Gus Shabir merasa sangat bahagia saat ayah Anin datang dengan ajakan ta'aruf sebab dia dan Anin sudah sama-sama saling menyukai dalam diam. Sebagai tradisi keluarga di mana keluarga mempelai tidak boleh bertemu, Gus Shabir harus menerima saat mempelai wanita yang dimaksud bukanlah Anin, melainkan Hana yang merupakan adik dari ayah Anin.
Anin sendiri tidak bisa berbuat banyak saat ia melihat pria yang dia cintai kini mengucap akad dengan wanita lain. Dia merasa terluka, tetapi berusaha menutupi semuanya dalam diam.
Merasa bahwa Gus Shabir dan Anin berbeda, Hana akhirnya mengetahui bahwa Gus Shabir dan Anin saling mencintai.
Lantas siapakah yang akan mengalah nanti, sedangkan keduanya adalah wanita dengan akhlak dan sikap yang baik?
"Aku ikhlaskan Gus Shabir menjadi suamimu. Akan kuminta kepada Allah agar menutup perasaanku padanya."~ Anin
"Seberapa kuat aku berdoa kepada langit untuk melunakkan hati suamiku ... jika bukan doaku yang menjadi pemenangnya, aku bisa apa, Anin?"~Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan Belas
"Siapa yang menelpon, Mas?" tanya Hana. Dia penasaran karena namanya di sebut.
"Bang Ghibran. Dia ingin bertemu dengan kita siang nanti di restoran dekat pondok," jawab Gus Shabir.
"Kenapa Bang Ghibran mau bertemu? Berarti dia ada di kota ini?" tanya Hana lagi.
"Dari kemarin malam sampai, dan saat ini menginap di hotel," jawab Gus Shabir lagi. Dia lalu masuk ke kamar. Mengambil tas kerjanya.
"Aku mau mengajar dulu. Setelah Zuhur aku jemput untuk menemui Bang Ghibran," ucap Gus Shabir.
Hana mendekati sang suami. Menyalami dan mencium tangannya. Di balas Gus Shabir dengan mengusap kepala sang istri. Diperlakukan begitu saja membuat Hana tersenyum.
Setelah Gus Shabir hilang dari pandangan, wanita itu masuk ke rumah dan membersihkan rumahnya. Saat sedang menyapu, dia mendengar ucapan salam dari luar rumah. Hana bergegas membuka. Tampak sang ibu mertua berdiri di balik pintu.
"Umi ... Silakan masuk!" ucap Hana. Mencium tangan mertuanya.
"Umi tak lama, cuma ingin memberikan ini. Kemarin ada santri yang beri. Ini singkong. Shabir paling doyan kalau di rebus, dan di makan dengan sambal. Kamu buatkan untuk Shabir," ujar mertuanya itu.
"Umi tak masuk dulu?" tanya Hana.
"Umi dan Abi mau ke luar kota. Abi telah menunggu di mobil. Makanya singkong itu Umi beri untuk kamu masak, takut busuk di rumah."
"Baik, Umi. Hati-hati di jalan."
Hana lalu mengantar mertua hingga masuk ke dalam mobil. Setelah itu masuk kembali. Dengan penuh semangat dia kembali memasak buat suaminya.
Hana mencoba mencari di media sosial, sambal apa yang cocok di makan dengan singkong rebus. Sebelum menemui abangnya, dia ingin suaminya mencicipi masakannya dulu.
**
Jam 11 siang, Gus Shabir pulang. Hana menyambutnya dengan menyalami tangan suaminya itu.
"Mas, tadi umi datang memberi singkong. Dia bilang kamu suka singkong rebus di makan sama sambal. Itu aku sudah masakan. Kamu makan dulu sebelum salat Zuhur," ujar Hana.
"Bukannya kita mau makan siang bersama Bang Ghibran," jawab Gus Shabir.
"Kamu makan aja sedikit. Aku telah masak," balas Hana.
"Iyalah, aku makan sedikit."
Gus Shabir lalu menuju meja makan. Mengambil singkong rebus dan sambal. Dia memakannya dengan lahap, membuat Hana tersenyum. Air mata menetes dari sudut matanya. Terharu karena akhirnya sang suami menghargai masakannya.
"Apa ada yang kurang, Mas?" tanya Hana.
"Kurang pedes. Lain kali campur cabe rawit," balas Gus Shabir.
"Tapi tak baik Mas makan cabe terlalu banyak. Lambung bisa bermasalah," ucap Hana.
"Iya, Hana. Terima kasih. Aku mandi dulu. Kamu juga bersiaplah," ucap Gus Shabir.
Dengan senyuman, Hana masuk ke kamar tamu untuk mandi, karena kamar mandi di kamar utama dipakai Shabir. Dia tak berhenti tersenyum karena suaminya yang makan banyak masakannya tadi.
***
Jam satu siang, Gus Shabir dan Hana Samapi di restoran tempat janjian dengan Ghibran. Saat masuk ke restoran, telah tampak pria itu menunggu kedatangan mereka berdua.
Hana langsung menyalami dan mencium tangan abangnya itu, diikuti oleh Gus Shabir. Keduanya duduk di seberang meja pria itu.
