Jesslyn tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam satu malam. Demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran finansial, ia dipaksa menikahi Neo, pewaris kaya raya yang kini terbaring tak berdaya dalam kondisi koma. Pernikahan itu bukanlah perayaan cinta, melainkan sebuah kontrak dingin yang hanya menguntungkan pihak keluarga Neo.
Di sebuah rumah mewah yang sunyi, Jesslyn tinggal bersama Neo. Tanpa alat medis modern, hanya ada dirinya yang merawat tubuh kaku pria itu. Setiap hari, ia berbicara kepada Neo yang tak pernah menjawab, berharap suara dan sentuhannya mampu membangunkan jiwa yang terpenjara di dalam tubuh itu. Lambat laun, ia mulai memahami sosok Neo melalui buku harian dan kenangan yang tertinggal di rumah itu.
Namun, misteri menyelimuti alasan Neo koma. Kecelakaan itu bukan kebetulan, dan Jesslyn mulai menemukan fakta yang menakutkan tentang keluarga yang telah mengikat hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehancuran Maria & Veronica
Nyonya Veronica dan Nenek Maria berlutut di depan Neo yang duduk dengan angkuh di kursi kulit di ruang kerjanya. Mata hitamnya yang dingin menatap mereka berdua bergantian.
"Kenapa? Kenapa kalian tidak berteriak lagi seperti orang gila yang baru dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa?" dia memandang mereka berdua dengan pandangan remeh.
"Neo, Kau benar-benar sangat keterlaluan!! lepaskan kami," tuntut Nenek Maria.
Neo menyeringai. "Kenapa kau harus melepaskan penjahat seperti kalian? Bukankah kalian sangat suka bermain-main? Dan aku sedang menemani kalian, cukup adil bukan?"
Veronica mengepalkan tangannya dan menata Putra dirinya itu dengan marah. "Neo, kau jangan semakin keterlaluan saja. Jika bukan kami yang merawatmu sejak kecil,mungkin kau sudah mati kelaparan!"
Neo menautkan jari-jarinya dan menatap Veronica dengan tatapan mencemooh. "Lucu sekali, kau bersikap seolah-olah kau adalah ibu tiri yang baik, namun pada kenyataannya kau adalah Iblis yang selalu bersembunyi dibalik wajah malaikatmu itu."
Nenek Maria kembali bersuara. "Neo, aku adalah istri dari mendiang Kakekmu dan Nyonya Tua di keluarga Hou, sementara Veronica adalah wanita yang dinikahi oleh ayahmu. Secara hukum kami adalah keluargamu yang sah, dan kau tidak bisa bertindak semena-mena pada kami."
Bibi Sonia masuk ke dalam. Dia menatap Ibu dan anak itu dengan tatapan mencemooh. Terutama Maria, "Kau begitu bangga dengan statusmu dengan Nyonya Tua, Nyonya Maria? Tapi apa Kau pernah bertanya pada dirimu sendiri, jika sebenarnya kau tidak pernah diinginkan di rumah ini?! Kau dan putrimu ini hanya benalu, parasit yang hanya bisa hidup dengan menumpang pada orang lain,"
"SONIA, JANGAN KETERLALUAN KAU!!" bentak Veronica penuh emosi. "Justru kau lah yang paling tidak diinginkan di rumah ini. Kau memang putri kandungnya, tapi Papa lebih menyayangiku daripada dirimu. Selama ini kau tidak pernah mau menerima fakta, Kau benar-benar sangat menyedihkan."
PLAKKK...
Sonia menampar wajah Veronica dengan keras , dan membuat sudut bibirnya berdarah. Amarahnya memuncak. "Dan itu terjadi karena pengaruh buruk kalian. Veronica, Kau pikir aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan pada kakak iparku. Kau kan dalang dibalik kematiannya."
Wajah Veronica seketika memucat. "Omong kosong apa yang kau katakan, Sonia? kau tidak bisa menuduhku tanpa bukti," suaranya gemetar karena ketakutan.
"Kau bertanya soal bukti? Tentu saja aku memilikinya, dan bukti itu sangat kuat. kau ingin melihatnya, biar aku tunjukkan," Bibi Sonia mengambil ponselnya lalu memutar video yang sudah terhubung dengan proyektor sehingga muncul layar besar di dinding.
Gyuttt...
Tangan Neo terkepal kuat. Matanya memerah karena amarah. "C4MBUK 100 KALI. REMUKKAN J4RI-J4RINYA, CABUT SEMUA R4MBUT YANG ADA DIKEPALANYA. BUAT DIA TUL!, BUTA DAN BI$U. PERINTAH INI MUTLAK DAN TIDAK ADA KOMPROMI!!"
