NovelToon NovelToon
SETELAH KAU JANDAKAN

SETELAH KAU JANDAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Penyesalan Suami
Popularitas:47.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Ina meninggalkan keluarganya demi bisa bersama Ranu, dengan cinta dan kesabarannya, Ina menemani Ranu meski masalah hidup datang silih berganti.

Setelah mengarungi bahtera selama bertahun-tahun, Ranu yang merasa lelah dengan kondisi ekonomi, memutuskan menyerah melanjutkan rumah tangganya bersama Ina.

Kilau pelangi melambai memanggil, membuat Ranu pun mantap melangkah pergi meninggalkan Ina dan anak mereka.

Dalam kesendirian, Ina mencoba bertahan, terus memikirkan cara untuk bangkit, serta tetap tegar menghadapi kerasnya dunia.

Mampukah Ina?
Adakah masa depan cerah untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

“Pokoknya aku mau Kamu kembali ke kota sekarang juga, Mas. Kalau tidak, lebih baik Kamu tidak usah kembali selamanya!” Siska menutup panggilan secara sepihak.

Wanita itu mengepalkan tangan, matanya menyala-nyala. Sudah seminggu Ranu pergi ke desa, katanya untuk menyelesaikan urusan perceraian. Tapi sampai sekarang, belum juga kembali. Bukankah sidang sudah selesai? Bukankah dia dan Ina sudah resmi bercerai? Apalagi yang ditunggu oleh pria itu?

"Apa jangan-jangan benar, kata Sugi, kalau Ibu yang menghalangi mas Ranu untuk kembali ke sini. Apa benar ibu menyuruh Ranu untuk mengajak Ina rujuk?” Gumam Siska, pikirannya melayang, dihantui oleh bayang-bayang.

Ia memukul telapak tangannya sendiri, suara itu seperti pukulan yang memantul di rongga hatinya yang kosong. Ingatannya melayang ke perkataan Ina beberapa waktu yang lalu setelah Ranu mengucap talak, kata-kata yang menusuk seperti duri tajam. Ina mengatainya sebagai pelakor terbodoh, sebuah julukan yang terus menghantuinya. Ina juga mengatakan, dia akan merasakan seperti apa yang dirasakan Ina saat itu. Jika suatu saat nanti Ranu dan keluarganya menemukan mangsa yang lebih empuk.

Apakah itu benar? Ah, tidak mungkin bukan? Bukankah keluarga Ranu sendiri sudah kaya? Itu artinya keluarga Ranu bisa menanggung hidup mereka sendiri. Apakah.

"Kamu sedang mencoba bermain-main denganku, Ranu!" geramnya, suara itu bergema di ruang tamu yang kosong. Pembantu yang hendak membersihkan ruangan itu, urung mendengar teriak majikannya. Siska kembali ke mode garangnya, dan itu akan sangat mengerikan jika ada yang mengganggunya.

"Tidak. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi" Siska bertekad. “Awas saja, jika sampai dia berani macam-macam, aku tak akan segan untuk menghempaskan mereka sebelum mereka mencoba mempermainkanku!"

***

“Ada apa sih. Apa katanya?” Bu Rahayu yang berada di dekat anak sulungnya, merasa heran melihat Ranu yang terduduk lemas saat baru saja selesai menerima panggilan dari Siska.

"Siska menyuruh aku harus segera kembali ke kota, Bu," ucap Ranu lemah.

Entah kenapa dia merasa tidak semangat. Pikirannya masih bercabang, dia ingin Ina istrinya bisa diajak rujuk kembali. Tapi tadi saat dia pergi ke rumah Bu Hindun, wanita paruh baya itu mengatakan kalau istrinya yang kini telah berstatus mantan itu telah kembali ke kota. Dia mencoba meminta alamat Ina, tetapi Bu Hindun tidak mau memberikannya, meskipun dia beralasan untuk Andri.

"Siska mengancam, kalau aku tidak kembali sekarang, lebih baik aku tidak kembali selamanya,” lanjut Ranu masih dengan suaranya yang terdengar malas.

“Apa!?? Kenapa istrimu bilang begitu??” Bu Rahayu menjadi panik. Siska adalah satu-satunya aset saat ini. Jika Siska marah, maka suram lah hidup mereka.

“Lalu kenapa kamu masih duduk di situ?” Bu Rahayu berkacak pinggang di depan anaknya. “Cepat berkemas dan kembali ke kota!” Wanita tua itu menarik tangan anaknya agar segera beranjak, merasa geram melihat anaknya tak bisa berpikir cepat.

Ranu menghela nafas berat. Merasa enggan untuk kembali ke kota, tapi dia memang harus kembali.

***

Pagi bersinar dengan cerahnya, cahaya mentari seperti harapan baru yang menyingsing. Ina sudah siap dengan gamis formalnya, mencerminkan kesiapannya untuk menghadapi hari baru. Dia juga baru saja selesai mengurusi keperluan sekolah Andri.

