10 tahun sudah berlalu, kini tiga bocah kembar yang dulu selalu tampil menggemaskan, sekarang sudah tumbuh menjadi pria tampan dan gadis yang cantik.
Semenjak 10 tahun itu banyak hal yang sudah terjadi, Zio, Zayn dan Zea mengalami keterpurukan yang mendalam karena terbunuh atau meninggal nya dua orang terkasih nya, yang disebabkan oleh orang terdekat nya.
Namun sayangnya, semenjak hari kejadian itu, orang yang telah mencelakai keluarga mereka menghilang bak ditelan bumi. Dan semenjak hari itu tiga anak kembar itu berjanji akan mencari dan menemukan pembunuh itu dan akan membalas dendam atas kematian dua orang yang mereka sayangi.
Dan seperti apa kisah cinta mereka? apa kah mereka masih bersama orang yang sama yang mereka sukai dan mereka temui pada masa kecil atau kah justru berpindah hati?
Yuk ikuti kisah nya. selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ausilir Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Bu Fatimah tidak bisa membayangkan bagaimana hancur nya Senna nanti saat mengetahui hal ini.
"Dokter, apakah anak saya tidak bisa di sembuhkan, maskud saya, apakah kebutaan ini permanen?." Tanya Bu Fatimah.
"Untuk hal ini saya akan menjawab nya nanti, setelah kita melakukan pemeriksaan secara menyeluruh di bagian kepala anak Ibu." Terang Dokter tersebut.
"Baik Dok." Sahut Fatimah, hanya kata itu yg bisa dia ucapkan.
"Besok pagi kami akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh mengenai kondisi pasien." Tambah sang Dokter lagi. Bu Fatimah hanya mengangguk saja, setelah itu wanitaparuh baya tersebut langsung kembali ke ruang rawat Senna.
Di ruang rawat Senna, Claudia duduk di sisi gadis itu sambil mengusap lembut kepala nya, Angel duduk di sebuah kursi yg terdapat di samping brankar.
"Senna." Panggil Claudia lembut.
Senna tampak berfikir, karna dia tidak mengenal suara siapa yg barusan memanggil nama nya.
"Nak dengar, saya adalah Ibu dari seorang pemuda yang kamu selamatkan." Ucap Claudia dengan sangat pelan.
"Terimakasih banyak nak, dan selain itu saya juga ingin meminta maaf kepada mu, kamu harus mengalami semua ini karna menolong anak saya." Ucap Claudia, dengan rendah hati, sungguh dia merasa bersalah atas apa yg menimpa gadis malang tersebut.
"Tidak apa-apa tante, saya masih selamat, dan baik-baik saja kan, lagi pula itu kemauan saya sendiri, tidak ada yg meminta apalagi memaksa saya untuk melakukan nya." Sahut Senna dengan senyum manis nya.
Gadis itu begitu ayu saat tersenyum, entahlah, saat dia mengetahui tentang kondisi nya nanti, apakah dia masih bisa tersenyum kelak.
"Oh iya tante, apakah tante bisa melihat ku?." Senna sudah merasa ada yg janggal, sebab Claudia bisa membelai rambut nya, dan Dokter bisa memeriksa diri nya, itu arti nya mereka bisa melihat.
Air mata Claudia, langsung luluh seketika saat mendengar pertanyaan dari Senna barusan. Angel juga ikut menitikkan air mata nya. Sementara Bu Fatimah masih terdiam kaku di ambang pintu. Air mata wanita itu juga jatuh tak tertahan.
"Nana." Panggil Bu Fatimah setelah dia bisa mengendalikan diri.
Claudia bangkit dari duduk nya, dan membiarkan Bu Fatimah yg berbicara dengan Senna.
"Ibu apa kata Dokter?." Senna langsung bertanya, karna tadi dia mendengar bahwa Dokter mengajak Bu Fatimah berbicara di ruangan nya.
"Dokter mengatakan bahwa kamu harus melakukan pemeriksaan ulang besok, pemeriksaan secara menyeluruh untuk mengetahui...."
"Untuk mengetahui apakah aku masih bisa melihat atau tidak kan Bu." ucap Senna langsung memotong perkataan Bu Fatimah. Senna adalah gadis yg cerdas, tidak mungkin dia tidak sadar bahwa diri nya tidak bisa melihat.
Bu Fatimah langsung tersedu, dan mendekap erat tubuh Senna.
"Sabar ya nak, kita berdo'a saja, semoga ada keajiban dan kamu bisa melihat kembali." Ucap Bu Fatimah.
"Mengapa Ibu menangis, jangan menangis Bu, aku tidak apa-apa, jika memang ini adalah takdir yg harus aku jalani, aku ikhlas Bu, aku ikhlas." Senna kembali berkata, meskipun demikian, air mata gadis itu tetap mengalir deras.
Claudia dan Angel ikut tersedu melihat dan mendengar semua itu.
"Ya Tuhan, terima kasih, karna Engkau telah mempertemukan kami dengan anak sebaik gadis ini, aku berjanji akan merawat dan mengurus gadis ini kelak, jika dia bersedia." Gumam Claudia dalam hati.
"Bu, maaf kan Nana ya, kali ini Nana hanya bisa menjadi beban buat Ibu, Nana tak bisa membantu Ibu lagi dalam mengurus adik-adik." ucap Senna sudah berpikir hingga sejauh itu.
