Rey Clifford, tuan muda yang terusir dari keluarganya terpaksa menjadi gelandangan hingga dipungut dan direkrut kedalam pasukan tentara. Siapa sangka bahwa di ketentaraan, nasibnya berubah drastis. dari yang tidak pandai menggunakan senjata, sampai menjadi dewa perang bintang lima termuda di negaranya. setelah peperangan usai, dia kembali dari perbatasan dan di sinilah kisahnya bermula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu dengan Pangeran
Bab 02
"Jendral!"
Kelima orang itu langsung berlutut ketika mereka tiba di ruangan tenda besar milik Rey sebagai pemimpin mereka. Hal ini tentu saja membuat pemuda itu kalang-kabut.
"Paman berlima. Apa yang kalian lakukan. Jangan perlakukan aku seperti itu. Bagaimanapun, ini aku, Rey. Anak berusia dua belas tahun yang dulu kalian selamatkan," kata Rey buru-buru meraih salah satu dari mereka untuk segera berdiri.
"Itu hanyalah masa lalu. Bagaimana kami bisa tidak menghormati pemimpin. Bagaimanapun, anda adalah jendral terlepas dari mana asal usul anda. Kami tidak perduli dengan masa lalu anda. Yang kami perduli adalah masa kini dan kedepannya, bahwa anda adalah pemimpin Wolf army dan Pasukan zirah hitam. Kami bangga karena pernah dipimpin oleh anak jenius seperti anda yang dapat melampaui imajinasi terliar kami dalam memimpin dan mengalahkan musuh!"
"Tidak berani. Rey jelas tidak berani. Paman, harap segera berdiri dan jangan terlalu kaku. Kalian berlima yang telah merekomendasikan aku untuk menjadi pemimpin. Kalian juga yang selama ini mendidik dan mengajarkan bagaimana seorang petarung berprilaku. Jika tanpa kalian, aku jelas bukan siapa-siapa," kilah Rey berusaha membuat suasana tidak menjadi kaku.
"Hahaha. Omong kosong, jika kau mengatakan bahwa kami lah yang mengangkat mu menjadi pemimpin," kata Serigala Utara sembari berdiri. Kemudian dia melanjutkan, "apa menurut mu kami ingin menghancurkan seluruh pasukan serigala dan Zirah hitam ini? Seluruh hidup kami telah kami dedikasikan untuk organisasi Wolf Army ini. Kami tidak akan sembarangan mengangkat pemimpin jika orang itu tidak layak. Karena, ketika kami salah dalam mengambil keputusan, organisasi yang telah kami dirikan dengan segala daya upaya dan sumber daya yang ada akan binasa. Kau telah membuktikan kecerdasan dan kepiawaian mu dalam mengatur strategi jebakan, strategi peperangan, mengatur taktik gerilya, dan banyak lagi. Pertempuran jarak dekat mu melawan dan menghancurkan musuh sudah sangat melegenda. Semua orang memuja mu walaupun mereka tidak mengenal mu. Aku tidak tau otak mu ini entah terbuat dari apa, terlalu jenius. Memang tidak dipungkiri bahwa semuanya butuh pengorbanan. Kau, dalam delapan tahun telah melampaui kami, yang dikenal dalam lingkup organisasi tentara sebagai lima raja serigala. Apa kah menurut mu kami ini bodoh dengan memilihmu? Orang tua itu juga tidak bodoh memilihmu sebagai muridnya. Jika kau tidak layak, lalu siapa lagi yang layak?"
Rey termenung sesaat. Dia memikirkan mentor nya. Orang tua yang telah menyiksanya selama delapan tahun ini. Tidak ada kata istirahat bagi Rey ketika orang tua itu ada di dekatnya. Dia akan dilatih dan terus dilatih sampai dia tidak mampu berdiri dengan kokoh. Arena latihan itu sendiri lebih mengerikan dibandingkan dengan peperangan yang sebenarnya. Dan itupun masih belum cukup. Dia ingat ketika orang tua itu mengatakan bahwa peperangan yang sebenarnya adalah melawan orang-orang yang tamak dan penuh tipu daya. Musuh yang berpura-pura menjadi teman itu jauh lebih menyulitkan daripada musuh di Medan tempur.
"Benar katamu Mike. Dulu kita saling berebut untuk jabatan pemimpin. Karena kita memiliki kekuatan yang sama, maka tidak ada yang mau mengalah. Beruntung kita menemukan Rey yang kemampuannya bahkan jauh melebihi ekspektasi kita. Hanya butuh delapan tahun baginya untuk mempecundangi kita satu persatu. Mungkin andai kita berlima maju sekaligus, Rey tetap akan keluar sebagai pemenangnya," Serigala api pula yang kini menguatkan perkataannya dari serigala Utara tadi.
