Jian Chen melarikan diri setelah dikepung dan dikejar oleh organisasi misterius selama berhari-hari. Meski selamat namun terdapat luka dalam yang membuatnya tidak bisa hidup lebih lama lagi.
Didetik ia akan menghembuskan nafasnya, kalung kristal yang dipakainya bersinar lalu masuk kedalam tubuhnya. Jian Chen meninggal tetapi ia kembali ke masa lalu saat dia berusia 12 tahun.
Klan Jian yang sudah dibantai bersama keluarganya kini masih utuh, Jian Chen bertekad untuk menyelamatkan klannya dan memberantas organisasi yang telah membuat tewas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 9 — Permata Siluman
“Chen’er adalah anakku, aku dan istriku lah yang merawatnya sejak bayi.” Jian Wu berkata setelah tediam beberapa detik, salah satu tangannya mengelus kepala Jian Chen.
Jian Chen tersenyum. Saat pertama kali membaca kabar itu Jian Chen tidak peduli apakah mereka orang tua asli atau bukan, Jian Chen tetap menganggap Jian Wu dan Jian Ran adalah ayah dan ibunya.
Jian Chen mencintai orang tuanya lebih dari apapun, termasuk nyawanya sendiri. Dia juga tetap menganggap bahwa ia adalah keturunan Klan Jian.
Jian Ya mengangguk. “Itu berarti ada kemungkinan Jian Chen adalah seseorang yang terpilih. Hanya saja aku tidak mengerti, kenapa Chen’er memiliki jenis elemen yang langka namun pencahayaannya redup. Bukankah seharusnya bakat dia tidak rend… Intinya aku tidak tahu alasan takdir Chen’er bisa lahir di klan kita seperti ini” Jian Ya memandang wajah Jian Chen lebih teliti, dia tidak menemukan hal yang istimewa darinya.
“Apakah ketua akan menyembunyikan fakta ini dari masyrakat Klan Jian?” Tanya Jian Wu, dia pikir keberadaan Jian Chen adalah sesuatu yang buruk
“Menyembunyikan? Kenapa? Justru aku senang mendengar kabar ini.” Jian Ya kemudian mengeluarkan sesuatu dibalik gaunnya. “Ini adalah hadiahku untuk Chen’er, sebuah permata siluman dan beberapa pil.”
“Ini…” Jian Wu yang menerimanya sedikit ragu.
“Ini adalah sesuatu yang kecil, aku ingin Senior Wu melatih Jian Chen lebih giat lagi, aku memberikan ini agar Chen’er bisa bertambah lebih kuat.”
“Terimakasih, Ketua Klan.” Jian Wu sungguh terharu, ia sangat senang anaknya bisa dilirik oleh orang seperti Jian Ya, orang nomor satu dari Klan Jian.
“Chen’er, kamu harus belajar lagi. Kakak yakin kamu nanti akan menjadi jagoan nomor satu di provinsi ini.”
Sambil tersenyum, Jian Ya mencolek hidung Jian Chen yang membuat sanga empu salah tingkah karena dari tadi memandang wajahnya tanpa berkedip.
“Te-terimakasih ketua, junior tidak akan mengecewakanmu…”
Jian Chen berdiri dari duduknya lalu menyatukan kedua tangan, memberi hormat pada Jian Ya.
“Tidak apa, sebagai ketua, Kakak memang harus membantu anak-anak sepertimu…” Jian Ya mengelus rambut Jian Chen.
Setelah itu, Jian Chen ataupun Jian Wu berpamitan hendak pulang karena waktu sudah sore. Jian Ya tersenyum, mengatakan bahwa dirinya mungkin akan mampir ke rumahnya dalam beberapa waktu yang dekat.
Disaat kedua ayah dan anak itu pergi, Jian Ya kemudian menoleh pada Bola Pembaca Jiwa yang masih ada dimeja. Ia mengerutkan alis karena menemukan cahaya emas bekas Jian Chen ternyata masih ada.
Cahaya yang sebelumnya redup mulai lebih bercahaya terang seiring berjalannya waktu, warna emas itu bahkan kini lebih bersinar terang dari cahaya senja.
“Ini, kenapa bisa seterang ini…” Jian Ya sulit menyembunyikan rasa terkejutnya.
Dibadai keheranannya, tiba-tiba tercipta retakan halus pada bola kaca Pembaca Jiwa. Retakan itu kian membesar hingga akhirnya bola kaca pembaca Jiwa hancur menjadi serpihan.
“Ini… apakah ini nyata…” Jian Ya meneguk ludahnya.
Menurut sejarah yang diketahui Jian Ya, bila bola kaca Pembaca Jiwa retak maka akan dua kemungkinan yang terjadi. Pertama karena memang alatnya sudah tua dan rusak, dan kedua karena bola kaca itu tidak bisa menampung sesuatu didalamnya.
Jian Ya masih ingat Bola Pembaca Jiwa adalah alat yang masih baru dibeli oleh klannya. Ini berarti kemungkinan kedualah yang masuk akal.
“Anak dari Senior Wu itu memiliki bakat yang mengerikan bahkan cahayaku dulu tidak seterang itu. Bakatku yang sekarang seperti anak kecil didepannya.” Entah kenapa membicarakan hal ini membuat Jian Ya merinding. “Sepertinya Jian Chen itu bukanlah anak yang biasa.”
***
“Chen’er, tidak usah memikirkan bakatmu itu, rendah atau tidaknya bakat akan tidak berarti jika tidak ditemani kerja keras.”
Jian Wu berpikir bahwa Jian Chen terlihat pendiam selama diperjalanan karena memikirkan tentang bakatnya yang rendah jadi Jian Wu ingin menghibur atau memotivasinya.
