Kejadian tak pernah terbayangkan terjadi pada Gus Arzan. Dirinya harus menikahi gadis yang sama sekali tidak dikenalnya. "Saya tetap akan menikahi kamu tapi dengan satu syarat, pernikahan ini harus dirahasiakan karena saya sudah punya istri."
Deg
Gadis cantik bernama Sheyza itu terkejut mendengar pengakuan pria dihadapannya. Kepalanya langsung menggeleng cepat. "Kalau begitu pergi saja. Saya tidak akan menuntut pertanggung jawaban anda karena saya juga tidak mau menyakiti hati orang lain." Sheyza menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Sungguh hatinya terasa amat sangat sakit. Tidak pernah terbayangkan jika kegadisannya akan direnggut secara paksa oleh orang yang tidak dikenalnya, terlebih orang itu sudah mempunyai istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anotherika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Ummi Zulfa membuka bola matanya perlahan. Arzan yang pertama melihat langsung memanggil dokter untuk memeriksa kembali umminya karena baru saja sadar.
Setelah memanggil dokter, Arzan kembali menemui ummi Zulfa.
"Ummi,"
Ummi Zulfa menggerakkan mulutnya seperti ingin berbicara, namun suaranya tertelan tidak bisa keluar sama sekali.
"Ummi mau ngomong sesuatu?" Tanya Arzan saat sang ummi terus menerus menggerakkan mulutnya.
Ummi Zulfa terus menerus menggerakkan bibirnya , namun suaranya hanya tertelan di tenggorokan saja tidak bisa mengeluarkan suara sedikit pun. Hal itu membuat Arzan tambah kalut.
"Biar saya periksa dulu," ijin dokter yang melihat interaksi anak dan ibu itu.
Arzan meringsut berdiri agak jauh dari dokter dan seorang perawat yang ikut memeriksa keadaan sang ummi.
Beberapa menit setelahnya, "Pasien dinyatakan stroke. Hal itu yang menyebabkan pasien sulit berbicara, karena hampir seluruh anggota tubuhnya tidak dapat berfungsi."
Deg
Tubuh Arzan hampir limbung setelah mendengar penuturan dokter. Rasanya dadanya sulit bernafas. Kabar yang diberikan dokter ini benar-benar kabar buruk yang tidak pernah Arzan bayangkan sebelumnya. Hatinya perih melihat orang yang paling berharga di dalam hidupnya di diagnosis seperti itu.
"Apa tidak ada cara untuk menyembuhkan dok? Saya akan melakukan apapun untuk kesembuhan ummi saya,"
"Bapak tenang saja karena pasien masih bisa sembuh, tapi memang semua perlu waktu yang tidak sebentar. Kami akan segera mengupayakan pengobatan untuk pasien. Silahkan bapak penuhi persyaratannya agar kami bisa segera melakukan penanganan."
Arzan bernafas lega. "Baik dokter,"
"Kalau begitu saya permisi,"
Setelah dokter pergi, Arzan langsung menghampiri ummi Zulfa. Tangannya menggenggam erat tangan sang ummi.
"Ummi tenang saja ya, insyaallah ummi pasti sembuh.
***
"Pak kyai saya tidak bersalah sama sekali, saya di fitnah. Saya memang tadi sempat ke ndalem dan bertemu dengan ummi Zulfa, tapi cuma sebentar. Saya tadi disuruh pergi sama ummi karena suatu kejadian dan setelah saya pergi ummi Zulfa bersama dengan Ning Anisa. Setelah itu saya tidak tahu lagi pak kyai. Tapi yang pasti bukan saya yang membuat ummi Zulfa jadi seperti ini." Terang Bu Indah panjang lebar. Tentu Bu Indah tidak mau dituduh penyebab ummi Zulfa sakit, masa iya harus mengakui apa yang tidak di perbuat.
Tadi setelah mendengar perkataan Anisa, kyai Rofiq langsung pulang ke pondok pesantren. Itu juga karena Anisa yang mendesak kyai Rofiq untuk menegur Bu Indah. Bahkan Anisa sempat memberi opsi untuk memasukkan Bu Indah ke dalam penjara. Tapi Arzan tidak setuju dan meminta kyai Rofiq untuk tenang terlebih dahulu.
Kyai Rofiq menghela nafas panjang. "Kamu lihat ustadzah Nurma, dia mengakui bahwa dia juga melihat kamu membentak istri saya. Ustazah Nurma sebagai saksi. Kamu masih mau mengelak lagi?" Sebenarnya Kyai Rofiq sudah emosi karena Bu Indah tidak mau mengakui perbuatannya, tapi beliau mencoba meredamnya.
"Bohongg!! Itu bohong!" Sergah Bu Indah. Lalu matanya beralih menatap ustadzah Nurma. "Ustazah, anda tahu sendiri bagaimana hukumnya memfitnah bukan? Saya juga tidak ada disana tadi waktu ummi Zulfa pingsan. Bahkan saya seharian ini tidak melihat ustazah, jadi jangan sembarangan memfitnah!"