Mendengar ini, Rey langsung menjatuhkan lututnya ke tanah berbatu yang dilapisi karpet tebal tersebut. Dia sadar bahwa memang kelima orang dihadapannya itu bukan lah lawannya. Tapi, sebagai orang yang tau adab, tau budi dan tau apa itu rasa terimakasih, jelas dia tidak berani lancang. Baginya, kelima orang dihadapannya itu adalah orang tuanya. Dia tetaplah Rey yang dibuang oleh keluarga delapan tahun yang lalu.
"Hei. Apa yang kau lakukan? Jika ada yang melihat bahwa seorang pemimpin tertinggi dari Wolf Army berlutut di depan anak buahnya, maka dimana lagi letak kebanggaan mereka terhadap pemimpin dan organisasi? Tuan, anda tidak boleh berlutut kepada siapapun. Bahkan jika itu pangeran. Anda boleh menunduk hormat, tapi tidak berlutut. Pemimpin Wolf Army boleh terbunuh, tapi tidak untuk dihina!" Mereka buru-buru mencegah agar Rey tidak berlutut. Bagi mereka, tindakan itu sangat menghina harga diri mereka sebagai tentara.
Kelima orang itu sibuk membantu Rey Clifford untuk berdiri. Dan mau tak mau, dia harus berdiri tegak sebagai pemimpin yang sangat dibanggakan oleh seluruh pasukannya.
"Baik. Mulai sekarang, tidak akan ada lagi yang bisa membuatku berlutut," kata Rey setelah dia bangkit berdiri. "Paman berlima, aku membutuhkan bantuan kalian. Ini bukan tentang seorang pemimpin memberikan perintah. Akan tetapi, lebih kepada permintaan bantuan dariku!"
"Jendral. Silahkan anda katakan. Kami akan mengarungi lautan dan menuruni lembah untuk membantu anda. Silahkan!" Kata Serigala Timur penuh semangat.
Mendengar kesanggupan dari mereka berlima, Rey pun mulai merogoh saku celananya, lalu dia mengeluarkan selembar foto dan menyerahkannya kepada salah satu serigala.
Terlihat gambar seorang gadis yang sangat cantik sedang tersenyum dengan latar belakang rerimbunan pohon Cemara.
Foto itu berhasil didapatkan oleh Rey setelah dia memerintahkan kepada anak buahnya untuk melacak keberadaan seorang gadis yatim bernama Diana.
Hampir setahun penuh dirinya menemui setiap gadis yang bernama Diana sampai akhirnya dia menemukan gadis tersebut.
Walaupun dia tidak langsung menghampiri gadis itu, namun anak buahnya berhasil mengambil gambar gadis itu kemudian menyerahkannya kepada dirinya.
"Foto itu diambil tiga tahun yang lalu sebelum kita diberangkatkan ke medan perang menumpas sisa-sisa pasukan lawan yang kembali melancarkan serangan. Nama gadis itu adalah Diana. Terakhir aku menemukan keberadaan gadis itu tepatnya di sebuah desa petani yang jauh di Utara kerajaan ini. Kalian bisa melacaknya. Aku rasa itu tidak akan sulit karena mungkin wajah yang di foto ini tidak akan banyak perubahan dalam waktu tiga tahun. Segera berangkat dan cepat kembali apabila kalian menemukannya!"
"Jendral. Kami berangkat sekarang!" Kata Serigala Timur sambil membungkuk hormat. Agak canggung juga Rey menerima penghormatan seperti itu. Mereka adalah ayah angkatnya, sekaligus bisa juga dikatakan sebagai guru. Namun, dalam ketentaraan, pangkat lah yang berbicara.
"Hmmm... Segera berangkat! Aku mengandalkan kalian," ucap Rey mempercayakan kepada serigala Timur.
Kelima orang tadi segera memberi hormat ala tentara, berbalik dengan kaku, kemudian melangkah tegap meninggalkan ruangan dalam tenda milik Rey.
"Lapooor...!"
Baru saja kelima orang itu pergi, kini terdengar suara teriakan dari arah luar.
Rey menyingkapkan kain penutup tenda, kemudian bertanya. "Falcon. Mengapa kau belum juga pergi? Bergegaslah berangkat meninggalkan tempat ini untuk menuju ke kehidupan yang baru!"
"Lapor, Jendral. Saya tidak akan meninggalkan anda. Saya akan selalu mengikuti kemanapun anda pergi. Saya tau anda tidak menginginkan saya. Hanya saja, saya berhutang nyawa kepada anda. Dan saya akan menebusnya dengan melindungi anda secara diam-diam,"
"Itu pernyataan dan bukan laporan. Katakan! Apa yang membuatmu seperti cacing kepanasan begitu?"