Seandainya Jian Wu tahu, sebenarnya Jian Chen tidak memikirkan hal itu, dirinya sudah mengetahui apa yang terjadi termasuk reaksi ayahnya. Jian Chen tengah memikirkan sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya.
‘Dikehidupan sebelumnya ketika aku telah mengetes bakat, orang-orang disekitar menyayangkan tentang elemen cahayaku dengan bakatku yang rendah. Hari ini justru sebaliknya, karena ada Ketua Klan disana dan tidak siapapun yang melihat, hal itu membuat kondisinya berbeda.’
Masih teringat segar ketika Jian Wu terpukul dengan bakat Jian Chen yang rendah dikehidupan sebelumnya.
Jian Chen memiliki elemen langka namun tidak mempunyai bakat yang memadai, itu sama saja seperti menanam bibit yang mahal tetapi tidak bisa menumbuhkannya, tidak ada artinya.
“Chen’er, selama kau bekerja keras dan berusaha, kau bisa mengubahnya bahkan takdir sekalipun. Bola Pembaca Jiwa hanya sebuah pengukuran seseorang bukan peramal bagi masa depan. Itu cuma sebuah alat…”
Jian Wu hanya bisa menghibur anaknya agar tidak putus asa dalam berjuang. Ia juga akan berusaha melatih Jian Chen sebisanya.
Jian Chen tersenyum. “Terimakasih, Ayah. Aku akan terus berusaha.”
Melihat reaksi anaknya yang sudah optimis, Jian Wu tertawa. Mengacak rambut Jian Chen.
Jian Chen tentu saja sangat percaya diri dengan dirinya yang sekarang, dia bukanlah bocah berumur 12 tahun yang polos tetapi seorang yang telah menjadi pendekar hebat dikehidupan sebelumnya.
Dia bisa saja jadi seorang jenius di klan ini atau bahkan yang paling hebat jenius se-provinsinya. Itu adalah soal yang mudah namun bukan itu tujuan utama Jian Chen sekarang.
Misi pertama yang harus ia lakukan sekarang adalah bagaimana menyelematkan desanya yang hancur 4 tahun lagi.
Lagian seperti ayahnya katakan, Bola Pembaca Jiwa itu hanya sebuah alat saja. Selama seseorang bekerja keras dan berusaha dia tetap akan bisa menjadi pendekar yang tinggi.
Jian Chen punya teman dikehidupan sebelumnya yang mengalaminya, dia seorang pendekar hebat namun memiliki bakat yang rendah dalam tes bakat, itu membuktikan bahwa Bola Pembaca Jiwa cuma sekedar gambaran sampul saja.
Tidak terasa keduanya melangkah akhirnya sudah sampai di halaman rumah. Jian Ran menyambut kepulangan mereka sambil bertanya tentang Jian Chen.
Senyuman yang sebelumnya terpampang jelas mulai luntur ketika Jian Wu tidak menutupi kejadian tadi di Paviliun. Perasaan Jian Ran campur aduk antara senang dan sedih.
Senang karena Jian Chen begitu diperhatikan oleh ketua klan dan sedih karena bakat Jian Chen yang tidak sesuai ekspektasinya.
“Chen’er, tidak ada yang mengharapkan kamu jadi yang sempurna, mereka hanya ingin kamu melakukan yang terbaik.” Jian Ran memeluk Jian Chen agar anaknya tidak sedih.
Perlakuan itu sungguh menyentuh hati Jian Chen, tidak terasa air matanya keluar tanpa disengaja. “Ibu...”
Jian Ran tersenyum dengan hal itu, ia mengusap air mata dipipi anaknya.
“Sekarang makanlah, Ibu sudah memasak enak hari ini…”
Jian Chen mengangguk, mengusap air matanya yang lagi-lagi keluar, ia tersenyum lebar.
***
Dikala malam hari, Jian Chen tidak langsung tidur melainkan memandang permata merah dan pil yang diberikan oleh Jian Ya tadi.
Yang membuat Jian Chen terkejut adalah permata merah itu yang tak lain adalah permata siluman yang diberikan ketua klan.
Permata siluman berfungsi untuk menambah kapasitas tenaga dalam pada tubuh pendekar dan hal ini adalah hal yang dibutuhkan oleh Jian Chen sekarang.
Permata siluman yang seukuran genggaman tangan itu memiliki kepadatan yang keras yang menunjukan seberapa berkualitasnya. Semakin keras kepadatannya maka semakin bagus permata siluman itu.
Jian Chen menebak kalau permata siluman yang ada digenggaman tangannya sekarang sudah berumur 30 tahunan.
Permata siluman seperti namanya berasal dari inti siluman. siluman banyak hidup dihutan seperti hewan biasanya, yang membedakan dari siluman dan binatang biasa adalah letak kekuatannya yang berbeda, bisa dibilang siluman itu adalah evolusi dari hewan.
Siluman yang sudah berumur lama dan kuat biasanya memiliki kualitas permata yang bagus.
Jian Chen membutuhkan Permata siluman untuk peningkatan kultivasinya, ia harus naik ke tahap selanjutnya dan tidak mungkin selemah ini terus menerus.
Dengan menutup mata dan berkosentrasi, Jian Chen mulai menyerap permata siluman pada tubuhnya. Ia mengalirkan dari tangan kearah dantiannya, tempat dimana letak tenaga dalam berada.
Sesudah satu jam berlalu, Jian Chen membuka mata karena telah menyerap permata siluman seluruhnya. Jian Chen membuka telapak tangan dan menemukan permata merah itu sudah berubah menjadi sebuah bongkahan batu biasa.
Dengan menyerap permata siluman, Jian Chen merasakan lingkaran tenaga dalamnya bertambah. Jika sebelumnya ia mempunyai 3 lingkaran kini sudah ada 7 lingkaran baru yang tercipta.