Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Sah.
Penghulu cukup heran dengan kedua calon pengantin itu yang tidak ada satupun memberikan jawaban. Penghulu yang sudah menunggu-nunggu.
Malika juga saling melihat dengan Andre yang pasti heran. Karena memang kedua manusia itu sama sekali tidak ada niat mau menikah.
"Nathan!" tegur Ibrahim yang membuat Nathan akhirnya tersadar dari lamunannya dengan menghela nafas.
"Kamu mendengarkan apa yang dikatakan penghulu?" tanya Ibrahim.
"Maaf," ucap Nathan.
"Nak. Saya baru saja bertanya apakah Anda sudah siap menikahi wanita yang ada di samping Anda?" tanya penghulu itu mengulang sekali lagi.
Nathan yang memejamkan mata dengan menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
"Saya siap," jawab Nathan yang tampak terpaksa.
"Bagaimana dengan calon pengantin wanitanya. Apa sudah siap dan tidak ada paksaan dalam pernikahan ini?" hanya penghulu.
Cukup beberapa detik Nasya terdiam dan sampai akhirnya dia mengangguk pelan.
"Baiklah! jika kedua pasangan calon pengantin sudah siap. Maka kita akan melangsungkan pernikahan ini," sahut penghulu yang mendapat anggukan dari beberapa saksi dan juga para tamu yang ada di sana.
Penghulu yang mengulurkan tangan pada Nathan dan Nathan juga menyambut uluran tangan itu
..."Saya nikahkan engkau Nathan Fernando Ibrahim dengan Nasya Adelia Putri putri binti Raden Kusuma dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin seberat 25 gram dibayar tunai,"...
..."Saya terima nikahnya Nasya Adelia Putri binti Raden Kusuma dengan mas kawin tersebut dibayar tunai,"...
..."Bagaimana saksi Sah!"...
..."Sah,"...
..."Alhamdulillah!"...
Akhirnya Nasya dan Nathan resmi menjadi pasangan suami istri dan proses ijab kabul itu ditutup dengan doa. Nasya meneteskan air mata yang tidak percaya jika nasibnya akan berakhir seperti itu. Dia yang pada akhirnya menikah dengan laki-laki yang telah merenggut nyawa kekasihnya.
Nathan juga tidak percaya jika kehidupannya sekarang berada di tangan Nasya yang seperti apa yang dituliskan Nasya bahwa dirinya harus bertanggung jawab dan mengabdikan hidup kepada Nasya.
Malika tampak berat hati melihat putri kesayangannya harus menikah dalam keadaan seperti itu. Tetapi dia percaya bahwa segala sesuatu pasti ada hikmahnya dan sementara Santi yang sejak tadi memperlihatkan wajah yang sangat tidak suka.
Dia bahkan sangat lelah berpura-pura baik atau simpati dalam situasi Itu yang padahal dia sangat membenci pernikahan itu yang harus mengorbankan putranya kepada wanita yang cacat.
"Maafkan aku Radit. Aku harus melakukan semua ini. Aku tidak ingin membiarkan mereka hidup bahagia di atas semua yang aku alami dan di atas kematian kamu," batin Nasya dengan dipenuhi rasa bersalah.
**
Setelah pernikahan selesai. Ternyata Nasya tidak dibawa ke rumah Nathan dan keluarganya. Karena kondisi Nasya yang seperti itu orang tua Nasya meminta untuk Nathan dan Nasya tinggal di rumah mereka untuk sementara.
Semua itu disetujui Ibrahim dan mungkin saja Santi juga setuju yang pasti tidak ingin merawat Nasya yang membuat dirinya repot. Walau pasti akan kepikiran bagaimana putranya di kediaman orang lain. Ini semua sangat berat bagi Nathan, tetapi apa yang bisa dilakukan Nathan dan dia sudah terlanjur terjebak dalam situasi seperti itu. Hanya menurut dan bertanggung jawab itu yang menjadi prioritas Nathan.
Setelah acara pernikahan selesai, Nasya dan Nathan yang diantarkan ke dalam kamar Nasya oleh Malika yang sejak tadi mendorong kursi roda putrinya.
"Nathan ini adalah kamar Nasya. Tante berharap kamu bisa istirahat dengan nyaman di kamar ini. Jika kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa mengatakan kepada kami," ucap Malika yang sejak awal begitu ramah yang berusaha memberikan kenyamanan kepada menantunya itu.
"Baiklah," jawab Nathan dengan datar.
