Risty Azalea, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana bertekad merubah hidupnya menjadi wanita yang sukses dan dihormati semua orang, tapi siapa sangka kisah asmaranya tidak semulus karirnya saat ini. Dia malah jatuh cinta pada Bima Arya Dalwyn, seorang laki-laki menyebalkan dan bermulut tajam yang tidak menyukainya sama sekali. Penasaran kan bagaimana lika-liku perjalanan kisah cinta mereka? Yuk ikuti terus kisah mereka, jangan lupa beri like dan komen ya kesayangan!😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocha Zain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.Berbohong Lagi
Sudah tiga hari ini Bima mengantarkan Risty ke kantornya dan menjemputnya saat pulang kerja. Bima benar-benar memperlakukan Risty bak seorang putri. Saat di apartemennya pun Bima rela membantu Risty memasak di dapur dan memberi hadiah-hadiah kecil untuknya. Risty sedikit terlena dengan ucapan dan perlakuan manis Bima, tapi dengan cepat dia menyadarkan dirinya bahwa Bima bukan orang yang tepat untuk mendapatkan hatinya.
Sabtu malam Minggu, Bima mengajak Risty makan malam romantis lagi. Tapi kali ini Bima mengajak dinner romantis di Balkon Apartemennya. Dia menata meja dan kursi sedemikian rupa dan memasak khusus untuk Risty hanya untuk mengambil hatinya.
Dia mengesampingkan Vania yang terus merengek meminta untuk ditemani. Bima beralasan menyelesaikan pekerjaannya di kantor, dengan sedikit rayuan dan ucapan manis Vania sedikit luluh padanya dan berhenti untuk menelponnya.
Bima hanya ingin membangun chemistry dan kemesraan bersama istrinya. Dia terlalu egois karena bertekad ingin mendapatkan keduanya. Sedangkan Risty tidak bisa menolak ajakan makan malam Bima.
"Risty sayang!" panggil Bima pada istrinya.
"Iya kak!"
"Apa saat ini aku udah bisa dapetin hati kamu seutuhnya? Tolong jangan biarin aku terus ngemis cinta darimu! Aku benar-benar udah jatuh cinta dengan pesonamu sayang!" rayu Bima lalu memberikan setangkai bunga mawar merah didepan Risty.
Risty terkekeh geli mendengar ungkapan cinta si buaya darat, bukannya bahagia, dia semakin muak dengan suaminya. Dia benar-benar sudah bosan berpura-pura manis pada Bima.
"Ahh Kak Bima bisa aja!" Risty berpura-pura malu dan menepuk tangan Bima sekilas.
Dengan cepat Bima menangkap tangan Risty, memegangnya dengan lembut. Mengarahkan tangan Risty ke pipinya dan ke bibirnya lalu Dia mencium tangan istrinya dengan mesra. Risty sedikit terlena, dia memejamkan mata sebentar dan merasakan c**man Bima pada tangannya.
Saat dia membuka matanya wajah Bima telah berada di depan wajahnya. Bima hendak menc**m bibir Risty, tidak bisa dipungkiri Risty juga merindukanmu ciuman seorang laki-laki. Apalagi laki-laki didepannya adalah suaminya sendiri, pasangan halalnya. Walaupun dia belum mencintai suaminya, tapi Risty pernah membuka hati untuknya.
B*bir keduanya mulai men*mpel, mereka berc**man begitu intens. Semakin lama semakin dalam dan semakin panas. Bima mulai berani meraba benda kenyal nan padat didepannya. Risty sedikit mendesah karena g**rah yang tiba-tiba muncul, dia mendadak melupakan sifat br****sek suaminya. Membiarkan Bima berbuat sesuatu yang membuatnya begitu penasaran.
Risty malam itu memakai Dress cantik bunga-bunga yang memiliki 5 kancing di belakang. Satu kancing Risty sudah terlepas, Bima melepaskan dengan sangat lembut tanpa melepaskan c*uman mereka. Rasanya seperti dejavu bagi Risty, lalu kancing kedua pun telah terbuka. Saat kancing ketiga akan terbuka tiba-tiba ponsel Bima berdering dengan kencang.
Sontak keduanya melepaskan c**man mereka dan menjadi salah tingkah.
"Maaf sayang! Aku angkat telpon dulu ya!" Bima merasa tidak enak.
"Iya kak, nggak papa!" Risty mengangguk dan tersenyum masam.