Hari ini, Andri memulai babak baru dalam hidupnya, masuk sekolah yang sama dengan Revan dan Satria atas saran Nabilla, kakak iparnya yang baik hati.

Untuk hari pertama ini, Ina ingin mengantarkan langsung, meskipun Mbak Nabilla sudah mengatakan tidak masalah kalau dia saja yang menjemput Andri, kemudian Andri akan berangkat bersama mereka.

Ina berjalan menuruni tangga sambil menggandeng tangan Andri, langkahnya ringan, namun hati penuh dengan harapan dan kekhawatiran.

Di meja makan, nyonya Sukhana dan tuan Wasupati Wardhana sudah menunggu mereka untuk sarapan.

“Andri ingat ya, nanti di sekolah tidak boleh nakal. Terus nanti kemana-mana harus sama Mas Revan.” Sambil mengambilkan makanan, Ina tak henti memberikan pesan pada anaknya.

“Andri tidak nakal, Bu..” Andri cemberut karena ibunya terlalu khawatir padanya. Semua terkekeh mendengar suara protes bocah itu

“Ini bekal untuk Andri. Oma sudah menyiapkannya!” nyonya Sukhana menyodorkan sebuah kotak bekal bergambar Tayo pada cucunya.

Wajah Andri berbinar senang melihatnya. “Terima kasih, Oma,” ucapnya.

“Kamu jadi pergi ke restoran?” Tuan Wasupati mengarahkan pandangannya pada Ina.

“Iya, Pa. Aku harus segera bergerak..lagi pula sudah cukup waktu istirahatku selama ini. Aku harus bekerja keras demi masa depan Andri,” jawab Ina.

Mengambil segelas air putih dan meneguknya. Wanita itu mengakhiri sesi sarapannya. Papanya hanya mengangguk mendengarnya. Padahal hartanya berlimpah. Seharusnya putrinya itu tak perlu merasa khawatir akan kekurangan. Tapi tuan Wasupati juga bangga pada Ina yang tidak hanya mengandalkan orang tua saja.

“Minum susunya dulu, sayang!” Segelas susu coklat dia sodorkan pada putranya.

Andri menelan kunyahan terakhir, lalu meminum susu yang diulurkan ibunya.

“Terima kasih, Ibu,”

Setelah selesai sarapan Ina segera mengajak putranya untuk berangkat. Jangan sampai terlambat datang di hari pertama masuk. Apalagi dia sendiri juga harus segera pergi ke restoran.

***

Ina melangkah dengan mantap memasuki restoran miliknya dan jenong. Tepat di depan pintu jena sudah menunggu. Ina mengambil nafas sambil memejamkan mata. Aroma masakan yang menjadi ciri khas restoran mereka menguar memasuki rongga pernafasannya. Ini lah restoran kebanggaan mereka, hasil kerja kerasnya bersama Jenong.

"Ina, kamu sudah datang?" Jenong menyapa dengan senyum lebar. "Siap-siap, ayo kita segera bertempur"

"Siap" Ina membalas dengan semangat.

Mereka segera bergegas menuju ke pantry. Ina mengatakan dirinya memiliki resep baru untuk menu restorannya, dan ingin segera merealisasikan.

*

“Eh, salam, salam, salam…!” Seorang wanita seumuran dengannya berseru latah ketika Ina menepuk pundaknya dari belakang. Membalikkan badan dan siap untuk menghardik siapa yang telah berani mengganggunya.

Ina bersedekap dan bersiap menerimanya. Dengan wajah datar Ina menatap wanita itu.

“Hahh,,,?” Urung menghardik, wanita itu malah terbelalak menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan telapak tangan. “Ya, Allah. Non Ina…?” Pekiknya tidak percaya.

Ina tertawa geli melihatnya. Begitu pun dengan Jena yang sudah mengira itu akan terjadi. “Hallo, Mbak,” Ina menyapa sambil melambaikan tangan kecil pada wanita itu.

“Ini beneran Non Ina?”

Mengangguk, Ina merentangkan dua tangannya. Keduanya larut dalam pelukan penuh haru.

“Mbak Lastri, oke?” tanya Ina ketika pelukan telah terlepas.

“Oh, oke Non. Oke. Lastri kan memang selalu oke.” Ketiganya tergelak.

Lastri adalah anak dari pengasuh Ina sewaktu kecil. Mereka Sudah seperti sahabat, bahkan saudara. Lastri juga kuliah di tempat yang sama dengan Ina, atas biaya dari orang tua Ina. Dan saat ini Lastri bekerja di restoran mereka sebagai salah seorang juru masak.

Lastri tidak lagi tinggal di rumah orang tua Ina, karena sudah menikah. dia dan suaminya tinggal di sebuah rumah kontrakan yang lokasinya dekat dengan restoran. Suami Lastri sendiri juga bekerja di restoran itu sebagai satpam.

