Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh satu
Hari ini, suasana berbeda dari biasanya. Seluruh murid SMA Swasta tampak sangat antusias untuk masuk sekolah. Tentu saja, ada alasan di balik semangat mereka, hari ini adalah perayaan ulang tahun sekolah. Mereka bisa menikmati keseruan tanpa perlu dipusingkan dengan tugas-tugas sekolah..
Baskara datang dengan menggunakan seragam abu-abu dan kaos hitam polos, sebelah tangannya membawa tas yang berisi seragam basketnya. Hanya Baskara sajalah yang berpakaian seperti itu, murid-murid yang lain tetap memakai seragam sekolah seperti biasa.
Baskara mengacungkan jempol sambil tersenyum kepada guru yang tengah menatapnya dengan jengah.
"Kamu harus tetap pakai kemeja seragam kamu, Baskara," ucapkan guru sambil memperhatikan pakaian Baskara.
"Iya,pak.Nanti saya ganti,"ujar Baskara. Meski Baskara dikenal sebagai murid yang cukup kalem tapi terkadang kelakuannya di luar nalar.
Terkadang, beberapa orang menyebut Baskara sebagai murid yang pendiam namun nakal. Beberapa murid menatap dengan iri ke arah Baskara yang mengenakan pakaian bebas, meskipun bukan kali pertama mereka melihat Baskara mengenakan pakaian seperti itu.
Baskara pergi ke kelasnya yang sudah ramai di mana pertandingan basket antar kelas berlangsung dari pukul 09.00 pagi sedangkan sekarang masih pukul 08:00. Selain basket, akan ada banyak pertandingan dan juga perlombaan yang berlangsung dengan hadiah yang sangat menggiurkan.
"Heran deh sama Baskara, kelihatannya sih kayak anak baik. Tapi begitu bandelnya muncul, nggak ketulungan," ujar Beni, salah satu teman sekelas Baskara.
"Ya wajar sih, namanya juga anak donatur. Dia bebas melakukan apa saja asalkan uang terus mengalir," sahut Doni.
Pembicaraan tersebut terdengar oleh Baskara, laki-laki itu hanya tersenyum miring ke arah mereka.
Tak lama Fanya masuk,dia menatap Baskara dan murid-murid lainnya."Ibu mau tanya,di kelas kalian yang ikut tanding basket siapa saja?"
"Kita,Bu!",Beni dan beberapa murid yang lain mengangkat tangan.
Fanya memberikan pulpen dan selembar kertas pada Beni."silakan tulis nama juga kelas kalian,ya."
"Bu, kira-kira yang menang dapat apa?" tanya murid perempuan bernama Rara.
"Pihak sekolah sudah menyiapkan beberapa hadiah salah satunya uang tunai",jawab Fanya.
"Menurut saya,Doni sama Teo gak akan tertarik sama hadiahnyal"sahut Beni.
Sedangkan kedua orang yang dibicarakan memberi saran menu peringatan agar temannya itu tidak berbicara macam-macam.
"Ah,mereka hanya mau ibu sebagai hadiahnya , bener kan, Don?" tanya Rara lalu tertawa.
"Baskara," panggil Raisa.
Mereka menoleh ke arah Raisa yang baru saja datang,Fanya juga ikut menoleh tetapi hanya sekilas
"Lo kapan tandingnya?" tanya Raisa.
Sekarang mantap ke arah Fanya karena ia sendiri tidak tahu."Kapan, Bu?"
"Jam 09.00 nanti, lawannya anak kelas dua belas IPA satu," jawab Fanya tanpa menatap ke arah Baskara.
"Udah siap aja nih kasih semangat ke Abang Baskara. Berani gak lo,Raisa, kasih semangat pakai kata-kata penyemangat semangat abang Baskara sayang! Berani gak lo?" tantang Beni.
"Beni,sudah selesai belum ya?" tanya Fanya.
"Oh iya! Maaf Bu,sebentar.Satu nama lagi belum saya tulis.Baskara, si anak kalem yang nakal belum saya tulis"
Setelahnya Beni segera menulis nama Baskara,lalu memberikan lembaran kertas itu pada Fanya.
___
Fanya berdiri di Tribun khusus untuk panitia acara dan Tribun lainnya sudah penuh diisi oleh murid-murid yang tampak antusias karena pertandingan basket antar kelas akan segera dimulai. Sorak Sorai terdengar begitu dua tim yang akan bertanding berjalan ke tengah lapangan, pertandingan dan perlombaan lainnya akan terus berlangsung di dalam sekolah,di lapangan basket Indoor lebih tepatnya.
Mata Fanya setuju pada Baskara yang ia akui terlihat semakin tampan dan maskulin dengan baju tanpa lengan yang ia gunakan sehingga memperlihatkan lengan Baskara yang terlihat seksi di mata para kaum hawa.