"Abang telah pesan makanan. Kita makan dulu baru mengobrol," ujar Ghibran.
Tak berapa lama, makanan mereka sampai. Mereka menyantapnya dengan tenang tanpa suara. Hanya sesekali Hana melirik ke arah abangnya. Dia yakin semua ini pasti ada hubungannya dengan Anin.
Setelah makan, Ghibran tampak merubah duduknya. Dia tampak serius. Menarik napas dalam sebelum bicara.
"Bagaimana hubungan kalian?" tanya Ghibran mengawali obrolan.
Gus Shabir memandangi Hana. Mungkin dia takut salah jawab.
"Baik-baik saja, Bang!" jawab Hana.
"Apa kamu sudah bisa menebak maksud dari kedatangan Abang ke sini?" tanya Ghibran sama Hana.
Hana tersenyum menanggapi ucapan abangnya. Dia semakin yakin jika semua ini ada hubungan dengan sang ponakan.
"Aku tidak berani menebak, takut salah," jawab Hana. Gus Shabir yang tak mengerti hanya memandangi kedua adik kakak itu secara bergantian.
Ghibran kembali tampak menarik napas berat. Dia sebenarnya sulit untuk mengatakan semuanya. Namun, ini harus diselesaikan. Tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.
"Sebelum Abang lanjut obrolan ini, Abang ingin tanya sesuatu dengan kamu, Shabir. Aku harap kamu jawab dengan jujur, karena ini untuk kebaikan kita semua."
Gus Shabir tampak terkejut dengan ucapan Ghibran. Dia makin penasaran dengan apa yang akan pria itu katakan. Sepertinya sangat serius. Di lihat dari raut wajah pria itu, ini bukanlah masalah sepele.
"Shabir, apa benar kamu sebenarnya mencintai Anin putriku, bukan Hana adikku ini. Kamu mengira aku datang melamar untuk Anin bukan Hana?" tanya Ghibran.
Hana tampak tak terima dengan pertanyaan sang abang. Sebelum Gus Shabir menjawab, dia langsung berucap, "Aku rasa abang tak perlu tanyakan itu pada Shabir. Hargai aku sebagai istrinya. Cinta tak cinta, aku ini istri sah nya."
"Abang mengerti, tapi Abang perlu tahu perasaan Shabir dulu agar bisa selesaikan masalah ini."
Hana tampaknya tak terima, dia langsung berdiri dan menarik tangan Gus Shabir untuk berdiri. Tentu saja suaminya itu menolak, karena tak enak hati dengan Ghibran.
"Jangan emosi dulu Hana. Sudah Abang katakan, jika ini semua untuk kebaikan kita bersama."
"Kebaikan Anin, bukan aku. Abang ingin tahu perasaan Shabir. Setelah tahu dia memang mencintai Anin, lalu Abang ingin aku pisah agar Anin bisa bersama Gus Shabir. Aku tak akan rela. Aku akan pertahankan apa yang telah menjadi milikku. Allah yang telah mempertemukan kami dalam ikatan pernikahan dan hanya Allah yang bisa memisahkan aku dari Gus Shabir," ucap Hana dengan sedikit emosi.
"Hana, dengar dulu apa yang akan Abang Ghibran katakan dulu," ucap Gus Shabir.
"Katakan saja kamu memang mencintai Anin dan tak ada cinta untukku. Pernikahan kita hanya di atas kertas."
Ghibran berdiri dan mendekati Hana. Dengan sedikit memaksa meminta adiknya itu duduk.
"Duduklah, jangan keras kepala. Kalaupun aku tahu Shabir dan Anin saling mencintai, aku bukan orang yang egois yang akan memisahkan kamu dengan Shabir. Dan satu yang perlu kamu ingat, AKU JUGA TAK AKAN MERESTUI ANAKKU NIKAH DENGAN GUS SHABIR. Apa kata orang jika melihat anakku menikah dengan mantan suami tantenya!" ucap Ghibran dengan penuh penekanan.
...----------------...
kurang slg memahami
gk da manusia yg sempurna
tp cinta yg menyempurnakan.
bukan cr siapa yg salah di sini
tp jln keluar bgaimna mmpertahankan pernikahan itu sendiri.
Coba lebih memahami dari bab" sebleumnya , Anin bilang kalau kasih sayang aisha trhdp Anin dan Hana itu sama ,jika Anin dibelikan mainan maka Hana pun turut dibelikan.memang dalam hal materi oleh Gibran dan Aisha mereka tidak membedakan ,tetapi dalam hal kasih sayang mereka tetap membedakan ,bahkan Syifa juga pernah bilang kalau dia lebih sayang Anin drpda Hana .Nah poiinnya adalah kenapa Hana bersikap seperti itu terhadap Anin ,karena dia belum pernah merasakan kasih sayang yang begitu besar dari orang terdekatnya .Jadi wajar saja semenjak dia menikah dia mempertahankan suaminya karena hanya dia yang memiliki ikatan paling dekat dengan Hana . Hana hanya ingin ada seseorang yang mencintai ,menyayanginya dengan besarnya ,maka dari itu dia mepertahnkan suaminya .
Hana memiliki trauma akan dkucilkan oleh orang" disekitarnya .
yang melamar kan Hana duluan 😃