Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Identitas Dirga Sebenarnya
...Rumah Narti...
"Gendis, kamu belanja banyak, seperti habis dapat bonus dari suamimu!" Narti melihat Gendis membawa barang belanjaan banyak dan dia menegur sang putri.
Kemarin baru saja Gendis merasa sedih sebab Reza pergi dari rumah tanpa pamit dan juga membujuknya. Tetapi hari ini Gendis tampak berbeda. Dia tidak sedih lagi dan belanja banyak barang.
"Oh, ini Bu. Aku habis belanja tadi di Mall. Semalam Mas Reza memberi aku uang banyak. Jadi aku bisa beli sepatu, tas, serta beberapa pakaian. Sepertinya kehamilanku ini aku pengennya belanja terus!" ucap Gendis sumringah.
Gendis menaruh belanjaannya di atas meja. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya duduk di sofa yang memanjang. Rasa lelah menjalar di tubuhnya , setelah ia hampir seharian berbelanja dengan teman-temannya.
"Apa Reza habis gajian banyak? Sehingga kamu bisa belanja sebanyak ini?" tanya Narti penasaran.
Meskipun Reza berasal dari orang kaya. sebelumnya Gendis tidak pernah belanja sebanyak ini. Karena dia tahu berapa gaji Reza selama ini. Mana mungkin cukup untuk berfoya-foya.
"Iya, katanya suamiku habis menyelesaikan kasus yang ia tangani bersama teman-temannya, jadi ia dapat bonus dari atasannya", jawab Gendis.
"Wah, bisa begitu Dis? memang keren suamimu, sudah pekerjaannya jelas, gajinya pun banyak belum lagi bonusnya . Ibu bangga punya mantu seperti, Reza", ujar Narti.
Namun raut wajah Narti tidak melukiskan kebahagiaan itu.
"Ibu, kenapa?" tanya Gendis yang melihat ibunya tampak gelisah.
Pasti sedang memikirkan semua, entah apa itu.
"Hmm, tidak apa-apa!"
"Ada apa, Bu. Sepertinya ibu sedang gelisah", Gendis mencecar Narti untuk membeli tahu.
Narti tampak ragu ingin menjelaskan, namun ia tidak tahan untuk menahan berita ini sendiri.
"Tadi ibu dan Bulekmu bertemu dengan Pak Lurah ",
"Dan terus?" sahut Gendis yang semakin penasaran dengan apa yang akan diceritakan oleh ibunya.
"Kamu tahukan Dis, kalau Dirga suaminya Mentari yang lumpuh membelikan Pak De mu tanah seluas 14 hektar. Tentu saja kami penasaran dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu karena Dirga itu lumpuh dan anak dari pembantu dan sopir di rumah saudaranya Pak Beni. Tapi jawaban pak Lurah di luar dugaan..."
"Apa yang di katakan oleh Pak lurah, Bu?" Gendis semakin serius mendengarkan cerita ibunya, dia juga penasaran sebenarnya siapa Dirga itu. kenapa mereka bisa tinggal di rumah mewah itu, yang pastinya harganya sangat fantastis.
"Pak Lurah bilang, Dirga adalah anak orang kaya", kata Narti.
"Apa?" Gendis ternganga mendengar jawaban dari ibunya, dua menggeleng seakan tidak mau percayai fakta ini.
"Iya, pak lurah sendiri yang bilang pada kami, kalau Dirga itu anak konglomerat. Mempunyai perusahaan, mempunyai usaha dan masih banyak lagi asetnya" imbuh Narti.
"Tidak mungkin, Bu. Pasti pak Lurah bohong, dan kong kalikong dengan mereka", sahut Gendis tidak percaya.
"Tapi Oak lurah berani bersumpah dan dia mana mungkin berbohong. Kata pak Lurah juga di tahu semua data-data tentang Dirga saat ia akan menikah dengan Mentari", Narti menjelaskan.
Gendis meneguk ludahnya, mana mungkin saudaranya yang Upik abu itu menikah dengan Konglomerat. Membayangkan saja Gendis tidak pernah, berarti dia kalah dari Mentari dong. Tidak jadi menikah dengan Reza, Mentari menikah dengan anak orang kaya yang melebihi dari suaminya. Bahkan tidak ada separuhnya jika memang rumah dan harta itu adalah milik mereka.
"Kita harus pastikan jika info ini memang valid. Jangan percaya begitu saja sama Pak Lurah..."