Pertandingan sudah dimulai, semua orang di sana tampak semakin antusias, tidak henti-hentinya memberi semangat untuk jagoan yang berasal dari kelas mereka.
Baru satu menit yang lalu,Baskara berhasil memasukan bola ke ring.Bukan hanya penghuni kelas dua belas IPS saja yang tampak senang,penghuni kelas lain juga tampak semakin antusias dan memang murid-murid antusias itu sebagian besar adalah murid perempuan.
Tak di sangka Baskara,pergi menuju seseorang yang memegang pengeras suara.Dengan lantang ia mengatakan sesuatu yang membuat semua orang semakin heboh.
"Kemenangan tadi gue persembahkan untuk Raisa."
Sorak Sorai memenuhi lapangan,sebagian besar perempuan berteriak karena perlakuan Baskara.Sedangkan Raisa sendiri hanya tersenyum sipu karena salah tingkah.
Baskara terpaku ketika menyadari Fanya tengah menatapnya dari tribun dengan ekspresi horor yang tiada tara. Hatinya berkecamuk, mengutuk diri sendiri karena lupa bahwa Fanya adalah guru di sekolahnya.
Emosi-emosi dalam dirinya terlibat, menumbuhkan kegelisahan yang tak terhingga. Tak ada yang perlu dirisaukan sebenarnya, karena Baskara sudah terbiasa seperti ini ketika bertanding. Baginya, Raisa hanyalah seorang sahabat yang dianggap seperti saudara. Tetapi sial baginya, ia tak sengaja melupakan Fanya.Baskara pun menjadi khawatir akan kemungkinan salah paham yang muncul di hati Fanya.
___
"Fanya dengerin penjelasan aku dulu,"ujar Baskara panik ketika mereka sudah sampai di apartemen.Selama perjalanan pulang Fanya masih saja diam dengan wajah datar.Dugaannya benar,jika Fanya pasti salah paham atas perbuatannya tadi.
"Sana mandi! Badan kamu bau!" ujar Fanya datar lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari dalam.
Baskara terdiam sebentar,ia lalu mencium badannya sendiri.Sial! Fanya hanya mengalihkan perhatiannya saja.Laki-laki itu mendekat ke pintu kamar Fanya lalu menggedor pintu itu dengan cukup keras.
"Fanya! Buka,aku mau ngomong sama kamu!"
Bukannya dibuka Fanya malah berteriak dari dalam dan menyuruh Baskara untuk tidak menggedor lagi pintu kamarnya.
"Berisik!" teriak Fanya dari dalam kamar.
"Makanya buka dulu pintu kamarnya!"
"Pergi sana! Urusin aja tuh pacar kamu!",ujar Fanya.
Baskara menghela napas panjang, wajahnya penuh keputusasaan. Fanya yang sedang cemburu memang begitu sulit ditaklukkan, sikapnya keras kepala dan tidak mau mendengarkan alasan apapun. Terkadang Baskara hampir lupa, bahwa gadis itu sebenarnya lebih dewasa darinya, namun rasa cemburu seolah membelenggu akal sehatnya.
"Ah, kenapa juga gue harus lupa kalau Fanya ini guru sekaligus panitia acara ulang tahun sekolah?" gumam Baskara sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Tak hanya itu, Baskara juga lupa bahwa Fanya sedang mengalami masa-masa yang tak menyenangkan setiap bulan. Ia lantas menyadari bahwa kesalahannya kali ini bukan hanya karena lalai, namun juga karena kurang peka dengan perasaan kekasihnya.
"Habis sudah, bagaimana ini?" batin Baskara, berusaha mencari cara terbaik untuk menenangkan hati Fanya yang sedang berkecamuk dalam cemburu.Baskara merasa tekanan emosionalnya semakin menjadi-jadi, tahu bahwa ia tak bisa lepas dari situasi ini tanpa menghadapi masalah dengan bijaksana.
"Fanya,sayang buka dulu ya pintunya. Aku mau luruskan kesalahan pahaman ini," panggil Baskara,kini nada bicara laki-laki itu lebih tenang.
"Gak!" teriak Fanya dari dalam.
Baskara mengusap wajahnya dengan kasar.Tuhan,kenapa wanita yang datang bulan itu selalu menyebalkan.
"Yaudah,aku gak akan pergi dari sini sampai kamu keluar!"
"Terserah!"
Baskara menghela napasnya untuk sekian kali,ia benar-benar tidak pergi dari depan kamar Fanya.Laki-laki itu duduk sambil memeluk lututnya,ia menyandarkan punggungnya ke nakas yang berada di samping pintu kamar Fanya.
"Kalau gue gak sayang,udah gue dobrak ini pintu."