"Tidak apa-apa nak, jangan fikirkan hal itu." Bu Fatimah mencoba menenangkan Senna alias nana. Saat kecil gadis itu di panggil Nana, namun saat sudah besar gadis itu di panggil Senna.
"Sudah sekarang kamu istirahat ya, besok kamu harus melakukan pemeriksaan ulang." Bu Fatimah langsung meminta Senna untuk beristirahat.
Senna hanya bisa menurut, gadis itu mulai merebahkan tubuh nya, entah tidur atau tidak, yg pasti gadis itu langsung memejamkan mata nya. Senna berbaring dengan membelakangi semua orang, dan diam-diam gadis itu terus menangis.
"Ya Allah bagaimana dengan sekolah ku, dan apa yg harus ku lakukan, kondisi Bu Fatimah sudah sangat susah, haruskah aku menjadi beban nya juga?." Monolog Senna dalam hati.
"Bu bisa kita bicara sebentar?." Claudia berucap pelan pada Bu Fatimah.Bu Fatimah mengangguk.
"Kita bicara di luar saja." Ajak Claudia, dia tak ingin mengganggu istirahat Senna.
"Kalian bicaralah, biar Senna aku yg jaga." Ucap Angel sambil menatap Bu Fatimah.
Bu Fatimah mengangguk, lalu kedua wanita itu melangkah ke luar ruangan. Claudia mengajak Bu Fatimah duduk di salah satu kursi tunggu yg tak jauh dari ruangan tersebut.
"Apa yg ingin anda bicarakan Nyonya?." Tanya Bu Fatimah.
"Tolong, jangan panggil aku begitu, panggil saja Claudia." ucap Claudia, dia merasa tak nyaman di panggil nyonya oleh Bu Fatimah yg notabene nya bukan salah satu pekerja nya.
"Baiklah, apa yg ingin kamu bicarakan Claudia?." Tanya Bu Fatimah, melakukan seperti yg Claudia katakan.
"Bu sekali lagi saya mau meminta maaf atas kondisi Senna, dia jadi begini karna menolong anak saya, sungguh saya merasa sangat bersalah." Ucap Claudia, wanita itu menatap Bu Fatimah dengan penuh sesal.
"Apa yg kamu katakan Claudia, semua ini sudah takdir Nana, dia sendiri saja tidak keberatan." Sahut Bu Fatimah, ternyata Bu Fatimah dan Senna sama-sama baik.
"Bu, sebagai permintaan maaf saya, dan rasa terima kasih kami kepada Senna, bolehkah saya merawat Senna?." Tanya Claudia terus terang, sambil menatap Bu Fatimah penuh harap.
"Merawat, maksudnya?." Tanya Bu Fatimah tak faham.
"Apakah merawatnya hingga dia sembuh? Atau merawat seperti apa yg kamu maksud?." Tanya Bu Fatimah lagi.
"Saya ingin merawat Senna sebagai mana saya merawat putri saya sendiri, oleh sebab itulah bolehkah putra saya menikahi Senna?." Tanya Claudia. Wanita itu sudah memikirkan bagaimana masa depan Senna yg bisa di bilang telah hancur, sebab sangat jarang ada lelaki yg mau menikah dengan seorang gadis buta, terkhusus Senna yg merupakan seorang anak yatim piatu.
Mungkin jika Senna orang kaya, masih ada yg mau menerima nya. Bukan karena menjelaskan akan tetapi Claudia berpikir realistis, berdasarkan keadaan saat ini, dimana uang adalah segala nya.
Dan kalau Sennin orang kaya, tentu mereka pasti akan bisa mencarikan donor mata terbaik buat Senna, tapi ini Bu Fatimah hanyalah seorang penjual nasi uduk, dan memiliki 10 orang anak lagi yg masih kecil-kecil.
"Sungguh saya sangat menyesal dan ingin menebus semua nya, jadi tolong berikan kesempatan untuk Putra saya bertanggung jawab atas apa yg terjadi pada Senna, sekaligus memberikan efek jera untuk putra saya, agar tidak menjadi anak yg bandel, karna saya yakin Senna pasti bisa merubah putra saya." Tambah Claudia lagi
Mendengar perkataan Claudia barusan, Bu Fatimah tercengang, dia tak menyangka bahwa Claudia akan mengatakan hal itu.
"Bagaimana Bu, apakah Ibu mengizinkan putra saya menikahi Senna?." Claudia kembali melontarkan tanya, sebab belum ada tanggapan apapun dari Bu Fatimah.
"Saya tidak bisa memutuskan nya Claudia, tapi jika benar itu yg kamu mau, dan kamu bersungguh-sungguh, saya akan mencoba membujuk Senna nanti." Sahut Bu Fatimah, wanita itu juga memikirkan hal yg sama seperti Claudia, yaitu mengenai masa depan Senna.
"Baiklah Bu, saya juga harus membicarakan ini dengan suami dan anak-anak saya." Ujar Claudia.
Kedua wanita itu sepakat untuk menikahkan anak mereka, dan sepakat untuk meyakinkan agar anak-anak nya setuju.
Usai mengutarakan niat nya, Claudia dan Bu Fatimah kembali ke ruang rawat Senna. Disana tampak Senna telah terlelap dan Angel juga ikut terlelap di sofa.
\*
Bersambung....................
salam kenal Thor maaf baru menyapa 😅 ,karna trllu serius mmbca cerita mu jd lp ma yg nulis crt ny😅.
di tggu up slnjut ny
lanjut ceritanya
bikin bingung membaca