Zavian Xanderson, memiliki kepribadian yang dingin, dan tertutup dengan sejuta pesona yang dimiliki.
Alina Angelica Kwelju. Gadis cantik, pintar dan juga kreatif. Gadis yang kerap disapa Alin atau Ina ini memiliki sebuah rahasia besar yang ia simpan bersama keluarganya.
Ini kisah sosok Zavian Xanderson, sang ketua OSIS SMA Rajawali dan bertemu dengan gadis segudang rahasia itu. Penasaran? Yuk baca^^
Jangan menilai sesuatu dari covernya!
Typo bertebaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Baru lima detik memejamkan mata, Ariyan tiba-tiba bersuara.
"Oh, iya. Gw lupa."
"Apa, Yan?" tanya Dhika penasaran, yang lain hanya menatap sebentar lalu kembali melakukan aktivitas masing-masing.
Ariyan duduk, tiba-tiba ia menatap Alfata yang masih membaca berkas-berkas OSIS itu.
"Bang Al,"
"Hm?" dehem Alfata tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas yang sedang digenggam.
"Lo tadi ketemu Keira, ya? Tuh cewek pas masuk kelas tiba-tiba cerita ke temannya tadi, mana suaranya nyaring lagi."
Anak-anak The Dark Wolf pun terkejut termasuk Alfata. Mereka menatap dengan tatapan tak percaya kepada Alfata
"Yang bener, Lo?" tanya Bernard yang sedikit tidak percaya.
"Iya, si Keira tiba-tiba cerita ke tiga curutnya itu kalau Bang Al ngomong sama dia tadi. Panas juga dengarnya karena suara mereka kalau cerita pasti bikin telinga gatel, apalagi kalau sudah ketawa. Yang ada malah pecah gendang telinga dengernya," jelas Ariyan yang diakhiri candaan pas akhir ucapannya.
"Al, Lo tadi bener ketemu si Queen sekolah itu?" tanya Akib guna memastikan perkataan Ariyan, karena ia kurang percaya Alfata yang sangat anti dengan cewek apalagi mulai ngomong duluan sama cewek. Tapi Ariyan juga tidak mungkin berbohong.
"Ya, tadi dia ngumpulin buku yang jatuh di depan ruangan ini. Gw kira dia habis jatuh."
Mereka melongo. Meskipun Alfata kadang pernah ngomong panjang, tapi kali ini seperti beda. Bahasanya tidak terlalu kaku seperti biasanya. Kali ini Alfata sudah mulai ada perubahan, kata mereka dalam hati-hati.
"Ini mah ada bau-bau pedekate," ucap Dhika.
"Bang Al, Lo mau deketin Keira, ya? Lo masih suka sama dia, Bang?" Afata sedikit merenung mendengar pertanyaan Ariyan. Dihadapan Alfa, Zavian memandangnya dalam seperti tidak biasanya.
"Masih."
Sudah mereka duga, Alfata masih suka sama Keira. Ya, mereka semua tahu kalau Alfata suka sama Keira. Seringkali cowok jangkung ini memandang cinta pertamanya dari jauh. Alasannya karena gak mau buat gadis itu takut dan menjauhinya.
Huftt...
Zavian entah sudah berapa kali menghela nafas dari tadi.
"Lo kenapa, bos?" tanya Bernard. Demian memang biasa memanggil Zavian dengan kata 'bos' atau 'ketua' daripada 'bang', karena ia lebih nyaman seperti itu. Tapi, sesekali pernah Demian memanggil bosnya itu dengan kata 'bang', kalau sudah kepepet:v.
"Gak papa," respon Zavian singkat.
"Meskipun dia Queen sekolah, entah kenapa gw gak setuju nantinya kalau si Keira jadi pacar Lo, Bang." Tiba-tiba saja Ariyan menjadi serius.
"Kenapa?" tanya Alfata penasaran.
"Ntahlah, gw lebih suka Lo dekat dengan gadis bar-bar itu daripada dia sih. Gw kenal sifatnya gimana, karena kami sekelas."
"Lo benar sih, Yan. Gw lebih tertarik liat si Al dekat sama Alesha ketimbang si Queen sekolah yang sok baik itu," cecar Akib.
BRAK!!
Alfata tiba-tiba menggebrak meja didepannya. Ia sedikit tersinggung dengan tiga kata terakhir yang diucapkan Akib barusan.
"Kalian baru kenal dia! Gw yang lebih tau dia, karena gw sudah lama kenal bagaimana sifatnya!"
Meskipun santai dan tidak dengan nada kasar, ucapan Alfata barusan terlihat sangat tegas. Mereka sudah menduga jika Alfata akan tersinggung, padahal yang diucapkan Akib barusan bukan kata ejekan tapi memang kenyataannya seperti itu.
"Tenang, Fa! Gak perlu Lo tersinggung gitu karena memang cewek yang Lo suka tidak sebaik yang Lo kira. Selama ini Lo selalu tutup telinga setiap dengar keburukan dari Kaira. Memang cinta itu buta sampai buat Lo bodoh!" Lelaki jangkung itu menatap Akib dengan sorot tajam dan rahang yang mengatup erat, seperti sedang menahan amarah. Tangannya sudah terkepal kuat. Alfata sudah tidak tahan lagi. Ia pun maju ingin memukul Akib.
"Bang Alfa, sabar Bang!" ucap Bernard yang sudah menahan tubuh Alfata yang ingin adu jotos dengan Akib. Ariyan dan Dhika juga membantu menahan pergerakan dari Alfata. Sedangkan Haqi, ia menahan Akib untuk tidak maju juga melawan Alfata yang sudah emosi.