Ustazah Nurma tampak gugup. Matanya bergulir kesana kemari menahan rasa takut dan gugup yang menderanya. Lalau menoleh ke arah Anisa yang menatapnya tajam.
"Sa-saya berani bersum-pah. Sebelum ummi Zulfa jatuh tak sadarkan diri, ummi Zulfa sempat ribut dengan Bu Indah." Ucap ustazah Nurma sambil memejamkan matanya. Sungguh ini adalah kebohongan terbesar dalam hidupnya karena sampai berani memfitnah orang lain. Dalam hati ustadzah Nurma memohon ampun kepada Allah karena sudah melakukan hal yang tidak diperbolehkan oleh-Nya.
Mata Bu Indah terbelalak mendengar perkataan dari ustazah Nurma. "Bohong! Ustadzah Nurma pembohong!! Kenapa ustazah tega memfitnah saya seperti ini?! Apa salah saya sama ustadzah?!!" Teriak Bu Indah tidak takut sama sekali karena merasa dirinya tidak salah.
Anisa langsung berseru, "Maaf ya Bu Indah, tapi tolong jangan mengelak lagi. Disini sudah ada saksi jadi Bu Indah sudah tidak bisa berkelit lagi." Lalu Anisa menoleh ke arah kyai Rofiq. "Abah, sepertinya memasukkan Bu Indah ke dalam penjara lebih baik karena Bu Indah sudah kelewatan banget sampai menyebabkan sakit ummi kambuh. Sudah berulang kali Bu Indah ribut dengan ummi Zulfa." Kata Anisa memprovokasi kyai Rofiq.
Bu Indah menggelengkan kepalanya cepat. "Saya tidak pernah ribut dengan ummi Zulfa, yang dikatakan oleh Ning Anisa itu bohong kyai. Sumpah demi Allah saya tidak pernah mencari gara-gara dengan ummi Zulfa. Saya lihat sendiri ummi Zulfa tadi mengobrol dengan Ning Anisa sebelum ummi Zulfa jatuh pingsan."
"Jangan bawa-bawa nama Allah untuk kebohongan Bu Indah. Saya tidak akan membawa kasus ini ke jalur hukum jika kamu mau mengakuinya. Karena dengan sumpah kamu tahu sendiri resikonya." Ucap kyai Rofiq dingin.
Bu Indah tidak takut sama sekali karena memang dirinya tidak salah. Bahkan tidak tahu apa yang membuat ummi Zulfa sampai pingsan. "Saya tidak takut. Saya berani bersum-"
Plaakkk
"Dasar tidak tahu diri. Sudah membuat ummi Zulfa seperti ini, anda masih berani memfitnah saya dengan berbicara omong kosong." Anisa menampar pipi Bu Indah membuat semua orang terkejut.
"Lihatlah kyai, kyai selama ini memelihara ular berbisa yang suatu saat nanti akan mematuk keluarga kyai sendiri." Adu Bu Indah pada kyai Rofiq.
Plaakkk
Kembali, Anisa menampar Bu Indah. "Pergi!! Beruntung Abah tidak memenjarakan anda atas kasus ini." Teriak Anisa.
Bu Indah mendengus lalu pergi dari sana. Sedangkan kyai Rofiq masih syok dengan apa yang Anisa perbuat.
Nabila diam-diam tersenyum penuh arti melihat drama yang baru saja terjadi.
***
"Ya ampun kebakaran!!!" Seorang laki-laki yang ditugaskan mengantar makanan terkejut melihat gedung bertingkat di depannya sudah terlalap api. Bahkan beberapa orang sudah mengungsi untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.
"Enggak nyangka ya, gedung sebagus dan semewah itu bisa terbakar. Ck ck," sedetik kemudian kepalanya terangkat begitu teringat dengan pelanggan yang menyuruhnya mengantar makanan. Makanan yang ada di kresek itu untuk istri dari pelanggan nya.
"Ya ampun hampir lupa kan," buru-buru meraih ponsel miliknya dan menghubungi pelanggan yang menggunakan jasanya.
"Halo pak, maaf sebelumnya tapi saya tidak bisa menemui istri bapak. Karena gedung yang tertulis di alamat ini terbakar pak, ya gedung apartemen istri bapak kebakaran."
Diseberang sana, jantung Arzan berdegup kencang, tubuhnya berubah tegang. Dirinya kalang kabut mendengar berita yang baru saja di sampaikan oleh seorang penjual makanan itu.
"Saya segera kesana." Panggilan terputus bertepatan dengan Abah dan adiknya datang. Arzan langsung berpamitan pergi dari rumah sakit menuju apartemen tempat istri rahasianya.