"Lapor, Jendral! Pangeran ada di Camp induk. Dia menunggu anda untuk menemuinya,"
"Pangeran? Ada apa dia datang kemari. Kawasan ini masih belum bersih. Benar-benar mencari penyakit," gumam Rey jengkel. Namun, karena yang datang adalah pangeran, dia pun mau tak mau harus menemuinya juga.
Ketika tiba di tenda besar, Rey yang ditemani oleh Falcon dari tempat tersembunyi segera menemukan seorang lelaki muda duduk ditemani dua wanita berpakaian tradisi sedang memainkan gagang cangkir teh yang terbuat dari batu pualam. Dibelakang sang Pangeran, berdiri seorang lelaki berbadan kekar mengenakan pakaian rompi tanpa kemeja sehingga memperlihatkan otot-ototnya yang kekar.
Begitu Rey tampak beberapa meter dari mereka, lelaki yang berdiri di belakang pangeran tadi beserta dua orang gadis secara alami langsung sigap mewaspadai. Dari sini jelas terlihat bahwa mereka tidak mempercayai siapapun. Bahkan, kepada seorang yang menjadi pemimpin pasukan pertempuran jarak dekat sekelas Rey sekalipun.
"Hormat saya untuk yang mulia pangeran!" Kata Rey sedikit membungkuk kemudian tegak sigap layaknya seorang tentara. Bahkan, saat ini pun dia masih mengenakan pakaian perang dengan rompi anti peluru.
Pangeran hendak bangkit dan menepuk pundak Rey. Hanya saja, sebelum dia melakukannya, lelaki yang tadi yang berada di belakang pangeran segera menyela.
"Berlutut lah ketika kau sedang berada dihadapan pangeran!" Tegur lelaki itu dengan wajah kaku.
Kaget juga Rey mendengar teguran ini. Bagaimanapun, pangeran sendiri tidak pernah mempermasalahkan apakah dirinya memberi hormat atau tidak. Karena, beberapa kali pertemuan sebelumnya, justru pangeran lah yang sangat menghormati dirinya. Entah dari mana lelaki ini berasal. Rey pun baru sekali ini melihatnya.
"Apa kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan? Berlutut lah ketika berada dihadapan pangeran!" Kembali lelaki itu menegur dengan kasar.
Rey menatap tajam ke arah lelaki itu. Darah mudanya seketika memanas mendengar teguran ini. Bagaimanapun, dia adalah seorang jendral yang telah banyak berkorban tanpa pamrih untuk membela negri ini. Jika dia bekerja untuk negara lain, sudah pasti dia dan kelompoknya sudah menerima milyaran dollar, dan itu pasti. Tapi di sini, bukan hanya dia tidak mendapatkan bayaran, melainkan dipaksa untuk berlutut. Omong kosong apa lagi ini.
"Bagaimana kabar anda, Yang mulia?" Tanya Rey setelah menguasai dirinya sendiri dan mencoba tidak menggubris perintah dari lelaki kekar tadi.
"Rey. Silahkan duduk!" Pinta sang pangeran sembari mempersilahkan.
"Terimakasih yang mulia!" Rey segera melangkah. Namun, sekali lagi dia dihalangi oleh lelaki itu.
"Apa kau tidak mendengarkan perintah ku? Kau adalah anjing jalanan. Tidak pantas bagimu untuk duduk bersanding dengan Pangeran!"
Kali ini Rey sudah marah. Kakinya yang terayun hendak melangkah seketika terhenti. Dia menoleh ke arah lelaki itu dengan kerutan pada alisnya yang dalam.
"Pangeran. Dari mana anda mendapatkan anjing penjilat ini?" Tanya Rey dengan suara teredam. Dia jelas masih berusaha keras agar tidak marah. Jika ini di medan perang, jelas kepala lelaki itu sudah terpisah dari tubuhnya.
Mendengar pertanyaan dari Rey, lelaki tadi langsung gusar dan hendak melabrak. Namun, sebelum tangannya menyentuh kulit Rey, satu bayangan melesat keluar, dan langsung menerjang bagian betis lelaki itu hingga jatuh berlutut. Terdengar suara ringis kesakitan dari mulut lelaki itu.
