Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Perdebatan
Bab 4. Perdebatan
"Kamu datang ke sini untuk menjenguk Mas Reyhan?" tanya Arumi ketika berhadapan dengan Ryan.
Mendengar panggilan Arumi kepada Reyhan, Ryan terkejut. Karena merasa itu panggilan terlalu intim. Apalagi untuk ukuran orang yang baru saling kenal.
"Iya, aku ingin melihat keadaan kakakku," jawab Ryan.
Kedua orang itu jalan beriringan menuju ke ruang rawat Reyhan. Ryan ingin sekali mengajak Arumi berbicara, tetapi seketika lidahnya merasa kelu ketika melihat gadis itu jalan sambil menundukkan kepala.
Reyhan bisa mendengar suara pintu terbuka. Dia menduga itu adalah Arumi yang kembali dari kantin. Dia senang wanita itu mendengarkan ucapannya. Tadi, dia bilang tidak mau ditinggalkan, makanya menyuruh untuk membungkus makanan.
Tercium wangi parfum yang tidak asing baginya. Reyhan merasa kalau Ryan adalah orang yang datang ke kamarnya.
"Mau apa kamu datang ke sini?" tanya Reyhan ketus.
Arumi yang berjalan ke arah brankar sampai menghentikan langkahnya. Karena dia mengira ucapan Reyhan tertuju kepadanya.
"Mama meminta aku untuk menjaga kamu malam ini," jawab Ryan. "Aku juga tidak melihat ada seorang pun dari temanmu yang berjaga di sini malam ini."
"Untuk apa mereka ada di sini. Bagiku cukup Arumi saja yang menjaga aku di sini. Jadi, kamu juga sebaiknya pergi, aku tidak butuh keberadaan kamu!" balas Reyhan masih dengan nada sinis.
Arumi melihat Reyhan dan Ryan secara bergantian. Dia merasa kalau hubungan keduanya sangat buruk sekali, padahal mereka bersaudara.
"Tidak. Aku akan tetap tunggu di sini," ujar Ryan. "Arumi, kamu pulang saja. Aku lihat kamu seperti kurang istirahat. Semalam juga kamu tidak tidur, 'kan?"
Arumi tidak menyangka kalau Ryan semalam memerhatikan dirinya. Memang semalam dia tidak bisa tidur, apalagi sebelum Reyhan sadar. Dia takut kondisi laki-laki itu memburuk dan akhirnya meninggal. Jujur saja dia tidak mau masuk penjara karena itu bisa saja menghancurkan kehidupannya di masa depan.
"Tidak boleh! Dia harus tetap di sini. Kamulah yang seharusnya pergi karena aku lebih membutuhkan Arumi daripada kamu!"
Ryan menggelengkan kepala karena Reyhan selalu saja keras kepala seperti biasanya. Dia sering dibuat mengalah atau meminta maaf duluan. Papi mereka paling tidak suka jika keduanya bertengkar.
Arumi yang merasa kelaparan memilih makan di sofa. Dia belum paham kenapa kedua saudara itu terlihat mempunyai hubungan yang buruk. Gadis itu tahunya Ryan punya saudara, tetapi hubungan mereka tidak dekat. Terlebih lagi orang yang menjadi kakaknya itu kuliah di luar negeri.
Karena kehadirannya tidak diharapkan, Ryan memutuskan untuk pulang. Dia sebenernya merasa kasihan kepada Arumi yang terlihat lesu. Namun, apa boleh buat, Reyhan malah marah-marah terus kepadanya dan mengusirnya.
***
Selama di merawat Reyhan di rumah sakit, Arumi mengajukan cuti. Beruntung dia memiliki bos yang baik, sehingga tidak memberatkan urusannya. Selama itu pula Arumi mengurus segala keperluan suaminya. Dia juga membersihkan badan dan menyuapinya.
Hari ini Bram datang ke rumah sakit pagi-pagi. Karena membutuhkan tanda tangan Reyhan untuk memperpanjang kontrak kerjasama dengan rekan bisnisnya. Dia tersenyum ramah kepada Arumi yang baru saja selesai memakaikan baju suaminya.
"Mas, aku turun dulu ke bawah. Bunda menyuruh ojek untuk mengirimkan sarapan," ucap Arumi.
"Ya," balas Reyhan singkat dan Arumi pun bergegas pergi karena kasihan sama tukang ojeknya jika sampai harus menunggu dirinya.
