Terlalu sakit hati atas semua perbuatan ibu mertuaku di saat kami masih miskin.Hinaan demi hinaan aku terima setiap saat hannya karena aku tidak bisa seperti menantunya yang lain.Di bandingkan di jadikan babu bahkan anak-anakku kerap mendapat perlakuan tidak baik dari mertuaku membuat ku dendam sampai mati.
Sekarang saat aku sudah sukses dan dia sudah penyakitan dia ingin aku merawatnya layaknya seorang mertua tentu saja aku menolak dan suamiku mendukung atas sikap ku yang jahat untuk saat ini.
Ikuti kisah rumah tanggaku yang begitu banyak cobaan hingga pada akhirnya Tuhan membuka pintu rejeki kepadaku dan suamiku sembuh dari penyakit yang di deritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustina Pandiangan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 ~ Meminjam uang ~
Pagi-pagi sekali Maura sudah bangun,dia mengerjakan semua pekerjaan dapur dari mencuci piring dan baju-baju kotor yang sudah menumpuk di kamar mandi.
Dia sengaja bangun pagi-pagi sekali karena dia ingin memenuhi janjinya untuk memberi makan anaknya.Sepanjang malam kedua anaknya terlihat gelisah mungkin karena menahan rasa lapar,dia sangat beruntung meski pun masih kecil kedua anaknya seakan mengerti keadaanya.Begitu juga dengan suaminya dia mendengar suara ribut dari perut suaminya,wajar saja karena mereka semua tidak makan dari siang harinya.
Setelah semua pakaian dan piring selesai di cuci Maura membuka kulkas tadinya dia ingin langsung memasak tapi dia sangat kaget saat di dalam kulkas dia tidak menemukan apa pun dan seperti biasa mertuanya pasti menyembunyikan semua bahan makanan di kulkas yang ada di kamarnya mungkin wanita tua itu takut Maura mengambil sedikit persediaan makanannya.
Maura menghela napas panjang,lalu menghembusnya perlahan ke udara,dia tidak bisa berbuat apa pun kecuali tersenyum pahit menerima perlakuanku mertuanya.
"Segitu takutnya ibu mertua sampai-sampai bahan makanan di bawa ke dalam kamar,tenang saja Bu,jika kamu tidak memberinya aku tidak akan mencurinya seperti yang kamu tuduhkan." Ucapnya dalam hati lalu dia kembali ke kamar mandi dan mengambil alat untuk mengepel lantai.
Matahari sudah mulai menunjukkan dirinya,diluar sudah mulai ramai orang-orang yang ingin berangkat bekerja.Maura buru-buru keluar dari rumah mertuanya,dari semalam dia sudah berpikir keras kemana dia harus minta tolong akhirnya dia teringat dengan Yanti orang yang selalu baik padanya.
"Aku harus secepatnya menemui mbak Yanti,aku tidak mau anak-anak mati kelaparan." Ucapnya dalam hati lalu segera dia meninggalkan rumah mertuanya.Maura berjalan kaki ke ujung gang dimana Yanti tinggal bersama keluarga kecilnya dan beruntung dari kejauhan dia sudah melihat orang yang di carinya sedang menjemur pakaian di halaman rumahnya.
Maura berlari kecil menghampiri wanita itu,dia takut yanti masuk ke dalam rumahnya dia merasa enggan jika harus menemuinya ke dalam rumahnya yang pasti suaminya ada di dalam rumah.
"Mbak....!!" Mendengar ada yang memanggil namanya Yanti menoleh ke arah jalan,dia lumayan kaget saat melihat Maura berdiri di pinggir jalan.
"Maura!!! Ngapain kamu di sana ayo kemari lah!!"
"Aku ada perlu sama mbak tapi aku takut ngomong mbak." Jawabnya sambil menundukkan kepalanya.
"Iya makanya kemari,apa kamu ingin ada orang yang mendengar omongan kita,mari kita masuk ke dalam." Ucap Yanti mengajak Maura masuk ke dalam rumahnya.Sebenarnya Maura segan sekali kalau harus masuk ke dalam rumah milik Yanti apalagi suaminya masih terlihat duduk di meja makan sambil menikmati kopinya.
Maura berhenti di depan pintu,dia enggan sekali untuk masuk,akhirnya Yanti menarik tangan Maura lalu membawanya ke arah meja makan lalu menarik kursi dan mempersilahkan Maura duduk.
"Sayang aku pergi dulu ya,takutnya terlambat nanti." Seakan mengerti apa yang dipikirkan Maura pria itu langsung pamit setelah menghabiskan kopi miliknya.