"Maaf Yang mulia. Anjing anda ini terlalu berisik. Kami masih belum lama keluar dari zona perang. Jadi, darah kami masih sangat mudah terbakar. Jika itu bukan anda, saya khawatir anjing anda ini sudah menjadi santapan ribuan serigala!" Kata Rey sembari menepuk pipi lelaki kekar itu. Kemudian dia melihat ke arah Falcon yang berdiri sambil menjambak rambut lelaki tadi. Falcon lah tadi yang melesat keluar dari tempat tersembunyi dan melancarkan serangan ke arah anjing sang Pangeran. "Lain kali perhatikan tempat mu. Walaupun kau berada di kandang emas, namun, sekali anjing, tetaplah anjing. Jangan terlalu menyalak. Atau mulut mu pasti akan aku sumbat dengan granat, jika ingin bersikap keras, keras lah terhadap musuh negara. Jangan keras terhadap teman sendiri. Kau kasar ketika negara sudah aman. Ketika perang bergejolak, kemana kau pergi? Apakah ketika perang bergejolak kau mengorek tanah menyembunyikan kepalamu dan melipat ekor mu? Sialan. Kau tidak pantas bahkan untuk mengangkat sepatu ku," ucap Rey sembari menatap tajam membuat lelaki tadi merasakan kedinginan di sekujur tubuhnya. Bagaimanapun, aura seorang prajurit yang bangkit dari tumpukan mayat tidak dapat dipungkiri membuat dada lelaki tadi merasakan sesak. itu baru tatapan, belum lagi Rey bertindak.
Rey sekali lagi memberi hormat kepada Pangeran sebelum dia duduk di kursi. Sedangkan dua wanita muda yang mengenakan pakaian tradisional itu sibuk menuangkan teh dan menyerahkannya dengan hormat kepada Rey.
"Rey. Jangan terlalu marah! Kau masih saja berdarah panas. kelak aku khawatir ketika kau berada ditengah-tengah masyarakat, darah panas mu itu akan membuat banyak orang yang terbunuh. Silahkan diminum teh nya. Atau akan tidak enak lagi setelah dingin," kata Sang Pangeran sambil tersenyum.
Rey juga tersenyum mendengar kata-kata penuh makna yang tersirat dari sang Pangeran. Dia tau apa yang tidak enak setelah dingin. Gunakan setrika selagi panas. Karena, setelah dingin, tidak akan berdampak lagi pada kain.
"Yang mulia terlalu sopan!" Ujar Rey sembari menepiskan tangannya. "Keluar kalian semua! Dan kau Falcon. Awasi anjing itu. Aku najis melihat dia berada di dalam tenda ini. Keluar kalian semua!" Bentak Rey yang memang masih marah. Dia tidak lagi sungkan dihadapan pangeran.
"Yang mulia..?!" Lelaki kekar itu menatap ke arah pangeran. Namun, pangeran tidak mengindahkannya. Malahan, pangeran hanya tersenyum saja.
"Falcon.., jika terlalu membangkang, bunuh saja dia!" Pinta Rey yang segera disambut oleh Falcon dengan senyuman. Namun, baru saja Falcon mencabut pisau dari pinggangnya, sang pangeran segera mengangkat tangannya membuat Falcon tidak berani bergerak. "Jangan membunuh orang sendiri. Dan kau, keluar saja. Aku tidak akan kenapa-kenapa disini," kata sang Pangeran menengahi.
Walaupun raut wajahnya tidak puas, tapi lelaki itu terpaksa menurut. Dia tidak lagi melawan ketika Falcon menyeret rambutnya untuk meninggalkan ruangan dimana Rey dan Pangeran berada seolah-olah menganggap mereka hanyalah lalat yang mudah untuk dihalau.
"Pangeran..,"
Pangeran mengangkat tangannya mengisyaratkan agar Rey jangan bicara dulu. Sebaliknya, dia mengangkat cawan dan menyesap teh. Terlihat bahwa Pangeran berpura-pura menikmati teh tersebut.
Rey tau bahwa kedatangan pangeran kali ini pasti ada apa-apanya. Tapi dia terlalu malas membuang energi untuk menebak apa permasalahan yang sedang dihadapi oleh sang Pangeran.
"Kalian berdua juga silahkan menyusul mereka!" Tiba-tiba Sang Pangeran menoleh ke arah dua gadis yang berada di samping kiri dan kanannya.
Gadis itu saling melirik sesaat, kemudian membungkuk dalam-dalam ke arah pangeran. Kemudian dengan lenggak lenggok yang mempesona, kedua gadis itu berjalan menuju pintu tenda dan menghilang setelah beberapa saat.
Gaya kedua gadis itu sungguh sangat menggoda. Namun, jangan salah! Mereka berdua adalah pembunuh berdarah dingin. Sudah tidak terhitung berapa puluh orang yang mati akibat kelembutan kedua gadis itu. Mereka berdua dijuluki sebagai dua Dewi kematian. Ketika mendapat perintah, hanya ada satu pilihan bagi mereka. Berhasil. Karena, jika mereka gagal, hanya kematian saja yang bisa menebusnya. Mereka lebih baik bunuh diri daripada kembali dengan kegagalan.