Bima begitu kesal, suasana romantis yang dia bangun sejak tadi menjadi berantakan karena deringan ponselnya.
Dia mengumpat dalam hati, kenapa dia sampai lupa untuk meng-aktifkan mode silent pada ponselnya.
"Halo!"
"Tuan Bima, ini saya Bi Wati! Aduhh maaf Tuan, Non Vania sekarang berada di Ambulan sama saya! Non Vania pingsan! Tolong Tuan cepat kesini! Saya takut Non Vania kenapa-napa!"
"Apa!! Ba.."
Seketika Bima menyadari dia masih bersama Risty, dia menghentikan ucapannya agar tidak bertanya terlalu jauh.
"Kamu tenang ya! Baiklah saya segera kesana!" ucapnya lalu menutup panggilan telponnya.
"Ada apa kak?" tanya Risty dengan nada khawatir.
"Nggak papa sayang, maaf aku harus pergi sekarang! Mommy tadi pingsan lalu dibawa ke rumah sakit, kebetulan daddy sedang keluar kota dan Kak Angga sudah kembali ke Australia. Jadi, aku yang harus mendampingi mommy, maaf ya sayang aku harus ninggalin kamu dulu!" ucap Bima berbohong.
Bima memang tahu kalau kakak dan daddy-nya sedang tidak di mansion saat ini. Beberapa waktu lalu saat dia menemani Vania, dia sempat mampir ke Mansion keluarganya. Dia melihat daddy-nya yang tengah bersiap untuk pergi ke luar kota.
Dia tidak tahu harus berkata apalagi agar istrinya tak curiga, dia memilih berbohong agar meyakinkan istrinya.
"Apa?? Mommy pingsan? Aku ikut ya kak? Aku khawatir sama mommy!" Risty semakin gelisah dan khawatir.
"Belum bisa sayang, aku harus cepat sampe kesana! Karena mereka membutuhkanku, kamu tenang aja nanti aku kabari ya! Aku bakal ngajak kamu jenguk mommy kalo beliau udah sehat!" ucap Bima dan berlalu pergi.
"Mommy maaf aku terpaksa berbohong! I'm sorry Mom! Aku berdoa semoga mommy dan daddy sehat selalu dan bahagia, amiinn." ucap Bima dalam hati. Dia merasa bersalah karena berbohong mengatasnamakan mamanya.
Risty mengangguk dan memandang Bima dengan pandangan nanar. Banyak pertanyaan dibenaknya, kenapa Bima bersikeras tidak mengajaknya? Padahal Risty berhak tahu kondisi mertuanya secara langsung, dia jadi berfikir apa benar yang dikatakan Bima bahwa mommy-nya memang sakit. Atau kekasih Bima yang hamil itu yang sedang sakit.
Dia tidak tahu harus menghubungi siapa, kontak yang dia punya hanya milik mommy Bima dan tidak mungkin juga dia menghubunginya. Dia hanya bisa menunggu kabar dari Bima saja.
Setelah beberapa jam berkendara dengan kecepatan maksimal, akhirnya Bima telah sampai di rumah sakit besar dimana Vania dirawat.
Dia berlari mencari ruangan Vania dirawat, terlihat Vania begitu pucat dan lemah dengan selang infus ditangannya. Dia masih tertidur karena efek obat yang diberikan dokter.
Bima berjalan mendekat ranjang Vania dan menepuk pundak Bi Wati.
"Bi, gimana keadaan Vania?" tanya Bima.
Bi Wati menoleh kearah sumber suara.
"Tuan Bima! Non Vania sudah lebih baik tuan, nona muntah terus seharian, tiap habis makan selalu muntah. Sampai badan nona lemas karena tidak ada asupan makanan yang bisa masuk. Sepertinya nona hanya bisa makan kalau berada didekat tuan, karena kemarin-kemarin juga makan hanya dikit aja. Nona sempat cerita sama saya, mual nona tidak terlalu jika dekat sama Tuan," terang Bi Wati.
"Baiklah Bi, aku temui dokter sebentar ya!" ucap Bima pada Bi Wati.
"Baik Tuan," jawab Bi Wati mengangguk.
Saat berada di luar ruangan, Bima meremas rambutnya dengan kuat, dia sangat frustasi melihat keadaan Vania yang lemah seperti itu. Dia merasa bersalah dan tidak berguna, bisa-bisanya disaat Vania tersiksa karena mengandung buah hatinya, dia malah bermesraan dengan istrinya.