Ketika sedang mengobrol, Dani adik dari Gendis menyerahkan selembar kertas undangan pada ibunya.
"Apa ini?" tanya Narti sambil membuka surat undangan tersebut.
"Itu katanya undangan untuk syukuran rumahnya Mbak Tari", jawab Dani.
"Mereka pakai acara syukuran segala, pasti mereka mau pamer sama warga disini", kata Narti.
Gendis segera merebut undangan tersebut yang tengah dibaca oleh ibunya. Dia meremas undangan itu.
"Kenapa Dis?" Narti melihat putrinya sangat marah dan merobek kertas undangan dengan penuh amarah.
****************
...Rumah Mentari...
Syukuran rumah Mentari banyak yat menghadiri. Mereka takjub melihat rumah mewah itu. tidak hanya dari luar saja namun mereka bisa melihat kedalamnya.
Forniture dan barang-barang di rumah baru Bagas terlihat mahal dan mewah. hal ini sontak saja menjadi bahan pembicaraan
semua orang.
Hingga beberapa dari keluarga Narti dan adik-adiknya berani bertahan disana hanya 15 menit saja di acara itu. Mereka pulang tanpa pamit.
Sekarang di depan rumah Mentari dan Dirga sudah nampak sibuk. Beberapa pekerja mulai sibuk memasang dekorasi, karena Bagas ingin menggelar acara resepsi pernikahan anaknya di halaman rumah mereka.
Halaman yang luas itu bisa menampung banyak tamu yang datang. Esok cara resepsi di selenggarakan.
Keluarga dari Bagas hanya Denok dan Dewi yang ikut membantu. Sedangkan Narti , Gendis dan yang lainnya tidak mau datang .
Mereka tidak bisa mengendalikan suasana hati. Jika mereka melihat kebahagiaan yang kini dimiliki oleh Mentari dan keluarganya.
Narti masih tidak percaya, namun inilah kenyataannya. Narti masih bertanya-tanya siapa sebenarnya Dirga sesungguhnya.
Berarti kedua orangtuanya berbohong saat bertemu di rumah Bagas yang dulu, saat akan melamar Mentari dulu.
****************
Mentari sudah dirias, tampak sangat memukau dan cantik mengenakan gaun pengantin siang itu.
Dirga sesekali curi pandang pada istrinya. Namun ketika Mentari membalas tatapan suaminya, Dirga seakan membuang muka.
Ia hingga kini masih mempertahankan gengsinya.
"Pengantin pria, tampaknya curi-curi pandang terus! Karena istrinya sangat cantik!" ucap salah seorang asisten MUA yang membantu Mentari memasang aksesoris di hijabnya.
Mentari hanya mengulas senyum. Ia kembali memperhatikan Dirga untuk melihat responnya bagaimana. Namun, justru Dirga pergi mendorong kursi rodanya.
Mentari sedikit kecewa. namun, ia harus sabar menanti sang suami bisa jatuh cinta pada dirinya. Untuk saat ini Mentari memaklumi sikap suaminya itu.
Banyak kerabat Dirga yang hadir, mereka semua dari kalangan orang berada. Terlihat dari penampilan dan barang yang mereka kenakan.
Resepsi pernikahan Mentari dan Dirga sangat meriah. Karena banyak makanan dan hiburan gratis untuk warga desa yang hadir.
Gendis menatap sinis pada Mentari yang duduk bersanding suaminya di pelaminan.
Beni naik keatas panggung, dan semua warga berseru. Hampir semua orang didesa itu mengenal Beni. Terlebih ia adalah pemilik pabrik yang mayoritas warga bekerja disana menggantungkan hidupnya.
"Selamat siang para hadirin yang telah hadir di acara resepsi pernikahan keponakan saya",
"Keponakan?" gumam Mega mertuanya Gendis.
Sebagian dari mereka, terutama yang meremehkan Dirga serta keluarganya tercengang. Mereka berusaha mencerna perkataan Beni.
"Selamat Dirga, atas perhatiannya..." Beni memberi selamat dan sambutan lainnya.
"Saya juga ingin memperkenalkan Dirga kepada kalian, sebagai pemilik pabrik yang selama ini kalian duga adalah milik saya. Semua itu adalah milik kakak saya , Bu Dita. Dan Dirga adalah putra semata wayangnya ", kata Beni menjelaskan.
Para hadirin yang hadi banyak yang langsung shock. Terutama orang yang selama ini julid pada Mentari.
lanjut thor
ines bukan rasa cinta itu..