"Dia wanita yang penurut, ya?" tanya Bram.
"Ya, seperti yang kamu lihat. Kasihan sekali si Ryan karena kekasihnya aku rebut. Biar dia tahu bagaimana rasanya ketika orang yang disayang direbut oleh orang lain," jawab Reyhan.
"Kasihan sekali wanita itu," ujar Bram.
"Kenapa? Aku tidak berbuat buruk kepadanya," ucap laki-laki yang kedua tangannya di gip sehingga kesulitan saat memberikan tanda tangan, belum lagi tidak bisa melihat. Dia hanya mengandalkan perasaan saja ketika membubuhkan tanda tangan.
"Dia terseret ke dalam permasalahan keluarga kamu," kata Bram. "Jika suatu hari nanti dia ingin lepas dari kamu, apa kamu akan melepaskan dia?"
"Belum aku pikirkan," balas Reyhan.
Arumi dibuat kesal oleh Reyhan karena laki-laki itu tidak mau makan. Dia malah meminta dirinya untuk pergi jalan-jalan ke taman sambil berjemur. Padahal sinar matahari sudah mulai panas. Namun, gadis itu tidak bisa membantah keinginannya.
Di taman Arumi duduk di kursi semen sedangkan Reyhan di kursi roda. Keduanya duduk dalam diam menikmati hangatnya sinar matahari pagi.
"Sebaiknya jangan lama-lama kita berjemur, nanti malah pusing," ucap Arumi.
"Aku masih ingin di sini. Di kamar terasa pengap," balas Reyhan.
Arumi akhirnya memindahkan kursi roda ke bawah pohon yang bayangannya melindungi dari panas sinar matahari. Dia juga duduk di atas rumput, tepat di samping kursi roda Reyhan.
"Hubungan kamu dengan Ryan tidak baik, ya?" Tiba-tiba saja Arumi bertanya seperti itu ketika teringat kejadian semalam.
"Ya, bisa dibilang begitu. Buktinya kamu baru tahu hubungan aku dengannya, 'kan?"
"Ya. Sebenarnya aku tahu dia punya kakak laki-laki. Seingat aku kakaknya kuliah S1 dan S2 di luar negeri."
"Sebenarnya aku pun berencana mau lanjut S3 di luar negeri, tetapi papi malah menyuruh aku pulang untuk mengurus cabang perusahaan yang ada di Sumatera. Janjinya meminta aku mengurus sampai perusahaan di sana stabil, tapi nyatanya malah aku disuruh benerin cabang yang ada di Surabaya. Lalu, sekarang diminta lagi pindah ke Jakarta," jelas Reyhan dengan nada kesal.
"Pantas saja aku tidak pernah bertemu dengannya, karena Mas Reyhan selama ini tinggal di luar kota," batin Arumi.
"Setelah aku pulang dari rumah sakit, kita akan tinggal di rumah Papi," lanjut Reyhan.
"Maksudnya kita serumah dengan orang tuamu?" tanya Arumi terkejut.
"Iya," jawab laki-laki itu dengan singkat.
"Tidak mau! Aku tidak mau tinggal serumah dengan mertua. Itu tidak baik untuk kehidupan rumah tangga kita," ucap Arumi. Mana sanggup dia tinggal serumah dengan mantan kekasih dan wanita yang selalu saja menghinanya.
"Itu sudah keputusan aku. Kamu tidak boleh membantah," ucap Reyhan dengan nada tegas.
Tidak bisa Arumi bayangkan dirinya akan bertemu setia hari dengan Ryan dan Mami Rosalina. Pastinya bukan hanya dia saja yang shock dan tidak nyaman tinggal serumah.
"Aku punya rumah sendiri. Bagaimana kalau kita tinggal di sana. Memang rumahku tidak sebesar dan semewah rumah orang tuamu, tetapi untuk tinggal kita berdua itu cukup," pungkas Arumi memberi tahu. Karena dia berpikir inilah yang terbaik untuk semua orang.
"Tidak ada bantahan untuk semua keputusan aku," ucap Reyhan. "Aku paling tidak suka pada orang yang tidak juga mengerti dengan apa yang aku ucapkan. Aku rasa otak kamu yang cerdas itu paham dengan apa yang aku katakan tadi. Kalau kita akan tinggal di rumah orang tuaku!"
***
dia sudah menyakiti Arumi padahal Arumi tulus banget sama Reyhan