Kepala Nathan berkeliling melihat kamar tersebut. Jika kamar pengantin pada umumnya penuh dengan bunga-bunga dan berbeda dengan kamar Nasya saat ini. Tidak ada hiasan apapun yang berbau-bau pengantin. Kamar itu seperti kamar wanita pada umumnya.
Memiliki ranjang king size yang ber sprei putih, nuansa kamar wanita yang penuh dengan warna-warni, lemari pink panjang yang terdapat sofa juga TV dan ada juga teras kamar.
Tetapi mata Nathan fokus pada sesuatu yang ternyata terdapat satu meja yang cukup panjang di bawah televisi, di mana terdapat foto-foto Nasya bersama dengan Radit, tersusun rapi yang memang kebanyakan para wanita pasti akan memajang kebersamaan dirinya dan juga kekasihnya.
"Maaf Nathan, mungkin karena persiapan pernikahan sedikit mendadak dan tidak ada persiapan untuk kamu berada di kamar ini. Jadi Tante belum membersihkannya. Tante akan menyimpan foto-foto itu," sahut Malika yang pasti mengerti apa yang dipikiran Nathan.
Karena bagaimana mungkin seorang wanita yang sudah menikah dan bisa-bisanya banyak foto mantan kekasihnya di dalam kamarnya hal itu sama sekali tidaklah etis.
Saat Malika ingin bergerak tiba-tiba saja tangannya dihentikan oleh Nasya yang membuat Malika mengerutkan dahi. Nasya menggelengkan kepala yang memberi isyarat tidak boleh menyentuh apapun.
"Nasya..." lirih Malika.
Tatapan mata Nasya begitu serius yang akan menunjukkan dia akan sangat marah jika sampai Malika menyentuh foto-foto itu. Mata Malika langsung melihat ke arah Nathan yang terlihat datar. Malika merasa tidak enak kepada Nathan dan entah apa maksud putrinya melakukan semua itu.
"Nathan. Ada sebaiknya kalian berdua untuk malam ini tidur di kamar tamu saja. Tante akan menyiapkan kamar tamu dan setelah kamar ini benar-benar rapi, baru kalian bisa tidur di sini," ucap Malika yang memang harus menjaga perasaan Nathan.
Nathan hanya mengangguk saja yang terserah mau seperti apa.
Tetapi Nasya tiba-tiba saja mengetik di ponselnya dan menunjukkan kepada Malika.
"Aku tidak mau tidur di manapun, aku tetap mau berada di sini dan foto-foto Radit tidak boleh dibuang yang akan tetap berada di kamar ini. Ini kamarku dan tidak ada yang boleh ikut campur," tulis Nasya yang mengejutkan Malika dan bahkan tulisan itu juga dilihat oleh Nathan.
"Nasya kamu ini apa-apaan!" tegur Malika.
"Kamu sudah menikah dan tidak pantas kamu menyimpan foto-foto Radit di kamar ini!" tegas Malika.
Nasya diam saja yang menunjukkan keras kepalanya.
"Nathan saya benar-benar minta maaf untuk semua kejadian ini. Apa bisa kita bicara sebentar!" ajak Malika.
"Baiklah!" sahut Nathan yang lagi-lagi tidak mempermasalahkan hal itu. Malika yang keluar terlebih dahulu dan sebelum Nathan menyusul Malika. Nathan melihat ke arah Nasya yang sampai beberapa detik mereka saling menatap dan Nasya langsung mengalihkan pandangannya.
Nathan yang tidak mengatakan apa-apa yang mungkin dia sangat kesal dengan tingkah Nasya yang seolah mempermainkan dirinya. Nathan memilih untuk keluar dari kamar tersebut yang menyusul Malika.
Nasya menghela nafas. Entah bagaimana perasaannya setelah melakukan semua itu kepada Nathan.
****
Setelah Malika berbicara dengan Nathan. Nasya yang masih berada di kursi roda yang berada di dekat jendela. Pintu kamar yang terbuka membuat Nasya menoleh dan dia pikir itu adalah Nathan yang ternyata adalah Malika. Malika menghela nafas menghampiri Nasya.
"Bunda tidak tahu apa yang ada di pikiran kamu Nasya. Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Nasya apa pantas kamu melakukan semua ini? Kamu sudah menikah dan bagaimana mungkin foto-foto kamu dan Radit masih berada di dalam kamar ini dan sementara kamu telah menjadi istri dari seseorang," tegas Malika yang memang harus membicarakan semua itu kepada Nasya.
Bersambung.......