***
"APA? LO MAU PUKUL GW? SINI PUKUL GW! PUKUL!" Akib juga tidak kalah emosi dari Alfata.
"Sudah, Bang!" tahan Haqi.
"Lepas, Qi! Laki-laki ini perlu dibenturkan kepalanya supaya sadar!"
Emosi Alfata semakin memuncak, tenaga tiga temannya hampir kalah dengannya yang sudah emosi mendarah daging.
"LO PENGECUT, AL! LO BODOH!" teriak Akib yang sengaja membuat Alfata makin emosi.
"LO--"
Alfata ingin membalas, tapi tiba-tiba suara nyaring membuat mereka berhenti seketika.
BRAK! PRANG!
Zavian, sang ketua geng ini berhasil membuat anak buahnya berhenti. Ia membanting keras meja yang tadi berisi banyak kertas-kertas OSIS. Semua isi meja tadi juga ikut jatuh dan berserakan. Mereka menatap bos-nya yang sudah mulai marah itu, begitu pun Akib dan Alfata.
Sedari tadi, lelaki berambut Comma Hair Undercut itu hanya diam saja memperhatikan mereka berdua, apakah bisa berhenti sendiri atau tidak. Ternyata tidak, Zavian sudah habis kesabarannya. Lelaki itu kemudian berdiri tegap dengan mata elangnya menatap tajam ke mereka.
Bugh! Bugh!
Akhh!
Sss!
Zavian tiba-tiba melayangkan tinjuannya ke bagian perut Alfata dan Akib. Mereka berdua tidak marah atau membalas, justru mereka tau kenapa ketuanya seperti itu.
"JANGAN KARENA CEWEK, GENG KITA TERPECAH BELAH!"
Semuanya diam, meresapi dan merenungkan setiap kata-kata yang keluar dari sang ketua The Dark Wolf itu.
"ALFATA VIANTO FRANKLIN! AKIB KANU RAFANGGA!"
Alfata dan Akib yang dipanggil langsung berdiri tegap. Kalau Zavian sudah memanggil mereka dengan nama panjang begitu, berarti Zavian sudah mode singa raja. Pandangan mereka sekarang menunduk tanpa mau membalas tatapan tajam seorang Zavian Xanderson.
"Lari keliling lapangan sebanyak tiga puluh kali. Setelah selesai, susul saya diruang BK!" perintah Zavian dengan tegas menggunakan bahasa formalnya. Suaranya begitu menggelegar. Zavian ketika marah, dia pasti menggunakan kata 'saya' bukan gw.
Setelah mengucapkan itu, Avin pun mulai melangkah keluar dari ruangan OSIS. Akib dan Alfata yang sudah diberi hukuman segera melaksanakannya tanpa membuang-buang waktu. Sedangkan anak-anak yang lain, mereka masih syok dengan kejadian barusan terutama Ariyan.
"Jantung gw berasa mau pindah ke dengkul deh," lirih Ariyan yang sedang menenangkan dirinya.
"Gw juga. Bang Zavian serem banget kalau marah gitu. Suaranya menggelegar, ngeri banget." Dhika mengatakannya dengan pelan, takut-takut bosnya kembali dan malah mendengar perkataannya.
"Meskipun begitu, itu cara paling ampuh untuk memisahkan mereka berdua ketika mau berantem. Bang Avin sangat tegas, dia memang pantas menjadi ketua geng kita."
"Lo benar, Haqi. Si bos memang jarang marah sama kita, karena selama ini kita semua gak pernah berantem sampai mau adu jotos gitu. Ini perdana, dan kita jadikan pelajaran untuk kedepannya," ujar Bernard membalas perkataan dari Haqi barusan. Ariyan, Dhika dan Haqi pun mengangguk setuju. Memang benar kejadian ini adalah perdana dalam Geng mereka.
"Tapi, gak bisa dipungkiri juga sih kalau yang dikatakan Bang Akib itu benar. Bang Al buta karena perasaannya ke Keira sampai-sampai Keira menjadi ketua bullying pun dia gak percaya." Haqi tiba-tiba kembali membahas Keira, cewek yang sangat disukai oleh Alfata.
"Iya, Qi. Mungkin Bang Al salah mengartikan maksud dari Bang Akib, mungkin dia ngira kalau Bang Akib itu gak suka Keira dekat dengannya. Padahal, Bang Akib ngomong seperti itu demi kebaikannya. Khanza adalah salah satu korban pembulyan dari Keira and the geng," jelas Bernard. Ariyan dan Dhika terkejut mendengar. Mereka sedari tadi hanya menyimak, karena mereka masih belum terlalu tau banyak sosok Keira itu dulu seperti apa.
"Berarti rumor Keira adalah ketua bully itu memang benar?" tanya Dhika, yang dibalas anggukan oleh Haqi dan Bernard.
"What The--" ucapannya tertahan, ingin rasanya saat ini ia mengucapkan kata-kata keramat itu. Pantes saja Akib seperti itu tadi, ternyata ada alasan yang sangat penting.
"Dan, kalau sampai Keira jadian sama Kak Al, dia lebih berkuasa dong? Gak bisa dibiarin ini!" ucap Ariyan geram.
"Daripada dia, masih mending si nenek lampir yang suka gangguin Bang Avin gak, sih?" lanjutnya.
"Gak ada yang benar sih menurut gw." Ariyan terkekeh dengan jawaban polos Dhika. Kemudian mereka memperhatikan ke lapangan sekolah, melihat dua kakak kelasnya berlari mengelilingi lapangan disaat hari semakin panas terik.
...***...
To be continued!