Bismillahirrohmanirohim.
Blur
Ulya sedang seorang gadis muslimah yang sedang menunggu dokter memeriksa ibunya dengan rawat wajah khawatir. Tapi disaat dia sedang terus berdoa untuk keselamatan sang ibu tiba-tiba dia melihat seorang bocah sekitar berumur 4 tahun jatuh tak jauh dari tempatnya berada.
Ulya segera membantu anak itu, siapa sangka setelah bertemu Ulya, bocah itu tidak ingin berpisah dengan Ulya. Anak kecil itu ingin mengikuti Ulya.
"Jadilah pengasuh Aditya, saya akan menyanggupi semua syarat yang kamu mau. Baru pertama saya melihat Aditya bisa dekat dengan orang asing apalagi perempuan. Saya sangat meminta tolong sekali, Ulya agar kamu meneriam tawaran saya." Raditya Kasa Hans.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.
Bismillahirrohmanirrohim.
"Daddy pegang tangan Aditya." Pinta Aditya pada Hans, tangan kana bocah itu saat ini sedang di gandeng oleh Ulya.
Hans tak langsung menuruti keinginan sang anak, dia menatap Aditya sejenak lalu menatap Ulya yang sama sekali tidak melihat kearahnya, Hans kembali menatap Aditya sambil menaikan sebelah alisnya.
"Ayolah daddy, Aditya hanya ingin meracakan di gandeng oleh orang tua yang utuh, dicamping cang anak ada ibu dan bapaknya."
Deg!
Wajah Ulya terlihat kaget setelah mendegar perkataan yang keluar dari mulut Aditya, bahkan dia sampai menatap tak percaya pada Aditya, Ulya jadi penasaran selama ini kemana ibu kandung Aditya, orang-orang di kediaman Kasa sedikitpun tak pernah menyinggung masalah ibu kandung Aditya.
Tak beda dengan Ulya, Hans juga merasa kagat atas perkataan Aditya, wajah laki-laki itu yang tadi terlihat datar kini menatap iba pada sang anak entah apa yang dipikirkan Hans, dia tak bertanya lagi pada Aditya. Hans bahkan langsung menggandeng tangan kiri Aditya sambil tersenyum pada bocah itu.
'Astagfirullah, maaf kan daddy, Aditya.' Sesal Hans dalam benaknya.
'Sampai kapanpun daddy tidak akan pernah membiarkanmu merasa sendiri, daddy janji itu. Beberapa minggu ini daddy juga minta maaf karena tidak bisa sering-sering menemanimu.' Anehnya kata-kata itu tak sampai Hans ucapkan langsung pada Aditya.
Aditya merasa sangat senang kala Hans mau menggandeng tangannya rasanya hidup Aditya sekarang sudah lengkap.
"Jangan dilepac mbak Lia, Aditya mohon." Anak itu dapat meraskan kala Ulya ingin melepas gandengan tangan mereka.
Sontak Hans menatap Ulya kala mendengar permintaan Aditya pada Ulya, Hans menatap Ulya sejenak mungkin dia paham Ulya merasa sedikit risih.
"Saya mohon Ulya tolong turuti keinginan Aditya untuk kali ini, tidak susah bukan."
Ulya dapat melihat ada kesedihan yang terlintas dikedua sorot mata Hans saat mengatakan akan keinginan Aditya. Ulya yang tak tega akhirnya mematuhi permintaan dua orang itu.
"Yes! Allhamadulilah, sekarang ayo lihat-lihat di dalam mall daddy, mbak Lia." Aditya mengajak kedua orang dewasa itu jalan.
Jadilah saat ini mereka berjalan seiringan sambil bergandengan tangan, wajah Aditya terlihat sangat bahagia sekali. Baik Hans maupun Ulya merasa canggung, tapi Hans berusaha tetap biasa saja.
'Hal sederhana ini kamu bisa sangat senang Aditya, maaf selama ini tidak terlalu mempertikan dirimu.' Sesal Hans.
"Daddy, Mbak Lia lihat ada boneka capit ayo main."
Sesuai janji Hans pada dirinya sendiri kalau hari ini dia akan menuruti apapun kemauan Aditya, jadi mereka pergi untuk mencapit boneka.
"Ayo mulai." Ketiga orang itu bergantian mencapit boneka, sudah 10 menit tapi belum ada yang berhasil tapi hal tersebut tak membuat ketiga orang itu sedih mereka malah tertawa bersama.
'Masya Allah bahagia itu memang sederhana, Aditya bahkan bisa tersenyum lebar tanpa mengingat penyakit dirinya.' Kedua sudut bibir Ulya terangkat melihat Aditya sangat bahagia.
'Ya Allah, angkat lah penyakit Aditya dan semoga bisa sembuh total.' Doa Ulya tersenyum menatap Aditya.
"Yee! Aditya dapat hore...hore....mbak Lia cama daddy kalah." Anak laki-laki berbaju biru itu teriak sangat girang.
"Sudah dapat ayo kita ke tempat lain." Ajak Hans, dia juga sudah merasa sedikit lelah.
Ulya dan Aditya patuh saja, kali ini mereka bertiga refleks berjalan sambil bergandengan tangan, sebela tangan kana Ulya terlihat memegang boneka hasil capitan Aditya.
