Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Malam hari di rumah keluarga pak Bastian, Andreas yang masih tinggal di rumah orang tuanya. Setelah makan malam mereka duduk di ruang keluarga.
Kali ini bukan hanya bertiga tetapi ada yang lainnya juga di rumah itu.
"Uluh uluh cucu Nenek ini sudah semakin gadis saja kamu ya cantik. Sudah lama gak pulang ke rumah Nenek," kata bu Nina menimang balita perempuan yang sudah mulai bisa bicara.
"Nek ... Nek ..." Celoteh Ciara riang yang di sambut senyuman orang-orang dewasa di sekitarnya.
"Gimana sama perempuan yang Mas ceritakan kemarin?" Tanya Sella, adik perempuan Andreas yang merupakan dokter psikologi.
Sedangkan suaminya yang bernama Reyhan juga seorang Dokter umum sekaligus pemilik beberapa rumah sakit besar di beberapa kota.
"Perempuan yang selamatin anak Mas Andreas?" Tanya Reyhan pula.
"Selama kita gak membahas tentang kecelakaan itu atau mengatakan Abian bagian dari kita, maka Ayana tetap tenang. Kemarin dia sempat diam saja tanpa melakukan apapun. Seperti orang yang kehilangan jiwa sewaktu Abian menangis histeris saat akan di pindahkan."
Andreas menjelaskan sembari membayangkan apa yang terjadi tadi siang di rumah Ayana.
"Itu berarti Mas gak membahas masalah itu dulu sebelum traumanya bener-bener hilang. Dan kemungkinan memang Abian itu alasan dia tetap kuat. Menekan perasaan takut dan traumanya demi Abian," kata Sella mengutarakan apa yang ia pikirkan.
"Mas, harus bantu dia buat jadi obat dari trauma itu sendiri dulu kalau mau tahu tentang kejadian itu. Pelan-pelan membahas itu kalau dia sudah gak menunjukkan tanda-tanda ketakutan lagi," ucap Reyhan pula.
"Kalau Mas sudah dapatkan apa yang ingin Mas ketahui, jangan pisahkan dia sama Abian. Karena Abian itu sudah jadi bagian dari dirinya, apa lagi Mas juga sempat bilang kalau Abian sudah menyusu ekslusif dengannya. Itu menimbulkan ikatan batin di antara mereka, apa lagi kasih sayang yang di berikannya benar-benar membuat Abian nyaman."
Andreas mengangguk paham dengan apa yang di katakan adik perempuannya. Semalam dia sudah meminta saran pada adiknya yang sedang dalam perjalanan pulang dari luar negeri.
"Atau gampangnya sekalian saja Mas nikahi ibu susunya anak Mas itu. Jadi gak cuma dapat anak tapi juga dapat istri," canda Reyhan.
Pasangan yang duduk di hadapan Andreas itu terkikik geli karena godaan mereka pada pria kaku seperti Andreas.
Sedangkan orang tua mereka sedang sibuk bermain bersama Ciara. Biarlah sekarang jadi urusan Andreas untuk mendekati Ayana. Tugas mereka membantu menemukan cucu mereka yang hilang sudah selesai.
"Hah ... Mas gak mau memikirkan pernikahan saat ini. Fokus lebih dahulu sama Abian dan kondisi mental Ayana," kata Andreas.
Sella dan Reyhan saling pandang lalu tersenyum penuh arti. Apa lagi melihat ekspresi Andreas yang seketika tersenyum sembari melamun setelah menyebutkan nama ibu susunya Abian itu.
"Sepertinya si kanebo kering akan menjadi kanebo basah sayang," bisik Reyhan pada istrinya.
"Kita lihat saja nanti kedepannya Mas, besok aku di minta Mas Andreas ikut untuk membantu menyembuhkan mental perempuan itu. Aku penasaran seperti apa rupanya," bisik Sella pula.
Merasa dirinya menjadi bahan gosipan adik dan adik iparnya. Andreas melemparkan bantal sopa yang ada di belakangnya ke arah pasangan muda itu.
"Jangan gosipin orang di depannya langsung," sindir Andreas yang membuat tawa Reyhan dan Sella terdengar.
Ciara yang melihat kedua orang tuanya tertawa jadi ikutan tertawa pula.
"Ma ma ma pa pa pa," gumam balita yang berusia hampur 2 tahun itu.