Mata Nyonya Veronica dan Nenek Maria membulat sempurna. Kedua wanita itu menggeleng keras. "Neo, jangan lakukan itu. Bagaimanapun juga dia adalah ibumu, kau tidak bisa bersikap semena-mena padanya, apalagi memperlakukannya dengan buruk!!"
"Kirim wanita tua ini ke, Afrika Selatan. Siksa terus tapi jangan sampai mati, aku ingin kedua hama ini lenyap dari hadapanku!!"
Orang-orang berpakaian rapi itu segera mengangguk dan melakukan perintah dari Neo. Sonia menghampirinya dan menatap keponakannya itu dengan nyeri, "Apa ini tidak terlalu berlebihan? Bukankah masih ada cara yang lain untuk memberikan hukuman pada mereka berdua,"
"Tidak!!" jawab Neo cepat. "Mereka layak mendapatkan hukuman, dan tidak ada kompromi untuk hal ini."
Sonia mengambil nafas panjang, tidak ada gunanya berdebat dengan Neo, karena itu hanya akan memperburuk keadaan saja. Tanpa banyak basa-basi Wanita itu melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Terserah kau saja." Ucapnya dan pergi begitu saja.
***
Jesslyn tiba di rumah. dia tampak terkejut saat melihat Nyonya Veronica dan nenek Maria ditarik secara paksa ke dalam mobil hitam oleh orang-orang berpakaian rapi dan berkacamata gelap. Tanpa membuang waktu, dia segera masuk ke dalam dan menemukan Neo yang sedang duduk santai di ruang keluarga.
"Kau," kata Jesslyn sambil menghampiri suaminya itu.
"Pasti kau bertanya-tanya, kenapa mereka berdua di bawah pergi secara paksa? Penjahat seperti mereka sudah saatnya mendapatkan hukuman yang layak sesuai dengan yang mereka lakukan," ucapnya sambil mengaduk kopinya dengan santai.
Jesslyn mendekatinya lalu berdiri di depan pria itu. "Aku masih tidak mengerti,"
"Seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya, jika mereka adalah penjahat yang sesungguhnya." Jawab Neo. "Sudah terlalu lama aku membiarkan mereka hidup dengan enak di rumah ini. Aku sudah muak, itulah kenapa aku memutuskan untuk mengakhiri permainan mereka."
Jesslyn menghela napas. "Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa orang-orang kaya selalu bermasalah."
Tanpa peringatkan Neo menarik lengan Jasmine dan membuatnya terjatuh dipangkuannya. "Ah, Neo, Apa yang kau lakukan? Cepat turunkan aku!!" dia menatap sekeliling dan beberapa pelayan melihat ke arah mereka.
"Diamlah, aku sedang marah dan aku butuh sesuatu untuk meredakan kemarahanku," ucapnya sambil menarik dagu Jesslyn lalu mencium singkat bi-birnya. "Ini sangat manis, dan aku merasa lebih baik sekarang."
Jesslyn menatapnya dengan kesal. "Dasar aneh, apa benar-benar manusia paling aneh yang pernah aku temui."
"JESSLYN, SUDAH SAATNYA KAU MENEMANI BIBI BERSENANG-SENANG!!" teriak Sonia yang tiba-tiba muncul dan menarik Jesslyn dari pangkuan Neo.
Gadis itu terkejut dan hampir saja terkena serangan jantung dadakan karena ulah perempuan itu. "Bibi Sonia, hampir saja aku jantungan karena ulahmu," ucapnya sambil mengusap dadanya.
Sonia tertawa pelan. "Maaf, aku terlalu bersemangat. Ayo kita berbelanja, hari ini kita akan bersenang-senang sepanjang hari. Kau bisa membeli apapun yang kau inginkan, tanpa memikirkan uang. Baju, tas, sepatu, perhiasaan, parfum, make up, semua bisa kau dapatkan hari ini. Aku mencuri kartu hitam Neo untukmu," dia berbisik di akhir kalimatnya.
Mata Jesslyn membelalak. Baru saja dia hendak melayangkan protesnya, tapi Sonia sudah menariknya tanpa memberikan Dia kesempatan untuk bicara.
"Tapi, Bibi..."
"Tidak ada ruang untuk perdebatan, kita berangkat sekarang." katanya sambil memeluk lengan Jesslyn.
Gadis itu menghela napas berat, dia tidak bisa apa-apa selain pasrah dan mengikuti ke mana Sonia akan membawanya. Sikap Sonia berubah 180°, dia yang sebelumnya sangat dingin menjadi hangat dan seenak jidat.
Sementara itu. Neo hanya bisa menghelan nafas dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua wanita itu. Sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk lengkungan indah di wajah tampannya.
"Tuan, semua sudah dilakukan sesuai rencana," Frans menghampiri Neo dan menyampaikan sesuatu padanya.
"Bagus sekali. Siapkan mobil dan kita pergi sekarang,".
Frans mengangguk. "Baik, Tuan."
***
Bersambung pop