***

Hari telah hampir sore. Ina tidak langsung pulang. Setelah memastikan keadaan Andri di rumah baik-baik saja, dia berniat pergi ke perusahaan seperti permintaan papanya. Kata papanya dia hanya harus datang sesekali saja. Dan dia sudah membicarakan itu dengan jenong.

“Kamu sudah datang, Queen?” sambut Adam. Ina mengangguk lalu duduk di depan kakaknya.

“Ya Allah, ada yang aku lupa!” Ina menepuk keningnya. Ada berkas yang tadi belum dia simpan. Dia harus segera menghubungi Jenong, biar temannya itu yang menyimpan.

"Mas, pinjam ponsel sebentar, dong!" pintanya kepada Adam. Ponselnya sendiri ternyata mati habis baterai.

Adam menyerahkan ponsel yang sudah dibuka sandinya. Ina pun segera menghubungi Jenong, dan mengatakan pada temannya itu untuk menyimpan berkas.

Selesai urusannya dengan Jenong, Ina iseng membuka galeri kakaknya. Dahinya mengerut ketika menemukan gambar seorang lelaki, seumuran Adam, dengan senyum yang familiar.

"Mas, ini siapa?" tanyanya, matanya memindai detail wajah pria yang sedang berpose cool bersama kakaknya itu.

Adam mendekat, dan melihat apa yang ditanyakan oleh adiknya. Menoleh ke arah Ina, pria itu justru merasa heran. "Serius kamu gak tahu siapa dia?” tanyanya. Adam mengerutkan kening. Masa iya adiknya tidak mengenal temannya itu?

Ina mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat. “Siapa sih.” Tampaknya wanita itu gagal menggali ingatannya.

“Ini kan Mas Raffi, Queen. Raffi Sanjaya, putra Om Radit. Dia yang suka gendong kamu dulu kalo kamu ngintilin Mas main?" jawab Adam santai.

Ina mencoba lagi untuk mengingat. Itu sudah lama sekali terakhir kali dia bertemu dengan Mas Raffi saat masih kelas dua SMA. Dia sudah lupa-lupa ingat wajah itu.

"Iya kah? Aku kok kayak pernah ketemu dengannya, tapi di mana ya?" Entahlah, wajah pria yang ada di ponsel kakaknya, yang katanya adalah mas Raffi. Dia merasa sedikit familiar dengan wajah itu.

“Bertemu mas Raffi? Di mana? Ya gak mungkinlah. Orang dia saja sudah lama sekali tinggal di luar kota kok.” bantah Adam.

"Ohh,,," Ina mengangguk, namun rasa penasaran dan ketidakpastian masih menghantuinya. Dimana Dia pernah bertemu dengan pemilik wajah itu?

*

*

Mama Mia sekeluarga mengucapkan, selamat Tahun Baru! Terima kasih atas dukungan dan antusiasme Anda selama ini. Semoga tahun baru membawa kebahagiaan, kesehatan, dan kesuksesan bagi Anda semua. Mama Mia berharap dapat terus menemani Anda dalam petualangan membaca yang seru di hari-hari yang akan datang.

Mama sayang kalian semua 😘😘😘🙏🙏🙏

*

1
Cicih Sophiana
bisanya cuma nyalain orang... introspeksi diri dan keluarga kamu Ranu... jgn cuma bisa nyalahin
〈⎳ Moms TZ
astagaaaaa, kapok
〈⎳ Moms TZ
bhahahahaha.....
〈⎳ Moms TZ
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
endol surendol drama velakooor sm istri pertama
〈⎳ Moms TZ
apa Ina itu krpanjangan Queena?
Sunaryati
Semangat Ina, lagian itu kamu bodoh karena cinta masa restoran kok jadi petani sayur kangkung
AmeLia JanggLa
Luar biasa
AmeLia JanggLa
Biasa
F.T Zira
mungkin dia orang yg pernah tersakiti juga dari wanita yg ssma suamimu..
maybe..🤭
F.T Zira
sopirnya tau sesuatu...

heleh... aku sok tau amat/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
F.T Zira
sugi sepertinya menyembunyikan sesuatu
F.T Zira
sekarang loncat ke sini,, shika dah end
〈⎳ Moms TZ
suci apa cuci????
〈⎳ Moms TZ
duuuhhhh, segitu jailnya si Ina /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳ Moms TZ
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
diiihhhh
〈⎳ Moms TZ
hak apa gak?
〈⎳ Moms TZ
Antri???????
〈⎳ Moms TZ
hak usah ikut campur?
Jenong Nong
selamat tahun baru semuannya semoga tahun ini lbih baik dri tahun kemarin... 🤲🤲❤❤🙏🙏
〈⎳Mama Mia: Aamiin
total 1 replies
Nurhartiningsih
si sopir taksi ternyata sahabat kakaknya..huh datang cinta sejatinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!