Tadinya dia berfikir untuk membuat Risty juga hamil agar Risty tidak meminta perceraian, tapi melihat keadaan Vania seperti itu dia tidak tega lagi untuk menyakiti hatinya. Dia pasrah jika suatu saat nanti Risty meminta berpisah darinya.
"Apa aku harus mengubur perasaan yang baru tumbuh ini dalam-dalam? Aku udah mulai mencintainya, tapi kenyataan berkata lain. Apa aku bisa hidup kalo kehilangan dia disisiku? Walaupun pernikahanku dengannya belum genap satu tahun, tapi aku terbiasa bersamanya dan setiap hari memandang wajahnya," ucap Bima dalam hati.
Perasaannya benar-benar gelisah dan tidak tenang. Dia tidak bisa memilih untuk kehilangan salah satu dari dua wanita yang berada disisinya saat ini. Dia menghela nafasnya panjang dan berjalan ke ruangan dokter.
Dokter mengatakan agar Bima benar-benar menjaga Vania dengan baik. Vania tidak boleh stress, asupan makanan dan gizi juga harus terpenuhi. Bima hanya terdiam dan mengangguk mendengar semua perkataan sang dokter.
Saat Bima akan kembali ke ruangan Vania dirawat, ponselnya tiba-tiba berdering.
📞"Assalamualaikum Kak Bim!"
Suara Risty dari seberang telpon.
"Ya Ris, Wa'alaikumsalam.."
"Kak, gimana keadaan mommy? Apa mommy baik-baik aja kak?" tanya Risty dengan khawatir.
"Mommy nggak papa Ris, kamu tenang aja! Mommy hanya kecapekan, besok pasti sudah baikan,"
"Alhamdulillah! Syukurlah kalo mommy baik-baik aja, salam buat mommy ya kak! Bilang sama mommy Insyaallah besok aku jenguk mommy!" ucap Risty berbinar penuh semangat.
"Eh jangan kesini dulu Ris!" seru Bima tiba-tiba.
"Hah? Kenapa kak?"
"Ah itu, tadi dokter bilang mommy belum boleh dijenguk dulu karena mommy saat ini sedang masa pemulihan, sepertinya lusa baru boleh dijenguk." ucap Bima berbohong lagi.
"Ohh gitu ya?"
Risty sedikit curiga.
"Tapi mommy nggak papa kan kak? Apa ada yang serius kak?"
"Udah jangan mikir macem-macem! Mommy udah lebih baik, nanti kalo mommy udah bisa dijenguk, aku kabari ya sayang!"
"Ya udah kak nggak papa, jangan lupa ngabarin aku terus ya kak!"
📞"Iya sayang, kamu tenang aja!"
Setelah perbincangan mereka ditelpon telah selesai, Bima masuk kedalam ruangan Vania dirawat.
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, Bima menyuruh Bi Wati untuk beristirahat di Sofa, sedangkan dia memilih duduk disamping ranjang Vania dirawat. Badan dan otaknya sangat lelah hari ini, sampai dia tertidur dengan bertumpu pada tangannya.
Sedangkan Risty masih belum bisa tidur, dia memikirkan gelagat Bima yang terlihat mencurigakan. Iseng-iseng dia melihat kontak WhatsApp mama mertuanya. Dia melihat kontak nama mama mertuanya itu sedang online saat ini, dia sedikit terkejut.
Bagaimana bisa orang yang sedang sakit menyempatkan online pada tengah malam? Biasa mereka akan lebih banyak tidur karena efek obat dari dokter. Atau ponsel mama mertuanya berada ditangan Bima saat ini? Beberapa pertanyaan muncul terus dalam benaknya.
Daripada dia penasaran, dia mencoba chat kontak mama mertuanya. Jika memang yang memegang orang lain ataupun suaminya dia bisa meminta maaf jika memang sudah menganggu.
💌 "Assalamualaikum mom.."
Risty mengirimkan chat dengan perasaan ragu. Satu detik, dua detik, sampai detik yang ke 60, terlihat pesan itu baru saja terbaca.
"Wa'alaikumsalam menantuku sayang,"
btw thanks thor udah up 2 uluh" sarangheo thor semngaaat trus thor up satu" ngak papa thor asal jngan lama" thor