"Katakan ada apa Maura? tumben sekali kamu sampai datang menemui ku pagi-pagi sekali? Apa kamu ada masalah ceritakan padaku,aku akan membantu mu semampu ku." Tanya wanita cantik itu.Maura yang menunduk sejak tadi langsung menegakkan kepalanya lalu menatap wajah Yanti dan saat itu Maura langsung menyentuh tangan wanita itu dengan erat dengan mata yang berkaca-kaca.
"Mbak...Tolong bantu aku,hiks....Aku tidak tau harus minta tolong kepada siapa lagi aku tidak punya saudara di kota ini... Aku dan anak-anakku sudah tidak makan dari kemarin siang,mertua ku tidak memberi kami makan." Maura menghentikan ceritanya dia menangis sesenggukan seakan ingin menumpahkan semua rasa sakit yang ada di hatinya.
"Kok bisa mertua mu tidak memberimu makan dan anak-anakmu ya ampun tega sekali dia padahal anak-anak mu masih kecil,bagaimana bisa mertua mu sekejam itu?" Yanti tampak tidak percaya dengan apa yang di katakan Maura.
"Terus apa yang bisa ku bantu Maura?"
"Pinjamkan aku uangmu mbak walau cuma lima puluh ribu untuk beli makan,aku janji akan membayarnya jika aku sudah punya uang, tapi aku tidak bisa menentukan waktunya intinya aku akan membayarnya mbak." Yanti langsung memeluk Maura,rasanya dia tidak tega melihat penderitaan Maura.Andai saja mungkin suaminya tidak sakit keras mungkin saja Maura bisa bekerja dan kedua anaknya bisa suaminya yang menjaga tapi kenyatannya suaminya juga terbaring lemah seperti mayat hidup yang tidak bisa melakukan apa pun bahkan untuk ke kamar mandi saja pria itu harus di bantu Maura.
"Sabar ya...Teruslah berdoa,yakinlah suatu saat sang pencipta akan menolong mu jangan lelah berdoa." Yanti menepuk pundak Maura seakan memberi semangat setelah itu dia melepaskan pelukannya lalu dia beranjak dari tempat duduknya menuju kamar yang tidak jauh dari dapurnya.
"Ambil ini,beli lah makanan untuk anak-anak mu dan jangan pikirkan kapan kamu mengembalikannya,sekarang kamu pergilah mungkin anak-anak mu sudah menunggu."
"Tapi mbak apa ini tidak kebanyakan_
"Sudah cepatlah pulang,belikan sarapan yang ada di depan gang itu dan berikan anak-anak mu makan." Yanti langsung memaksa Maura untuk segera pulang dia tidak peduli dengan Maura yang terlihat keberatan karena uang pemberiannya yang lumayan banyak.
"Terima kasih ya mbak,kelak aku punya uang aku akan mengembalikannya." Ucap Maura lalu dia segera memasukkan uangnya ke dalam kantongnya dan segera keluar dari rumah yanti yang sudah di anggap seperti kakaknya.
****
Sementara itu Irwan suami Laura baru saja bangun,wajahnya masih terlihat tidak semangat,dia duduk di sopa sambil memainkan ponselnya.
"Kamu sudah bangun? kenapa kamu belum siap-siap ke kantor ini sudah hampir jam tujuh." Ibunya datang menghampiri putranya.
" Apa Maura sudah mengembalikan kalung yang dia ambil?"
" Be_belum,dia masih belum mengembalikannya dan aku tidak melihatnya sejak aku bangun." Jawab ibunya lumayan gugup karena dia tau kalau anak pertamanya marah itu sangat menakutkan.
Irwan langsung berdiri wajahnya memerah lalu dia pergi menuju kamar milik adiknya.Rena mengikutinya dari belakang tanpa aba-aba Irwan langsung menendang pintu dengan kasar hingga Surya dan kedua putranya kaget mendengar suara pintu.
" Brak........" gagang pintu yang sudah tua langsung copot dan terlempar ke arah Surya,untung saja benda itu tidak mengenai kepalanya.
"Dimana istrimu maling itu,kenapa dia tidak terlihat apa dia takut....Kemana dia?" Teriak Irwan dengan nada tinggi hingga membuat anak Surya ketakutan mereka saling berpelukan.
🌺🌺🌺 bersambung 🌺🌺🌺
maaf apakah semua orang Sunda begitu.klu kita punya ...semua keluarga dr pihak lelaki mengrongrong keuangan dan harta kita hingga habis .