"Kalian lapar? kita makan dulu ya." Ajak Hans pada keduanya.
"Boleh daddy." Kalau Ulya ikut saja apa kata Hans dan Aditya.
Mereka segera memasan makanan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum lanjut pada kegiatan berikut.
"Aditya hari ini cenang cekali daddy."
"Benarkah?"
"Benar daddy terima kacih untuk daddy dan mbak Lia yang cudah menemani Aditya bermain. Aditya cayang kalian."
Aditya memeluk tubuh Ulya dari samping kebetulan mereka duduk bersebelahan. "Terima kacih mbak Lia, Aditya cangan mbak Lia." Ulya mengelus lembut pucuk kepala Aditya dengan sayang.
"Mbak Lia juga sayang Aditya, tetap jadi anak baik Aditya."
Hans memperhatikan interaksi kedua orang itu mereka terlihat seperti ibu dan anak yang saling menyayangi.
'Dia memang memilik sifat keibuan yang luar biasa.' Tanpa Hans sadari dia sedang memuji Ulya.
Setelah memeluk Ulya, kini giliran Aditya memeluk Hans yang duduk di sebelah kiri Aditya, dia juga memeluk daddynya dari samping.
"Thanks you daddy, I love you." Suara Aditya terdengar tulus di telinga Hans juga Ulya.
"I love you too son, Daddy will always love and care for you son." (Daddy akan selalu menyayangi dan menjaga kamu anakku)
Tak lama kemudian seorang waiter mengantarkan pesan mereka. "Silahkan dinikmati."
"Terima kasih." Ucap Ulya ramah pada waiternya.
"Oke, kita sekarang makan dulu." Ajak Hans pada Ulya dan Aditya.
"Mbak Lia, Aditya mau makan sendiri."
"Siap bos kecil."
Walaupun Aditya makan sendiri Ulya tetap memperhatikan cara makan Aditya. "Bismillahirrohmanirrohim Bismillahirohmanirrohim. Allahumma barik lana fi ma razaqtana waqina 'adhaban-nar."
"Uhuk....uhuk...uhuk...." Hans langsung tersedak makanannya mendengar Aditya membaca doa sebelum makan. Karena dia lupa tidak membaca doa.
"Astagfirullah, minum pak." Refleks Ulya menyodorkan segala air putih pesanannya tadi untung saja belum tersentuh oleh Ulya.
"Bismillah." Hans langsung meminum tandas air putih milik Ulya.
"Alhamdulillah." Baru lah Hans dapat bernafas lega setelahnya.
"Are you oke, dad?" Tatapan polos Aditya membuat Hans menghela nafas pelan lalu dia mengangguk, bisa-bisanya Hans lupa membaca doa sebelum makan langsung diingakatkan oleh Aditya walaupun tidak berniat seperti itu.
"Kita lanjut makan, daddy baik-baik saja." Kepala Aditya mengangguk, mereka sekarang baru bisa makan dengan tenang.
15 menit berlalu mereka sudah selesai mengisi perut.
"Sekarang mau kemana lagi?"
"Zoo caja daddy, Aditya mau lihat jerapah hewah berleher panjang."
"Boleh, kita pergi sekarang."
Sekarang Hans maupun Ulya tidak merasa canggung lagi saat menggandeng Aditya secara bersama tidak seperti awal-awal tadi yang masih sangat canggung.
"Hans, kamu benar Hans." Seorang perempuan dengan pakaian modisnya yang telihat sekali kalau dia orang kaya.
Perempuan itu menyapa Hans, saat Hans sedang berjalan sambil tertawa bersama Aditya dan Ulya. Dia seperti sengaja menghampiri Hans.
"Siapa?" Hans memang tidak pernah sekalipun mengingat seorang perempuan.
"Kamu lupa sama aku Hans, ini bukannya Aditya? terus kamu Azril ya." Sapa perempuan itu sok kenal sekali pada keluarga Kasa.
"Saya bu-"
"Kita buru-buru, kalau tidak ada kepentingan tolong minggir." Ucap Hans dingin padahal Ulya belum menjelaskan siapa dirinya.
"Hans, aku, Yulia masa kamu lupa sih."
"Yulia." Hans perucap pelan sekali seperti sedang berusaha mengingat.
"Iya benar Yulia nggak mungkin dong kamu lupa."
"Daddy ayo Aditya cudah tidak cabar ketemu Jerapah."
"What daddy?" Yulia menatap Hans penuh tanya, tapi Hans terlihat tidak peduli akan tatapan Yulia.
"Ayo sayang, daddy minta maaf." Ucapnya lembut pada Aditya. "Gue duluan." Hans berkata lebih dingin pada Yulia.
"Momy, Aditya mau gendong." Celetuk Aditya pada Ulya yang membuat kedua bola mata gadis berhijab itu membulat sempurna.
'Matilah aku, lagipula untuk apa Aditya memanggil aku, mommy di hadapan pak Hans.' Ulya benar-benar tidak mau terjadi salah paham.
Dia tetap membawa Aditya ke dalam gendonganya, sambil menatap Hans dengan tatapan menjelaskan kalau dirinya tidak tahu kenapa Aditya bisa memanggilnya mommy.
"What mommy? Maksud gimana sih Hans?" syok Yulia, Hans yang tidak berminamt menjawab mengajak pergi Ulya dan Aditya.