasa pemuda ini memiliki dendam padanya, apakah itu Karena dia adalah penyebab ponselnya rusak?
"Ya?, apakah kau kenal dengan saya?," tanyanya.
"Mengapa tua Bangka ini ada disini?,"
Max menatap tajam Jordan Xanders, dia merasa seperti ingin mencabik cabik nya saat ini.
"Ahh tidak seperti nya saya salah orang," ucap Max merubah raut wajahnya menjadi ramah. Berusaha keras untuk menahan emosi nya.
Melihat pemuda di depannya ini dengan cepat berubah menjadi ramah, Jordan menghela nafasnya.
"Apa ponsel mu Benar benar rusak?, aku akan mengganti nya sekarang," ujar Jordan, yang melihat ponsel milik Pemuda itu retak sepenuhnya.
"Ahh tidak perlu, saya bisa membeli nya sendiri," jawab Max.
"Kalau begitu saya permisi," ujar Max, tidak ingin berlama lama melihat wajah Jordan yang membuat nya muak.
Tetapi ketika Max hendak pergi, tangannya dicekal oleh Jordan, Max yang merasakan itu seketika menepis tangan Jordan dengan keras.
plakk
"Hei ada apa denganmu, aku hanya berniat untuk mengganti ponselmu, aku tidak ingin berhutang apapun pada seseorang," ucap Jordan dengan sedikit kesal, karena berani beraninya pemuda ini menepis tangannya.
Wajah Max seketika menjadi kesal, "apakah aku harus membunuh nya sekarang? Benar benar menyebalkan," batin Max kesal.
"Aku sedang terburu buru untuk menjemput ibuku pak, jadi tolong jangan halangi saya," ucap Max dengan penekanan.
Melihat ekspresi tidak senang dari seorang pemuda asing ini membuat Jordan sedikit kesal. Jordan menatap Max seperti ingin menguliti.
Saat berada di tengah situasi tegang itu, suara Zivanna mengalihkan atensi keduanya.
"Max, kau sudah sampai Ternyata, tapi kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi," ujar Zivanna pada Max.
"Mama... apakah sudah selesai berbelanja nya?," tanya Max.
Zivanna mengangguk
"Hmm," lalu dia melihat Jordan yang dia lihat sedari tadi bersama putranya.
"Apakah anda ibu dari pemuda ini?," tanya Jordan ramah.
Zivanna mengangguk dan menjawab
"Ya, ini adalah putra saya, kalau boleh tau anda siapa ya?" Tanya Zivanna.
"Perkenalkan saya adalah Jordan Xanders, maafkan saya karena tadi telah merusak ponsel putramu, saya disini hanya berniat ingin mengganti nya," ujar Jordan pada Zivanna.
Max hanya diam menatap datar Jordan.
"Ahh pantas saja ponselmu tidak bisa dihubungi Max, ternyata rusak toh," ujar Zivanna.
"Tidak usah diganti pak Jordan, saya bisa membelikan nya kembali untuk nya. dan anak saya tidak suka keramaian, jadi kami harus segera pergi dari sini, permisi" lanjut Zivanna, tersenyum ramah.
Zivanna dan Max segera pergi dari supermarket itu meninggalkan Jordan yang menatap Max dengan pandangan yang sulit diartikan, dia bertanya tanya dari mana asal kebencian yang dia rasakan dari pemuda tadi, mereka baru saja bertemu saat bertabrakan tadi, mengapa pemuda itu terasa punya kebencian yang begitu banyak padanya, tidak mungkin kan hanya karena ponselnya rusak dia jadi sedendam itu padanya. Tapi yang lebih membuat nya penasaran adalah mata tajam pemuda itu.
"Aku terlalu banyak berpikir," gumamnya, menepis pikiran nya yang tidak mungkin.
"Ayah ayo kita pulang, aku sudah selesai" ucap seorang gadis seumuran Max, menggandeng Jordan.
"Hmm baiklah," jawab Jordan.
Max yang berjalan keluar supermarket menoleh kebelakang
"Sayang sekali kau tidak akan bisa mengenali ku sekarang tua Bangka," gumamnya tersenyum smirk.
•••
Di parkiran, max membantu Zivanna untuk menaikkan barang barang yang dibelinya kedalam bagasi, Zivanna memang sering kali berbelanja dan memasak sendiri, karena menurut nya itu adalah tugas seorang ibu.
Saat menutup bagasi mobil, Max kembali Bertemu dengan Jordan dan seorang perempuan yang menatap binar padanya, mungkin itu adalah putri nya pikir Max.
Max mendengus dan menatap malas keduanya.
"Hei kita bertemu lagi," ucap Jordan tersenyum ramah, tetapi jika lebih diperhatikan itu lebih seperti sapaan dingin semata. Tentu saja Max mengetahui itu.
Perempuan itu berbisik pada Jordan
"Ayah, apakah kau kenal dengan pemuda tampan ini?," ucapnya dengan wajah memerah.
Jordan menghela nafas nya dan berkata
"Tidak,"
Perempuan itu merenggut mendengar nya, dia kira ayahnya kenal dengan pemuda super tampan ini, dan meminta nya untuk memperkenalkan dirinya padanya.
"Aku benar benar jatuh cinta pada pemuda tampan ini kyaaa," batinnya berteriak.
"Hai... Namaku Viona Xanders, salam kenal," ucapnya malu malu menatap Max.
Max menatap datar wanita di depannya ini, lalu beralih pada Jordan sekilas dan masuk ke mobilnya begitu saja, mengabaikan perkenalan Viona.
"Ishh kok aku dicuekin sihh," kesal Viona, padahal dia merasa hari ini dia sangat cantik, tetapi mengapa pria tampan itu sangat acuh padanya?
Jordan menatap kepergian pemuda yang bersikap dingin itu, entah kenapa dia merasa saat ini dia tertarik kepada nya, karena menurut nya karakter itu sangat cocok di dunia mafia.
"Andai saja aku memiliki putra seperti itu," batin Jordan.
.
.
.
.
.
.