Pernikahan Paksa Anak SMA

"Kamu udah banyak nyakitin aku. Gak semudah itu aku maafin kamu. Aku perlu waktu untuk memikirkan tawaran kamu tadi," jawab Zea setelah sadar dari lamunan singkatnya.

"Aku selalu punya waktu untuk menunggumu. Aku menantikan kabar bahagia. Aku akan menunggu sampai kamu siap. Tapi Zea, apa bisa aku minta satu hal?"

"Minta apa?"

"Meskipun aku bisa menunggu sampai kapanpun, aku gak bisa liat kamu sama cowok lain, aku cemburu. Apa bisa kamu jangan membuat aku cemburu?" pinta Zio.

"Tergantung," jawab Zea.

"Aku ngerti. Kamu tenang saja, aku juga gak akan dekat-dekat dengan cewek manapun," jawab Zio. "Kamu tunggu sebentar, aku ganti pakaian dulu," sambung Zio.

"Aku nunggu di luar aja," sahut Zea. Lalu di keluar tanpa menunggu persetujuan dari Zio.

Zea langsung menutup pintu setelah keluar. "Jantungku, kenapa bisa berdebar kencang begini? Apa benar Zio suka sama gue? Sejak kapan?" Zea memegang dadanya, berusaha menetralisir detak jantungnya yang berdebar hebat. Zea masih berada di balik pintu, dia berusaha menghirup oksigen dalam-dalam kemudian menghembuskan nya, beberapa kali. Setelah dia merasa detak jantungnya aman, barulah Zea tenang.

"Zea, kamu mau kemana, Nak? Kok cantik banget?" tanya Murni saat lewat kamar Zea.

"Mau dinner sama Zio, Ma," jawab Zea.

"Dinner? Bagus kalau gitu. Oh ya sayang, gimana progresnya? Kapan Mama punya cucu?" ucap Murni dengan senang.

"Cucu mulu yang dipikirin, aku masih muda, Ma."

"Justru karena masih muda kalian masih topcer."

"Tau ah." Zea tidak ingin menjawab perkataan ibunya. Bisa-bisa ibunya tidak berhenti membahas soal cucu kalau Zea meladeni perkataan ibunya.

Ceklek

Zio membuka pintu. Zio keluar dari kamar dan sudah siap pergi.

"Eh Zio, mantu Mama sayang, mau dinner ya?" tanya Murni.

"Iya, Ma," jawab Zio.

"Mantu Mama ganteng, anak Mama cantik. Keturunan kalian pasti spek dewa," kata Murni. "Jadi gak sabar deh ketemu cucu," sambung Murni lagi.

"Doakan aja, Ma. Zio dan Zea udah berusaha semaksimal mungkin. Sekarang hasilnya tergantung Allah," jawab Zio, mendengar jawaban Zio, Zea menghembuskan nafas berat. Zio selalu bisa membuat ibu mertuanya senang.

"Mama selalu mendoakan kalian. Ya udah, pergi gih, sampai tengah malam juga gak papa," kata Murni lagi.

"Iya, Ma," jawab Zio.

Zio berpamitan pada Murni, dia mencium punggung tangan Murni, Zea juga melakukan hal sama. Setelah berpamitan dengan Murni, Zea dan Zio pun berangkat.

"Kata Mamaku dulu, hidup itu tidak selamanya mulus. Akan banyak aral melintang dalamnya. Aku merasa hidup anakku selalu mulus. Tapi kok rasanya ada sesuatu yang akan terjadi kedepannya? Semoga saja tidak terjadi apa-apa. Aku mau anak dan menantuku bahagia terus," doa Murni.

Zea dan Zio kali ini pergi dengan memakai mobil. Bukan karena Zio tidak ingin lagi menaiki motor kesayangannya. Masalahnya angin malam sangat terasa dingin. Dia tidak ingin Zea masuk angin apalagi sakit, jadi dia memutuskan berangkat dengan mobil.

Zio membuka pintu mobil untuk Zea. Perlakuan Zio sukses membuat jantung Zea kembali berdebar tidak karuan. "Jangan sampai Zio denger detak jantungku," batin Zea.

Hotel Ray adalah hotel terbesar nomor satu di Jakarta. Hotel Ray berstatus sebagai hotel bintang lima. Selain bangunannya yang besar dan estetik, pelayanan di hotel Ray sudah tak diragunkan lagi. Bahkan hotel Ray dinobatkan menjadi hotel bintang lima terbaik se Asia Tenggara, mengalahkan hotel-hotel bintang lima di negara tetangga. Tentunya semua itu berkat usaha yang tidak mudah.

Kedua orangtua Zio bahkan tidak punya banyak waktu untuk bermain dengan Zio saking sibuknya mengelola Ray group yang sangat besar.

"Wah, emang keluarga Zio sekaya apa? Hotel mereka bagus banget," ucap Nina. Mereka bertiga baru saja tiba dan masih berdiri di depan pintu, mengagumi keindahan hotel itu.

"Tau. Aku pikir keluarga Zio kaya aja. Ternyata dia konglomerat," jawab Arka.

"Bentar. Gue cari dulu di internet." Nina mengeluarkan ponselnya dari tas selempang. Dia mengetik Ray group diinternet untuk mencari tau semua hal tentang Ray group. Hanya butuh beberapa detik, hasil pencarian pun muncul.

"Ray group adalah perusahaan besar dengan bidang bisnis perhotelan, pariwisata, mall dan fashion. Beberapa anak perusahaan tersebar di sekitar Amerika dan Eropa, bahkan puluhan anak perusahaan juga ada di Asia. Keluarga Ray adalah keluarga kaya no. 50 di dunia. Pendiri Ray group adalah mendiang Marsel Ray, ayah dari Komisaris Utama Ray group, Adi Ray. CEO Ray group adalah putra tunggal Adi Ray, Rangga Ray. Sementara istri Rangga Ray adalah kepala sekretaris sekaligus sekretaris pribadi CEO, Olivia Jason." Mata Nina terbelalak setelah membaca hasil pencariannya diinternet.

"Lo yakin keluarga Ray adalah keluarga kaya no.50 di dunia? Bukan no. 50 di Indonesia?" Denis terkejut.

Nina mengangguk.

"Kok Zio beruntung ya? Jadi minder," jawab Arka.

"Yang lebih beruntung Zea. Dia pasti gak sadar kalau suaminya konglomerat asli. Pasti dia pikir Zio cuma orang kaya biasa," kata Nina tanpa sadar.

"Suami? Zio suaminya Zea? Beneran?" Denis kembali terkejut.

"Sejak kapan mereka kawin?" Arka juga tidak kalah terkejutnya.