Keluarga pak Bastian terasa hangat dengan kehadiran dan ocehan dari Ciara. Meski tetap terasa kurang tanpa Abian, tapi mereka tetap bersyukur karena sudah mengetahui di mana anggota keluarga mereka satu lagi.
Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk meluluhkan hati Bundanya Abian agar mereka bisa bersatu dan berkumpul bersama.
Di tengah keseruan keluarga itu, datanglah Security yang berjaga malam menghampiri.
"Permisi Tuan, Nyonya. Di depan ada keluarga pak Dudi yang datang, mereka mau bertemu dengan Tuan dan Nyonya."
Pak Bastian dan bu Nina saling pandang, rasa rasanya mereka tidak ada urusan lagi dengan keluarga mantan besannya itu. Mau apa lagi mereka datang menemui di malam hari begini.
"Apa mereka sudah masuk gerbang?" Tanya pak Bastian.
"Belum Tuan, kami masih menahan beliau di depan gerbang. Tapi ya sejak tadi pula kami kena maki oleh mereka," kata Security itu sembari tersenyum masam.
Terdengar helaan napas dari Andreas yang nampak sangat malas berurusan dengan mantan mertuanya.
"Bawa Ciara masuk, Sella. Jangan biarkan dia mendengar suara cempreng mereka yang hanya selalu mengatakan hal di luar nalar."
"Iya Mas, ayo sayang nya Mama. Kita bobok yuk," ucap Sella yang menuruti perintah Andreas.
Ibu muda itu betepuk tangan pelan untuk menggoda sang anak yang sudah nampak melompat lompat di pangkuan sang kakek.
"Seneng banget cucu Kakek, ya. Mau bobok sama Mama, cium Kakek dulu."
Pak Bastian mengecup kedua pipi sang cucu penuh sayang. Begitu pun bu Nina yang ikut mengecup pipi Ciara.
Setelah Sella bersama Ciara pergi ke lantai ddua di mana kamarnya berada. Pak Bastian meminta Security untuk membuka gerbang. Penasaran dengan maksud kedatangan mantan besannya itu.
Di luar gerbang, pak Dudi dan bu Mawar sudah misuh-misuh tidak karuan sampai Security yang masih tinggal di pos merasa jengah. 'Ngakunya orang kaya berpendidikan, tapi mulutnya mirip orang gak terdidik,' batin si Security.
Hingga datanglah temannya lalu menekan tombol pada remot untuk membuka gerbang secara otomatis.
"Lihat kan, kami di ijinkan masuk. Tunggu saja kalian nanti akan kehilangan pekerjaan," ancam pak Dudi sembari melotot.
"Hhuuu ... Dasar orang kaya norak. Sudah bangkrut juga masih saja sombong dan angkuh," cibir si Security setelah mobil pak Dudi menjauh dari gerbang.
"Mau apa lagi ya mereka datang ke sini? Pada hal sudah gak ada hubungan apa-apa lagi," ucap Security yang tadi masuk ke dalam.
"Biasalah, mencari sokongan dana. Namanya orang kaya yang gak terima kalau jatuh miskin," sahut temannya.
Keduanya geleng kepala lalu kembali menonton tv kecil yang ada di depan mereka. Pos tempat mereka berjaga memang di beri fasilitas tv dan dispenser serta beberapa bahan untuk membuat kopi dan teh.
Sedangkan keluarga pak Dudi langsung masuk ke dalam rumah setelah di bukakan pintu oleh Reyhan.
Mereka berkumpul di ruang tamu dengan bu Nina yang baru datang sembari membawa minuman dan cemilan. Karena saat malam para pekerja tidak ada lagi yang tinggal di rumah utama.
Ada tempat sendiri di bagian belakang kediaman utama untuk tempat tinggal para pekerja di rumah itu. Setelah pekerjaan mereka selesai, maka para pekerja akan kembali ke rumah itu.
"Ya ampun Jeng Nina, kenapa harus repot-repot siapin minum sih? Memangnya pembantunya kemana? Gak becus banget sih kerjanya sampai majikan sendiri yang siapin minum," kata bu Mawar.
"Kenapa gak bilang sama aku saja Tante? Biar aku yang buatin minumannya. Jadi Tante gak perlu capek-capek," ucap Mela pula.
Reyhan melirik Andreas yang di balas lirikan pula oleh pria itu. Seakan keduanya sedang berkomunikasi melalui lirikan itu. Andreas lalu mengangkat kedua bahunya acuh.